Apakah semua tanaman dapat di kultur ?
Secara teori semua tanaman dan semua bagian tanaman yang masih hidup perpeluang untuk tumbuh menjadi individu baru. Kemampuan setiap tanaman untuk tumbuh menjadi individu baru ini dikenal dengan nama TOTIPOTENSI (total genetik potensi). Setiap tanaman dan setiap bagian tanaman memiliki TOTIPOTENSI. Yang menjadi persoalan adalah setiap bagian tanaman dan setiap tanaman berbeda komposisi media yang digunakan agar tanaman tersebut bisa tumbuh. Sel-sel tanaman muda lebih mudah ditumbuhkan dibanding dengan sel tua karena sudah mengalami proses diferensiasi.
Tanaman yang tingkat kekerabatannya dekat misalnya satu spesies, satu genus atau satu famili maka komposisi media yang digunakan tidak jauh berbeda untuk satu bagian eksplan yang sama (sama-sama pucuk, daun, batang, atau akar). Selain itu dalam setiap bagian dari tanaman tertentu komposisi media dan hormon yang digunakan juga berbeda misalnya untuk menumbuhkan pucuk berbeda komposisi media dengan menumbuhkan daun, batang atau akar. Umumnya yang digunakan adalah sel muda berupa pucuk selain itu merupakan sel tua karena sudah terdeferensiasi sehingga memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
Untuk tanaman yang sudah pernah dukulturkan dan berhasil, tentunya tidak menjadi soal untuk dikulturkan kembali, tetapi untuk jenis yang sama sekali belum pernah dikulturkan harus melalui percobaan-percobaan dengan pendekatan kekerabatan tadi, pendekatan kandungan unsur hara yang terdapat dalam tanah dan tanaman tersebut atau dengan sistem trial and error.
Apakah dengan kultur jaringan tanaman sub tropik bisa tumbuh pada daerah tropik ?
Pada awalnya tanaman memiliki struktur genetik yang sama, lingkunganlah yang akhirnya membedakan antara jenis yang satu dengan yang lainnya. Proses ini berlangsung cukup lama. Tanaman yang bisa beradaptasi dengan lingkungannya akan terus bertahan dan berkembang biak, sebaliknya tanaman yang tidak bisa beradaptasi dengan sendirinya akan punah. Proses adaptasi ini berlangsung disertai dengan proses adaptasi gen sehingga gen-gen yang bisa bertahan adalah hanya gen-gen yang sesuai dengan lingkungan tersebut. Bila lingkungan yang satu dengan yang lainnya cukup jauh perbedaannya maka dapat dipastikan komposisi gen tanaman tersebut juga jauh berbeda.
Daerah tropik dan sub tropik merupakan daerah dengan lingkungan yang sangat jauh perbedaannya. Sub tropik memiliki 4 musim sedangkan tropik dengan 2 musim. Bila tanaman sub tropik akan dikembangkan di daerah tropik tidak bisa dengan serta merta langsung tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal yang bisa dilakukan adalah melakukan proses adaptasi terlebih dahulu dengan melakukan isolasi lingkungan yang ketat secara perlahan dari lingkungan sub tropik berangsur-angsur hingga lingkungannya mendekati lingkungan daerah tropik. Bila proses ini dapat dilalui dengan baik maka dapat dikatkan bahwa tanaman sub tropik tersebut dapat ditumbuhkan di daerah tropik.
Namun bila proses ini tidak dapat dilalui dengan baik dalam hal ini tanaman tidak dapat tumbuh maka hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan rekayasa genetik. Gen-gen tanaman daerah tropik dimasukan ke dalah tanaman sub tropik sehingga akhirnya tanaman sub tropik bisa beradaptasi dengan lingkungan daerah tropik.
Apakah bibit atau tanaman hibrida bila di kultur bisa kembali ke F1 lagi ?
Pada prinsipnya kultur jaringan akan sama dengan induknya. Bila bibit hibrida berupa biji, dan biji tersebut yang tumbuhkan maka tanaman yang ditumbuhkan tersebut masih berupa F1. Bila ingin diperbanyak maka dapat dilakukan dengan sub kultur, hasil dari sub kultur ini juga masih F1. Tanaman ini akan berubah menjadi F2 bila bibit yang ditumbuhkan berasal dari tanaman F1.
Untuk mengurangi browning selain dengan preparasi, apa yang bisa dilakukan ?
