RINGKASAN: Andhi triharyanto. E34101025. 2005. MUTIPLIKASI TUNAS TANAMAN GAHARU (Aquilaria malaccensis Lamk.) SECARA IN VITRO. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Edhi Sandra, Msi. Pembimbing anggota : Dr. Endang Gati Lestari, Msi
Gaharu didefinisikan sebagai sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat dari suatu proses infeksi yang terjadi baik secara alami maupun buatan pada pohon tcrsebut, dan pada umumnya terjadi pada pohon Aquilaria sp. Gaharu merupakan komoditi elit dalam kelompok hasil hutan non kayu karena bernilai ekonomi tinggi. Gaharu digunakan sebagai bahan parfum, kosmetik, obat-obatan, dupa dan sebagai obat pencegah dan penghilang stress.
Di Indonesia telah diketahui ada 16 jenis pohon penghasil gaharu yang berasal dari 3 famili yaitu Thymeleaceae, Leguminoceae dan Euphorbiaceae, dengan 8 genus yaitu Aquilaria sp., Girynops sp., Excocaria sp., Gonistylus sp., Aetoxylon sp., Enkleia sp., Wiekstromia sp. dan Dalbergia sp. I'ohon dari marga Aquilaria menghasilkan gaharu yang memiliki mutu sangat baik dan lebih tinggi nilai perdagangannya daripada gaharu yang dihasilkan oleh pohon dari marga lainnya.
Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar dan nilai jual berakibat pada meningkatnya upaya perburuan, sehingga populasi pohon penghasil gaharu termasuk jenis Aquilaria malaccensis Lamk semakin menurun. Oleh sebab itu organisasi dunia CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) pada APPENDIX II CITES memutuskan jenis Aquilaria malaccensis Lamk termasuk dalam daftar jenis tanaman yang terancam punah.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pencegahan Untuk menghindari kepunahan di alam diantaranya. yaitu dengan melakukan teknik budidaya baik secara generalif maupun vegetatif sebagai salah satu upaya konservasi eksitu. Salah satu teknik budidaya vegetatif yaitu dengan menggunakan teknik kultur jaringan, sehingga dengan teknik ini dapat menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak dan waktu yang relatif singkat untuk mendukung kegiatan konservasi gaharu.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Departemen Konservasi Suberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor selama :I: 8 bulan mulai awal Oktober 2004 sampai akhir Mei 2005. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Zat Pengatur Tumbuh BAP dan media dasar MS untuk multiplikasi tunas tanaman gaharu (Aquilaria malaccensis) secara In Vitro.
Bahan tanaman yang digunakan berupa biji gaharu. Sterilisasi eksplan biji dilakukan secara bertingkat yaitu dengan menggunakan HgCl2 0.01%, clorox 20 %, 15 % dan 5 % secara berurutan dan dikocok selama 7 menil. Biji-biji tersebut kemudian dibilas sebanyak tiga kali menggunakan aquades steril. Media dasar yang digunakan adalah media dasar MS dengan penambahan Zat pengatur tumbuh BAP (0, 0.25, 0.5, 0.75, I, 1.25, dan 1.5 mg/l). Perbanyakan eksplan dilakukan dengan cara subkultur.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sterilisasi yang dilakukan belum tepat baik dosis maupun waktu yang digunakan karena terjadi kontaminasi yang cukup tinggi. Parameter lain yang diamati diantaranya yaitu jumlah tunas, tinggi tunas, jumlah daun, persentase hidup, persentase berkalus, serta pengamatan visual eksplan.
Hasil penelilian menunjukkan bahwa jumlah tunas, tinggi tunas, jumlah daun, dan persentase hidup terbaik ditunjukkan pada perlakuan BAP 0.5 mg/l. Peningkatan konsentrasi BAP tidak memberikan berpengaruh yang nyata pada pertumbuhan eksplan.
Sedangkan persentase berkalus tertinggi ditunjukkkan pada perlakuan BAP 1.25 mg/l. Ada dugaan bahwa semakin sempurna pertumbuhan tanaman sangat mempengaruhi persentase hidup tanaman, hal ini dikarenakan tanaman'" dapat bertoleransi terhadap lingkungan tumbuhnya.
Penampakan visual ekplan yang terjadi diantaranya yaitu vitrifikasi, etiolasi, stagnasi serta kontaminasi yaitu dalam bentuk jamur, bakteri dan kapang. Vitifikasi dan etiolasi lebih disebabkan karena pengaruh lingkungan tumbuh yang tidak sesuai sedangkan stagnasi lebih disebabkan karena faktor eksplan yang tidak juvenil serta pangaruh sterilisasi yang tidak tepat. Setiap bagian eksplan memberikan pengaruh yang berbeda pada lingkungan tumbuh yang sama, hal ini karena dipengaruhi factor endogen eksplan yang berbeda.
