Show Mobile Navigation

Artikel Terkini

Berlangganan Artikel Kuljar Via Email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Pendaftaran

07 December 2011

BOGOR SEBAGAI PUSAT PENGEMBANGAN ANGGREK INDONESIA

@Cahangon75 - Wednesday, December 07, 2011
Oleh
Ir. Edhi Sandra Msi
Peneliti dan pecinta anggrek.

Pendahuluan

Adalah tidak berlebihan bila kita harus mengembangan anggrek di Indonesia. Selain pasaran anggrek yang stabil baik di dalam maupun luar negeri. Anggrek mempunyai komunitas yang sangat luas . Anggrek adalah jenis bunga yang disukai oleh banyak manusia, mulai anak-anak, remaja, dewasa, bapak-bapak maupun ibu-ibu. Anggrek juga banyak digunakan untuk berbagai macam kegiatan dan upacara.
Ragam jenis dan variasi bunga yang sangat beranekaragam membuat anggrek memiliki variasi keindahan bunga yang sangat beragam dan indah-indah. Anggrek dapat disilangkan tidak hanya di level jenis tapi juga bisa disilangkan pada level taksonomi di atasnya, seperti genus. Disamping jumlah jenis yang sangat beranekaragam di dunia ini.
Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang sangat mengagumkan, tapi sayang beberapa jenis sudah terancam kepunahan. Banyak jenis-jenis potensial yang berstatus langka. Dan sebagian besar merupakan anggrek endemik Indonesia, sehingga alangkah sangat disayangkan bila kita sendiri tidak mampu memelihara kekayaan flora kita. Oleh sebab itulah maka kita perlu melestarikan dan mengembangkan anggrek sehingga dapat memberikan manfaat untuk kita semua.

Bogor Sebagai Pusat Pengembangan Anggrek Indonesia

Bogor memiliki beberapa hal yang penting dalam pengembangan anggrek yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Potensi ini perlu dimanfaatkan dan disinergikan agar dapat mendorong ke arah pengembangan anggrek. Hal-hal yang penting dalam pengembangan anggrek di Bogor adalah:

1. Kebun Raya Bogor.
Adanya lembaga ini seharusnya dapat di manfaatkan oleh pelaku anggrek di bogor untuk dapat memanfaatkan koleksi anggrek spesies yang lengkap di Kebun raya bogor. Kebun raya bogor mengoleksi berbagai macam jenis anggrek spesies dari berbagai daerah di Indonesia untuk di konservasi secara eksitu. Kebun raya bogor sebagai lembaga konservasi melakukan kegiatan konservasi berbagai jenis tumbuhan Indonesia termasuk anggrek. Oleh sebab itulah pengembangan lebih lanjut pemanfaatan spesies anggrek tersebut perlu dilakukan agar dapat memberikan hasil yang nyata bagi masyarakat.

2. IPB
Dengan adanya Institut Pertanian Bogor, yang terdiri dari berbagai fakultas dan departemen dengan spesialisasi berbagai bidang yang terkait dengan produk pertanian diantaranya tanaman hias dalam hal ini anggrek, maka minimal riset-riset tentang anggrek dapat lebih dikembangkan, sehingga anggrek dapat lestari dan dapat dimuliakan sehingga dihasilkan anggrek yang unggul.

3. LIPI
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Lembaga yang saat ini berdomisili di cibinong ini juga banyak meneliti tentang anggrek baik yang terkait dengan taksonominya maupun pembudidayaannya.

4. Balai Penelitian Tanaman Hias
Adanya balai penelitian ini juga pasti memberikan dampak terhadap riset-riset yang terkait dengan pelestarian dan pengembangan tanaman hias , diantaranya juga anggrek.

5. Personal yang mempunyai jiwa peneliti dan juga cinta anggrek
Banyaknya balai penelitian di bogor, banyaknya perguruan tinggi di bogor sehingga bogor mendapat gelar kota pelajar, kondisi lingkungan yang cocok untuk berbudidaya membuat bogor memiliki personal-personal yang mencintai tanaman. Terutama tanaman hias, dalam hal ini anggrek. Banyak staf IPB yang secara pribadi mengoleksi anggrek di rumahnya. Ada beberapa staf IPB atau balai penelitian lain yang memiliki nursery tanaman hias bahkan laboratorium kultur jaringan di rumahnya, Ibu Herlina (Balithi), Bapak Agus (Kebun raya bogor), Bapak Edhi Sandra (Fahutan IPB),