Okulasi/stek dibarengi dengan karantina dengan pemberian fungisida sistemik, herbisida sistemik
Pada satu tanaman dapat dilakukan sub kultur 5-10 kali, apa maksud dapat di sub kultur 5-10 kali ?
Untuk memperbanyak tanaman sebelum masuk pada media perakaran, terlebih dahulu harus dilakukan sub kultur hingga target bibit yang dikehendaki tercapai dengan memperhitungkan faktor kegagalan. Setiap tanaman dapat dilakukan sub kultur 5-10 kali artinya bahwa setelah sub kultur pertama dari tanaman induk akan tumbuh seperti biasa. Setelah 1 – 2 minggu dapat dilakukan sub kultur kedua dan seterusnya dapat dilakukan sub kultur berikutnya hingga 5 – 10 kali tergantung kondisi tanamannya. Dengan demikian dari satu tanaman induk dapat menghasilkan berpuluh-puluh tanaman.
Bermacam-macam ramuan media ataupun komposisinya, pada saat kapan ramuan dan komposisi ini digunakan, dan pada tanaman apa saja ?
Unsur-unsur har yang dibutuhkan tanaman di lapangan merupakan kebutuhan pokok yang disediakan dalam media. Unsur-unsur hara diberikan dalam bentuk garam-garam organik. Komposisi dan formula media dan perkembangannya di dasarkan pada pendekatan peneliti. Beberapa media tanam, yaitu : MS, BS, Knop, WPM, BTM, CO, Anderson dan lain-lain. Media tanam MS lebih umum digunakan dan bisa digunakan hampir setiap jenis tanaman sedangkan wood plant media (WPM) khusus untuk tanaman berkayu. Komposisi media disesuaikan dengan jenis tanaman dan bagian tanaman yang akan dikultur.
Pemberian paklobutrazol untuk merangsang pembungaan dan buah, tetapi mengapa pada tanaman saya justru tidak dapat berbuah ?
Paclobutrazol bersifat sebagai pengawet atau bila diberikan pada tanaman akan menghentikan pertumbuhan vegetatif tanaman. Karena tidak ada pertumbuhan vegetatif sedangkan proses fotosintesis terus berlangsung maka terjadi penumpukan zat makanan pada tanaman tersebut. Dalam jangka waktu 3 bulan setelah pemberian paclobutrazol diberikan lagi giberelin yang berfungsi sebagai hormon untuk pertumbuhan diferensiasi termasuk pembungaan.
Pada saat inilah akan keluar bunga dalam jumlah yang cukup banyak dan bunga ini akhirnya akan berkembang menjadi buah. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian paklobutrazol adalah jangan sampai terlalu keseringan. Bila keseringan akan menyebabkan tanaman akan mati.
Apa bedanya kultur jaringan dengan rekayasa genetic ?
Kultur jaringan berbeda dengan rekayasa genetik. Kultur jaringan merupakan salah satu sarana rekayasa genetik. Benih yang unggul dari proses rekayasa genetik diperbanyak melalui sistem kultur jaringan.
Masih banyak pertentangan mengenai teknologi ini baik orang awam maupun para ilmuwan. Yang menjadi kekhawatiran sebagian besar ilmuwan adalah proses rekayasa genetik tidak memperhitungkan dampak secara umum, tetapi para perekayasa hanya menseting/merekayasa atau mengotak-atik tumbuhan sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan tanpa memperhitungkan resiko secara umum yang ditimbulkan sehingga hasilnya tidak sesuai dengan harapan.
Contoh kasus di Lampung : Pisang kapindis dengan proses rekayasa genetik menghasilkan buah yang besar sehingga batang tidak lagi mampu menopang buah dan akibatnya batang menjadi tumbang.
Rekayasa genetik juga dapat merusak keseimbangan alam akibat menghilangnya genetik tertentu dalam tumbuhan.
Contoh hilangnya/adanya tumbuhan yang genetiknya tahan hama wereng, ulat dll sehingga ulat dan wereng ditempat tersebut menjadi tidak ada/hilang dengan demikian lingkungan menjadi berubah.
Dalam rekayasa genetik juga berpeluang menghasilkan zat-zat tertentu atau unsur-unsur tertentu yang sebelumnya tidak terdapat dalam tumbuhan tersebut. Misalnya pada jenis sayuran atau buah-buahan yang telah melalui proses rekayasa genetik berpeluang menghasilkan protein/vitamin tertentu yang sebelumnya tidak ada dalam tumbuhan tersebut. Dengan demikian menjadi tidak aman untuk dikonsumsi karena vitamin, protein tersebut belum dapat diketahui berdampak positif atau negatif terhadap tubuh manusia.