Gaharu didefinisikan sebagai sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat dari suatu proses infeksi yang terjadi baik secara alami maupun buatan pada pohon tcrsebut, dan pada umumnya terjadi pada pohon Aquilaria sp. Gaharu merupakan komoditi elit dalam kelompok hasil hutan non kayu karena bernilai ekonomi tinggi. Gaharu digunakan sebagai bahan parfum, kosmetik, obat-obatan, dupa dan sebagai obat pencegah dan penghilang stress.
Di Indonesia telah diketahui ada 16 jenis pohon penghasil gaharu yang berasal dari 3 famili yaitu Thymeleaceae, Leguminoceae dan Euphorbiaceae, dengan 8 genus yaitu Aquilaria sp., Girynops sp., Excocaria sp., Gonistylus sp., Aetoxylon sp., Enkleia sp., Wiekstromia sp. dan Dalbergia sp. I'ohon dari marga Aquilaria menghasilkan gaharu yang memiliki mutu sangat baik dan lebih tinggi nilai perdagangannya daripada gaharu yang dihasilkan oleh pohon dari marga lainnya.
Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar dan nilai jual berakibat pada meningkatnya upaya perburuan, sehingga populasi pohon penghasil gaharu termasuk jenis Aquilaria malaccensis Lamk semakin menurun. Oleh sebab itu organisasi dunia CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) pada APPENDIX II CITES memutuskan jenis Aquilaria malaccensis Lamk termasuk dalam daftar jenis tanaman yang terancam punah.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pencegahan Untuk menghindari kepunahan di alam diantaranya. yaitu dengan melakukan teknik budidaya baik secara generalif maupun vegetatif sebagai salah satu upaya konservasi eksitu. Salah satu teknik budidaya vegetatif yaitu dengan menggunakan teknik kultur jaringan, sehingga dengan teknik ini dapat menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak dan waktu yang relatif singkat untuk mendukung kegiatan konservasi gaharu.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Departemen Konservasi Suberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor selama :I: 8 bulan mulai awal Oktober 2004 sampai akhir Mei 2005. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Zat Pengatur Tumbuh BAP dan media dasar MS untuk multiplikasi tunas tanaman gaharu (Aquilaria malaccensis) secara In Vitro.
Bahan tanaman yang digunakan berupa biji gaharu. Sterilisasi eksplan biji dilakukan secara bertingkat yaitu dengan menggunakan HgCl2 0.01%, clorox 20 %, 15 % dan 5 % secara berurutan dan dikocok selama 7 menil. Biji-biji tersebut kemudian dibilas sebanyak tiga kali menggunakan aquades steril. Media dasar yang digunakan adalah media dasar MS dengan penambahan Zat pengatur tumbuh BAP (0, 0.25, 0.5, 0.75, I, 1.25, dan 1.5 mg/l). Perbanyakan eksplan dilakukan dengan cara subkultur.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sterilisasi yang dilakukan belum tepat baik dosis maupun waktu yang digunakan karena terjadi kontaminasi yang cukup tinggi. Parameter lain yang diamati diantaranya yaitu jumlah tunas, tinggi tunas, jumlah daun, persentase hidup, persentase berkalus, serta pengamatan visual eksplan.
Hasil penelilian menunjukkan bahwa jumlah tunas, tinggi tunas, jumlah daun, dan persentase hidup terbaik ditunjukkan pada perlakuan BAP 0.5 mg/l. Peningkatan konsentrasi BAP tidak memberikan berpengaruh yang nyata pada pertumbuhan eksplan.
Sedangkan persentase berkalus tertinggi ditunjukkkan pada perlakuan BAP 1.25 mg/l. Ada dugaan bahwa semakin sempurna pertumbuhan tanaman sangat mempengaruhi persentase hidup tanaman, hal ini dikarenakan tanaman'" dapat bertoleransi terhadap lingkungan tumbuhnya.
Penampakan visual ekplan yang terjadi diantaranya yaitu vitrifikasi, etiolasi, stagnasi serta kontaminasi yaitu dalam bentuk jamur, bakteri dan kapang. Vitifikasi dan etiolasi lebih disebabkan karena pengaruh lingkungan tumbuh yang tidak sesuai sedangkan stagnasi lebih disebabkan karena faktor eksplan yang tidak juvenil serta pangaruh sterilisasi yang tidak tepat. Setiap bagian eksplan memberikan pengaruh yang berbeda pada lingkungan tumbuh yang sama, hal ini karena dipengaruhi factor endogen eksplan yang berbeda.