6. Penangkar dan Nursery Anggrek
Bogor memiliki penangkar dan kolektor tanaman hias yang cukup besar seperti Bapak Greg Hambali, Bapak Beny Cia, Bapak Cepi, Bapak Candra Gunawan (Godong Ijo) Bapak Bapak Sugiono, Bapak Nurdi, Ibu Jali dll. Mereka semua kebanyakan sudah memiliki jaringan kemitraan dan pasar sendiri. Hal ini tentunya mengerakkan petani-petani tanaman hias yang di bawahnya. Demikian pula dengan penangkar dan nursery anggrek di Bogor tidak kalah banyak, seperti Ibu Ning (Cimanggu) Ibu Elly (Bogor Indah), Ibu Yussi (Gunung batu), Bapak Kosim (Cimanggu), Bapak Herman (Ciapus), Bapak Rusdi Rusli (Ciampea), Ibu Herlina (Sindangbarang, Balithi) dan Ibu Hapsiati (Taman Cimanggu, Esha Flora) dan masih banyak lagi yang saya belum ketahui. Kesemuanya memberikan kontribusi yang sangat nyata dalam perkembangan anggrek di bogor.

7. Pekebun Anggrek
Sementara itu di daerah kabupaten bogor, banyak terdapat kebun-kebun anggrek dengan luasan yang bervariasi, seperti Bapak Gino, Bapak Budi, Bapak Parno (Sanderiana Nursery), Bapak Joko, dan Bapak Rusdi Rusli. Sebagian merupakan binaan Dinas Pertanian bogor. Dinas Pertanian bogor mempunyai program untuk mengembangkan bogor sebagai kota anggrek

8. Pedagang Tanaman Hias
Disamping itu bogor juga memiliki pedagang dan petani tanaman hias yang tergolong sangat banyak. Pedagang dikategorikan untuk yang berjualan di pinggir jalan seperti di sepanjang jalan pajajaran, disepanjang jalan dadali, di jalan ke arah perumahan, sepanjang jalan parung, sebagian jalan pemda bogor, sebagian jalan di puncak dan cibodas.
Sedangkan petani lebih dicirikan pada orang yang membudidayakan tanaman hias dengan lokasi lebih terpencil tapi memiliki luasan yang lebih luas. Petani-petani ini terhimpun dalam suatu luasan lokasi tertentu seperti di Ciapus, jalan pemda baru, desa sekitar talang ke arah sukabumi, daerah cipaku, daerah parung dll. Bahkan sampai sekarang bogor diakui sebagai kota pusat pengadaan bibit dan benih dengan level nasional.


9. Masyarakat Pecinta Tanaman
Dominasi instansi yang ada di bogor lebih banyak di dominasi oleh dunia pendidikan dan penelitian disamping adanya instansi Kebun raya Bogor, Dan kondisi bogor yang sangat cocok untuk budidaya tanaman, maka banyak masyarakat bogor yang mencintai tanaman. Banyak masyarakat bogor yang hobi bertanam, entah bertanam tanaman hias, tanaman hortikultura, tanaman obat atau bahkan tanaman buah.

10.Pemda Bogor
Pemerintah Daerah Bogor, dalam hal ini berperan sebagai pemimpin daerah merupakan faktor yang sangat penting. Dan melalui Dinas pertaniannya Pemda Bogor telah menggulirkan program-program pemberdayaan masyarakat dan petani mulai dengan pemberdayaan petani anggrek di daerah kabupaten bogor, dan juga pemberdayaan petani anggrek di kotamadya bogor.
Pengembangan anggrek di kabupaten diarahkan ke produksi anggrek dengan luasan kebun yang cukup besar. Sedangkan pengembangan anggrek di kotamadya bogor lebih di arahkan pada pengembangan bibit anggrek dalam botol. Strategi ini sangat sesuai mengingat di daerah kotamadya lahan sudah sangat tidak memadai untuk membuat kebun-kebun anggrek. Pengembangan bibit anggrek botolan merupakan solusi yang sangat baik karena selain pemanfaatan di lahan sempit maka peningkatan kinerja orang-orang yang sudah pensiun atau yang putus sekolah atau bahkan ibu-ibu rumah tangga dapat di arahkan untuk memproduksi anggrek botolan tersebut.