Tanaman kultur jaringan juga bisa berdampak negatif/menjadi hama bila terlalu mendominasi jenis lain. Jenis-jenis unggul ini bila masuk ke alam dapat mendominasi dan bersifat eksperior sehingga tanaman lain tertekan dan bahkan punah.
Proses-proses diatas merupakan rekayasa genetik yang kemudian dengan sarana kultur jaringan diperbanyak sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian kultur jaringan bagaikan pisau bermata dua disatu sisi bisa berdampak positif dan disisi lain bisa negatif sehingga pengembangannya perlu eksta hati-hati.
contoh : jenis Akasia nelotica di TN Baluran yang awalnya merupakan tanaman eksotik yang didatangkan dari luar untuk sekat bakar dan makanan gajah ternyata sekarang berkembang menjadi padang akasia nelotica yang sangat susah untuk dibasmi.
Dengan kultur jaringan dapat pula dilakukan pemuliaan sederhana dengan cara melakukan seleksi terhadap jenis-jenis unggul pada kondisi tertentu di lingkungan in vitro maupun di nursery.
Menurut informasi bahwa dengan kultur jaringan dapat memproduksi tanaman dalam jumlah besar dan cepat, apakah benar demikian ?
Kultur jaringan memiliki rangkaian kegiatan yang cukup banyak yaitu mulai dari inisiasi/penanaman, inkubasi, reolikasi/perbanyakan/sub kultur, rotting/perakaran, aklimatisasi dan kemudian nursery. Keseluruhan rangkaian kegiatan ini membutuhkan waktu 6-12 bulan. Bila dalam satu tahun kita dapat memproduksi bibit 1200 bibit maka rata-rata per bulan adalah 200-100 bibit. Bila kita dapat memproduksi 120000 bibit per tahun maka rata-rata per bulan adalah 20000-10000 bibit. Dengan demikian produksi bibit dalam skala besar, kultur jaringan merupakan cara yang tercepat. Perbanyakan bibit dalam kultur jaringan dapat diatur sesuai dengan keinginan kita tentunya dengan memperbanyak jumlah eksplan awal sehingga bibit yang dihasilkan bisa mencapai jutaan.
Secara teori semua tanaman dan semua bagian tanaman yang masih hidup perpeluang untuk tumbuh menjadi individu baru. Kemampuan setiap tanaman untuk tumbuh menjadi individu baru ini dikenal dengan nama TOTIPOTENSI (total genetik potensi). Setiap tanaman dan setiap bagian tanaman memiliki TOTIPOTENSI. Yang menjadi persoalan adalah setiap bagian tanaman dan setiap tanaman berbeda komposisi media yang digunakan agar tanaman tersebut bisa tumbuh. Sel-sel tanaman muda lebih mudah ditumbuhkan dibanding dengan sel tua karena sudah mengalami proses diferensiasi.
Tanaman yang tingkat kekerabatannya dekat misalnya satu spesies, satu genus atau satu famili maka komposisi media yang digunakan tidak jauh berbeda untuk satu bagian eksplan yang sama (sama-sama pucuk, daun, batang, atau akar). Selain itu dalam setiap bagian dari tanaman tertentu komposisi media dan hormon yang digunakan juga berbeda misalnya untuk menumbuhkan pucuk berbeda komposisi media dengan menumbuhkan daun, batang atau akar. Umumnya yang digunakan adalah sel muda berupa pucuk selain itu merupakan sel tua karena sudah terdeferensiasi sehingga memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
Untuk tanaman yang sudah pernah dukulturkan dan berhasil, tentunya tidak menjadi soal untuk dikulturkan kembali, tetapi untuk jenis yang sama sekali belum pernah dikulturkan harus melalui percobaan-percobaan dengan pendekatan kekerabatan tadi, pendekatan kandungan unsur hara yang terdapat dalam tanah dan tanaman tersebut atau dengan sistem trial and error.
Apakah dengan kultur jaringan tanaman sub tropik bisa tumbuh pada daerah tropik ?
