Ringkasan : A. Kurnia E 08300012. Teknik Perbanyakan Anggrek Raksasa Irian Jaya (Grammatophyllum papuanum J.J. smith) dengan Kultur Jaringan, dibawah bimbingan Ir. Edhi Sandra, MSi.
Anggrek merupakan salah satu suku “Orchidaceae” yang cukup banyak jenis nya, sebagian besar keragamannya terpusat di kawasan tropis dan subtropis. Kekayaan alam Indonesia terhadap keanekaragaman jenis anggrek memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai tanaman hias, karena mempunyai nilai estetika tinggi dengan keindahan komposisi bentuk dan warna bunganya.
Di alam keberadaan jenis anggrek ini terancam punah karena pengambilan yang berlebihan menyebabkan terjadinya perubahan dan rusaknya habitat tumbuh anggrek yang dapat mengancam kelestarian anggrek. Di samping itu kegiatan pengeksploitasian yang berlebihan secara terus menerus turut menyebabkan terjadinya kepunahan terhadap keanekaragaman jenis anggrek yang ada di alam.
Tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor – LIPI. Kegiatan tugas akhir ini dilaksanakan selama dua bulan, mulai bulan Mei – Juli 2003.
Tugas akhir ini bertujuan untuk memperbanyak tanaman anggrek raksasa Irian Jaya (Grammatophyllum papuanum J.J. Smith) dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Sehingga hasil perbanyakan dapat memberikan informasi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam melestarikan jenis anggrek sebagai bagian dari kegiatan konservasi.
Untuk mencegah terjadinya kepunahan species anggrek raksasa Irian Jaya (Grammatophyllum papuanum J.J. Smith) dilakukan upaya perbanyakan yang tepat untuk menyediakan tanaman-tanaman baru dengan kualitas dan kuatitas yang baik. Salah satu cara perbanyakan yang dilakukan yaitu dengan perbanyakan secara vegetatif (menggunakan bagian organ pertumbuhan tanaman). Sistem perbanyakan tanaman secara vegetatif yang lebih cepat dan dapat menghasilkan jumlah tanaman yang lebih banyak dalam waktu relative singkat dikenal dengan teknik kultur jaringan.
Kultur jaringan sebagai salah satu alternative hasil penerapan teknologi dapat digunakan untuk kepentingan budidaya/ ekonomis maupun konservasi. Metode kultur jaringan dapat menghasilkan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman anggrek.
Teknik kultur jaringan terdiri dari beberapa tahapan yang setiap tahapannya harus dilakukan secara aseptic, terutama pada saat penanaman eksplan kedalam botol kultur untuk menghindari kegagalan pertumbuhan akibat masuk dan berkembangnya organisme lain dalam usaha perbanyakan tanaman anggrek.
Perbanyakan tanaman anggrek raksasa Irian Jaya (Grammatopyllum papuanum J.J. Smith) dengan kultur jaringan memberikan respon yang baik untuk diperbanyak dalam media kultur. Hasil perbanyakan dengan menggunakan bagian tanaman sebagai bahan eksplan yaitu protocorm like bodies, pucuk, dan bagian batang menunjukan tingkat keberhasilan dalam perbanyakan tanaman anggrek dari seluruh perlakuan yang dibuat masing-masing sebanyak 16 botol kultur, protocorm likes bodies utuh menunjukan persentase kultur hidup sebesar 68,75%, Plbs bagian ujung persentase kultur hidup sebesar 56,25%, Plbs pangkal sebesar 43,75%, bagian pucuk persentase kultur hidup sebesar 62,50%, dan pada bagian batang sebesar 37,50%.
Media dasar yang digunakan adalah media Murashige dan Skoog (MS) dengan penambahan zat pengatur tumbuh berupa Indole Butyric Acid (IBA) dan Benzim Adenin (BA). Pada tahapan pembuatan media kultur, alat dan bahan harus dalam keadaan steril.
Sterilisasi terhadap bahan tanaman mutlak dilakukan untuk menghindari terjadinya kegagalan dalam perbanyakan tanaman anggrek. Keberhasilan perbanyakan tanaman anggrek dalam media kultur ditentukan oleh komposisi media yang cocok. Penambahan zat pengatur tumbuh, lingkungan fisik kultur, intensitas cahaya, dan gejala kontaminasi turut mempengaruhi dalam kegiatan perbanyakan tanaman anggrek jenis ini yang merupakan parameter dilakukan pada saat pengamatan kegiatan tugas akhir.