Pada awalnya tanaman memiliki struktur genetik yang sama, lingkunganlah yang akhirnya membedakan antara jenis yang satu dengan yang lainnya. Proses ini berlangsung cukup lama. Tanaman yang bisa beradaptasi dengan lingkungannya akan terus bertahan dan berkembang biak, sebaliknya tanaman yang tidak bisa beradaptasi dengan sendirinya akan punah. Proses adaptasi ini berlangsung disertai dengan proses adaptasi gen sehingga gen-gen yang bisa bertahan adalah hanya gen-gen yang sesuai dengan lingkungan tersebut. Bila lingkungan yang satu dengan yang lainnya cukup jauh perbedaannya maka dapat dipastikan komposisi gen tanaman tersebut juga jauh berbeda.
Daerah tropik dan sub tropik merupakan daerah dengan lingkungan yang sangat jauh perbedaannya. Sub tropik memiliki 4 musim sedangkan tropik dengan 2 musim. Bila tanaman sub tropik akan dikembangkan di daerah tropik tidak bisa dengan serta merta langsung tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal yang bisa dilakukan adalah melakukan proses adaptasi terlebih dahulu dengan melakukan isolasi lingkungan yang ketat secara perlahan dari lingkungan sub tropik berangsur-angsur hingga lingkungannya mendekati lingkungan daerah tropik. Bila proses ini dapat dilalui dengan baik maka dapat dikatkan bahwa tanaman sub tropik tersebut dapat ditumbuhkan di daerah tropik.
Namun bila proses ini tidak dapat dilalui dengan baik dalam hal ini tanaman tidak dapat tumbuh maka hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan rekayasa genetik. Gen-gen tanaman daerah tropik dimasukan ke dalah tanaman sub tropik sehingga akhirnya tanaman sub tropik bisa beradaptasi dengan lingkungan daerah tropik.
Apakah bibit atau tanaman hibrida bila di kultur bisa kembali ke F1 lagi ?
Pada prinsipnya kultur jaringan akan sama dengan induknya. Bila bibit hibrida berupa biji, dan biji tersebut yang tumbuhkan maka tanaman yang ditumbuhkan tersebut masih berupa F1. Bila ingin diperbanyak maka dapat dilakukan dengan sub kultur, hasil dari sub kultur ini juga masih F1. Tanaman ini akan berubah menjadi F2 bila bibit yang ditumbuhkan berasal dari tanaman F1.
Untuk mengurangi browning selain dengan preparasi, apa yang bisa dilakukan ?
Okulasi/stek dibarengi dengan karantina dengan pemberian fungisida sistemik, herbisida sistemik
Pada satu tanaman dapat dilakukan sub kultur 5-10 kali, apa maksud dapat di sub kultur 5-10 kali ?
Untuk memperbanyak tanaman sebelum masuk pada media perakaran, terlebih dahulu harus dilakukan sub kultur hingga target bibit yang dikehendaki tercapai dengan memperhitungkan faktor kegagalan. Setiap tanaman dapat dilakukan sub kultur 5-10 kali artinya bahwa setelah sub kultur pertama dari tanaman induk akan tumbuh seperti biasa. Setelah 1 – 2 minggu dapat dilakukan sub kultur kedua dan seterusnya dapat dilakukan sub kultur berikutnya hingga 5 – 10 kali tergantung kondisi tanamannya. Dengan demikian dari satu tanaman induk dapat menghasilkan berpuluh-puluh tanaman.
Bermacam-macam ramuan media ataupun komposisinya, pada saat kapan ramuan dan komposisi ini digunakan, dan pada tanaman apa saja ?
Unsur-unsur har yang dibutuhkan tanaman di lapangan merupakan kebutuhan pokok yang disediakan dalam media. Unsur-unsur hara diberikan dalam bentuk garam-garam organik. Komposisi dan formula media dan perkembangannya di dasarkan pada pendekatan peneliti. Beberapa media tanam, yaitu : MS, BS, Knop, WPM, BTM, CO, Anderson dan lain-lain. Media tanam MS lebih umum digunakan dan bisa digunakan hampir setiap jenis tanaman sedangkan wood plant media (WPM) khusus untuk tanaman berkayu. Komposisi media disesuaikan dengan jenis tanaman dan bagian tanaman yang akan dikultur.
Pemberian paklobutrazol untuk merangsang pembungaan dan buah, tetapi mengapa pada tanaman saya justru tidak dapat berbuah ?
Paclobutrazol bersifat sebagai pengawet atau bila diberikan pada tanaman akan menghentikan pertumbuhan vegetatif tanaman. Karena tidak ada pertumbuhan vegetatif sedangkan proses fotosintesis terus berlangsung maka terjadi penumpukan zat makanan pada tanaman tersebut. Dalam jangka waktu 3 bulan setelah pemberian paclobutrazol diberikan lagi giberelin yang berfungsi sebagai hormon untuk pertumbuhan diferensiasi termasuk pembungaan.
Pada saat inilah akan keluar bunga dalam jumlah yang cukup banyak dan bunga ini akhirnya akan berkembang menjadi buah. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian paklobutrazol adalah jangan sampai terlalu keseringan. Bila keseringan akan menyebabkan tanaman akan mati.
Apa bedanya kultur jaringan dengan rekayasa genetic ?
Kultur jaringan berbeda dengan rekayasa genetik. Kultur jaringan merupakan salah satu sarana rekayasa genetik. Benih yang unggul dari proses rekayasa genetik diperbanyak melalui sistem kultur jaringan.
Masih banyak pertentangan mengenai teknologi ini baik orang awam maupun para ilmuwan. Yang menjadi kekhawatiran sebagian besar ilmuwan adalah proses rekayasa genetik tidak memperhitungkan dampak secara umum, tetapi para perekayasa hanya menseting/merekayasa atau mengotak-atik tumbuhan sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan tanpa memperhitungkan resiko secara umum yang ditimbulkan sehingga hasilnya tidak sesuai dengan harapan.
Contoh kasus di Lampung : Pisang kapindis dengan proses rekayasa genetik menghasilkan buah yang besar sehingga batang tidak lagi mampu menopang buah dan akibatnya batang menjadi tumbang.
Rekayasa genetik juga dapat merusak keseimbangan alam akibat menghilangnya genetik tertentu dalam tumbuhan.
Contoh hilangnya/adanya tumbuhan yang genetiknya tahan hama wereng, ulat dll sehingga ulat dan wereng ditempat tersebut menjadi tidak ada/hilang dengan demikian lingkungan menjadi berubah.
Dalam rekayasa genetik juga berpeluang menghasilkan zat-zat tertentu atau unsur-unsur tertentu yang sebelumnya tidak terdapat dalam tumbuhan tersebut. Misalnya pada jenis sayuran atau buah-buahan yang telah melalui proses rekayasa genetik berpeluang menghasilkan protein/vitamin tertentu yang sebelumnya tidak ada dalam tumbuhan tersebut. Dengan demikian menjadi tidak aman untuk dikonsumsi karena vitamin, protein tersebut belum dapat diketahui berdampak positif atau negatif terhadap tubuh manusia.
Tanaman kultur jaringan juga bisa berdampak negatif/menjadi hama bila terlalu mendominasi jenis lain. Jenis-jenis unggul ini bila masuk ke alam dapat mendominasi dan bersifat eksperior sehingga tanaman lain tertekan dan bahkan punah.
Proses-proses diatas merupakan rekayasa genetik yang kemudian dengan sarana kultur jaringan diperbanyak sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian kultur jaringan bagaikan pisau bermata dua disatu sisi bisa berdampak positif dan disisi lain bisa negatif sehingga pengembangannya perlu eksta hati-hati.
contoh : jenis Akasia nelotica di TN Baluran yang awalnya merupakan tanaman eksotik yang didatangkan dari luar untuk sekat bakar dan makanan gajah ternyata sekarang berkembang menjadi padang akasia nelotica yang sangat susah untuk dibasmi.
Dengan kultur jaringan dapat pula dilakukan pemuliaan sederhana dengan cara melakukan seleksi terhadap jenis-jenis unggul pada kondisi tertentu di lingkungan in vitro maupun di nursery.
Menurut informasi bahwa dengan kultur jaringan dapat memproduksi tanaman dalam jumlah besar dan cepat, apakah benar demikian ?
Kultur jaringan memiliki rangkaian kegiatan yang cukup banyak yaitu mulai dari inisiasi/penanaman, inkubasi, reolikasi/perbanyakan/sub kultur, rotting/perakaran, aklimatisasi dan kemudian nursery. Keseluruhan rangkaian kegiatan ini membutuhkan waktu 6-12 bulan. Bila dalam satu tahun kita dapat memproduksi bibit 1200 bibit maka rata-rata per bulan adalah 200-100 bibit. Bila kita dapat memproduksi 120000 bibit per tahun maka rata-rata per bulan adalah 20000-10000 bibit. Dengan demikian produksi bibit dalam skala besar, kultur jaringan merupakan cara yang tercepat. Perbanyakan bibit dalam kultur jaringan dapat diatur sesuai dengan keinginan kita tentunya dengan memperbanyak jumlah eksplan awal sehingga bibit yang dihasilkan bisa mencapai jutaan.