Salah satu factor yang mempengaruhi dalam usaha perbanyakan tanaman anggrek adalah gejala kontaminasi. Kontaminasi pada media ditandai dengan tertutupnya media kultur oleh mikroorganisma seperti jamur dan bakteri, sehingga dapat menyebabkan kegagalan dalam usaha perbanyakan tanaman karena terganggunya pertumbuhan eksplan anggrek. Tanda-tanda kontaminasi yang disebabkan oleh jamur adanya benang-benang hifa dan umum nya berwarna putih, sedangkan kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri berupa cairan berlendir dengan berbagai macam warna.
Komposisi penggunaan zat pengatur tumbuh yang ditambahkan dalam media kultur mempengaruhi percepatan dalam perbanyakan tanaman anggrek, dimana bagian tanaman yang dijadikan bahan eksplan dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Penggunaan zat pengatur tumbuh dengan menggunakan beberapa perlakuan ternyata berhasil memperbanyak tanaman anggrek raksasa Irian Jaya. Selain itu zat pengatur tumbuh yang digunakan berupa Sitokinin Indole Butyric Acid (IBA) dan Auksin Benzine Adenin (BA) memberikan respon yang jelas terhadap perbanyakan anggrek raksasa Irian Jaya.
Disamping itu pengaruh intensitas cahaya memberikan pengaruh yang sangat jelas terhadap perbanyakan tanaman anggrek raksasa Irian Jaya. Dimana pertumbuhan eksplan anggrek ini tumbuh dan mengatur serta mengintegrasikan kegiatan seluruh bagian tanaman dengan merespon perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Pemberian cahaya dengan menggunakan lampu neon keseluruh bagian eksplan memberikan perkembangan yang nyata terhadap perbanyakan anggrek berupa protocorm likes bodies utuh, protocorm like bodies bagian ujung, protocorm like bodies bagian bangkal, pucuk dan pada bagian batang.
Perbanyakan tanaman anggrek raksasa Irian Jaya dengan menggunakan bagian-bagian tanaman yang digunakan menghasilkan perkembangan yang baik dengan menjadi tanaman baru (panlet). Namun karena selang pengamatan yang pendek sehingga hasil terhadap perbanyakan lebih lanjut tidak didapatkan. Di Laboratorium kultur jaringan perbanyakan tanaman anggrek memang membutuhkan waktu untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangannya, oleh sebab itulah maka dibutuhkan jangka pengamatan yang tidak pendek sebab kemampuan regenerasi tanaman pada media kultur juga ditentukan oleh kemampuan regenerasinya dilapangan.
Anggrek merupakan salah satu suku “Orchidaceae” yang cukup banyak jenis nya, sebagian besar keragamannya terpusat di kawasan tropis dan subtropis. Kekayaan alam Indonesia terhadap keanekaragaman jenis anggrek memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai tanaman hias, karena mempunyai nilai estetika tinggi dengan keindahan komposisi bentuk dan warna bunganya.
Di alam keberadaan jenis anggrek ini terancam punah karena pengambilan yang berlebihan menyebabkan terjadinya perubahan dan rusaknya habitat tumbuh anggrek yang dapat mengancam kelestarian anggrek. Di samping itu kegiatan pengeksploitasian yang berlebihan secara terus menerus turut menyebabkan terjadinya kepunahan terhadap keanekaragaman jenis anggrek yang ada di alam.
Tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor – LIPI. Kegiatan tugas akhir ini dilaksanakan selama dua bulan, mulai bulan Mei – Juli 2003.
Tugas akhir ini bertujuan untuk memperbanyak tanaman anggrek raksasa Irian Jaya (Grammatophyllum papuanum J.J. Smith) dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Sehingga hasil perbanyakan dapat memberikan informasi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam melestarikan jenis anggrek sebagai bagian dari kegiatan konservasi.
Untuk mencegah terjadinya kepunahan species anggrek raksasa Irian Jaya (Grammatophyllum papuanum J.J. Smith) dilakukan upaya perbanyakan yang tepat untuk menyediakan tanaman-tanaman baru dengan kualitas dan kuatitas yang baik. Salah satu cara perbanyakan yang dilakukan yaitu dengan perbanyakan secara vegetatif (menggunakan bagian organ pertumbuhan tanaman). Sistem perbanyakan tanaman secara vegetatif yang lebih cepat dan dapat menghasilkan jumlah tanaman yang lebih banyak dalam waktu relative singkat dikenal dengan teknik kultur jaringan.
Kultur jaringan sebagai salah satu alternative hasil penerapan teknologi dapat digunakan untuk kepentingan budidaya/ ekonomis maupun konservasi. Metode kultur jaringan dapat menghasilkan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman anggrek.
Teknik kultur jaringan terdiri dari beberapa tahapan yang setiap tahapannya harus dilakukan secara aseptic, terutama pada saat penanaman eksplan kedalam botol kultur untuk menghindari kegagalan pertumbuhan akibat masuk dan berkembangnya organisme lain dalam usaha perbanyakan tanaman anggrek.
Perbanyakan tanaman anggrek raksasa Irian Jaya (Grammatopyllum papuanum J.J. Smith) dengan kultur jaringan memberikan respon yang baik untuk diperbanyak dalam media kultur. Hasil perbanyakan dengan menggunakan bagian tanaman sebagai bahan eksplan yaitu protocorm like bodies, pucuk, dan bagian batang menunjukan tingkat keberhasilan dalam perbanyakan tanaman anggrek dari seluruh perlakuan yang dibuat masing-masing sebanyak 16 botol kultur, protocorm likes bodies utuh menunjukan persentase kultur hidup sebesar 68,75%, Plbs bagian ujung persentase kultur hidup sebesar 56,25%, Plbs pangkal sebesar 43,75%, bagian pucuk persentase kultur hidup sebesar 62,50%, dan pada bagian batang sebesar 37,50%.
Media dasar yang digunakan adalah media Murashige dan Skoog (MS) dengan penambahan zat pengatur tumbuh berupa Indole Butyric Acid (IBA) dan Benzim Adenin (BA). Pada tahapan pembuatan media kultur, alat dan bahan harus dalam keadaan steril.
Sterilisasi terhadap bahan tanaman mutlak dilakukan untuk menghindari terjadinya kegagalan dalam perbanyakan tanaman anggrek. Keberhasilan perbanyakan tanaman anggrek dalam media kultur ditentukan oleh komposisi media yang cocok. Penambahan zat pengatur tumbuh, lingkungan fisik kultur, intensitas cahaya, dan gejala kontaminasi turut mempengaruhi dalam kegiatan perbanyakan tanaman anggrek jenis ini yang merupakan parameter dilakukan pada saat pengamatan kegiatan tugas akhir.
Salah satu factor yang mempengaruhi dalam usaha perbanyakan tanaman anggrek adalah gejala kontaminasi. Kontaminasi pada media ditandai dengan tertutupnya media kultur oleh mikroorganisma seperti jamur dan bakteri, sehingga dapat menyebabkan kegagalan dalam usaha perbanyakan tanaman karena terganggunya pertumbuhan eksplan anggrek. Tanda-tanda kontaminasi yang disebabkan oleh jamur adanya benang-benang hifa dan umum nya berwarna putih, sedangkan kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri berupa cairan berlendir dengan berbagai macam warna.
Komposisi penggunaan zat pengatur tumbuh yang ditambahkan dalam media kultur mempengaruhi percepatan dalam perbanyakan tanaman anggrek, dimana bagian tanaman yang dijadikan bahan eksplan dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Penggunaan zat pengatur tumbuh dengan menggunakan beberapa perlakuan ternyata berhasil memperbanyak tanaman anggrek raksasa Irian Jaya. Selain itu zat pengatur tumbuh yang digunakan berupa Sitokinin Indole Butyric Acid (IBA) dan Auksin Benzine Adenin (BA) memberikan respon yang jelas terhadap perbanyakan anggrek raksasa Irian Jaya.
Disamping itu pengaruh intensitas cahaya memberikan pengaruh yang sangat jelas terhadap perbanyakan tanaman anggrek raksasa Irian Jaya. Dimana pertumbuhan eksplan anggrek ini tumbuh dan mengatur serta mengintegrasikan kegiatan seluruh bagian tanaman dengan merespon perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Pemberian cahaya dengan menggunakan lampu neon keseluruh bagian eksplan memberikan perkembangan yang nyata terhadap perbanyakan anggrek berupa protocorm likes bodies utuh, protocorm like bodies bagian ujung, protocorm like bodies bagian bangkal, pucuk dan pada bagian batang.
Perbanyakan tanaman anggrek raksasa Irian Jaya dengan menggunakan bagian-bagian tanaman yang digunakan menghasilkan perkembangan yang baik dengan menjadi tanaman baru (panlet). Namun karena selang pengamatan yang pendek sehingga hasil terhadap perbanyakan lebih lanjut tidak didapatkan. Di Laboratorium kultur jaringan perbanyakan tanaman anggrek memang membutuhkan waktu untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangannya, oleh sebab itulah maka dibutuhkan jangka pengamatan yang tidak pendek sebab kemampuan regenerasi tanaman pada media kultur juga ditentukan oleh kemampuan regenerasinya dilapangan.