11. Faktor Positif Lain.
Selain yang di atas sebenarnya masih banyak pihak-pihak yang berkompeten dan berperan dalam membantu pengembangan anggrek di Bogor. Dan masih banyak hal-hal yang merupakan faktor positif dalam pengembangan anggrek, misalnya: Bogor sebagai kota satelit dengan Ibukota Jakarta. Hal ini merupakan keuntungan dalam hal pemasaran dan promosi. Disamping itu Bogor juga dikenal sebagai kota wisata. Banyak wisatawan dari manca negara yang berkunjung ke bogor baik untuk mengunjungi Kebun raya bogor, Istana Bogor, Gunung Gede - Pangrango – Halimun. Di tambah dengan adanya orang asing yang sedang riset atau belajar di IPB ataupun LIPI. Semua ini merupakan keuntungan dalam memasarkan produk-produk anggrek.


Persamaan Persepsi dan Sikap

Dengan adanya potensi pengembangan Bogor sebagai Pusat Pengembangan anggrek, bahkan Pemerintah daerah melalui Dinas Pertaniannya telah mencanangkan sebagai kota anggrek. Disamping itu dengan adanya Kebun Raya Bogor dengan berbagai jenis koleksi anggrek liarnya dari seluruh Indonesia. Adanya wacana dan program pemda untuk menjadikan Bogor sebagai kota anggrek, merupakan sesuatu yang sangat logis dan prospektif. Hal ini sebaiknya di dukung dan dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pengembangan anggrek di Bogor. Kalau saja masing-masing pihak berusaha memerankan perannya dalam pengembangan anggrek sesuai dengan profesinya maka sebenarnya secara tidak langsung sudah turut memujudkan rencana tersebut.
Dengan adanya persamaan persepsi dan sikap untuk menjadikan bogor sebagai pusat pengembangan anggrek maka selanjutnya tinggal mengkordinasikan dan mensinergikan masing-masing kegiatan yang sudah ada, dan mengadakan kegiatan bersama yang dapat lebih merealisasikannya.

Forum Komunikasi Pecinta Anggrek Bogor

Memang sebaiknya ada kelembagaan yang terdiri dari semua komponen di atas, yang dapat mengakomodir dan merencanakan serta membuat program pengembangan Bogor sebagai pusat anggrek. Forum inilah yang akan aktif mensosialisasikan masing-masing kegiatan, mengkordinasikan semua kegiatan yang ada di semua pihak serta berusaha untuk mengupayakan mengarah pada satu tujuan yang sama, berusaha membuat kegiatan bersama dan secara bertahap mengupayakan untuk adanya jejak-jejak prestasi dan jejak investasi real yang dapat dilihat dan di kunjungi oleh wisatawan.

Bogor, 6 Desember 2011
Edhi sandra
Enhanced by Zemanta

SEJUTA MANFAAT TANAMAN HERBAL UNTUK KESEHATAN

@Cahangon75 - Wednesday, December 07, 2011
Oleh
Ir. Edhi Sandra MSi
Bagian Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor


I.  Pendahuluan
            Dengan kondisi budaya modern saat ini yang persaingan sangat ketat, waktu berputar dengan cepat, semua ingin serba instan, praktis dan hasil seoptimal mungkin,  banyaknya pencemaran lingkungan, banyaknya racun disekitar kita membuat kesehatan sangat terancam.
            Kesemua faktor tersebut membuat kita kurang dan tidak memperhatikan kesehatan dengan baik. Bahkan kesehatan dianggap prioritas yang kesekian. Orang lebih suka minum obat modern agar cepat sembuh sehingga dapat beraktivitas kembali.
            Tapi taukah anda?  bila ternyata anda sedang menggadaikan kesehatan anda dengan sesuatu yang sebenarnya bisa diusahakan kembali. Sebaliknya bila kesehatan itu lepas dari diri kita, maka untuk mengembalikannya kembali seringkali membutuhkan nilai yang melebihi dari yang telah kita usahakan.
            Demikian pula dengan penanggulangan masalah kesehatan dan kecantikan, menginginkan hasil yang fantastik dan cepat. Tapi kembali bahwa ternyata tidak sesederhana itu, karena belakangan baru diketahui bahwa obat modern seringkali hanya memindahkan dari penyakit yang satu ke penyakit yang lain.
            Sejalan dengan gelombang hijau (Go Green) maka pengobatan secara tradisional, dengan tradisi timur, maka pengobatan menggunakan obat herbal menjadi alternatif yang sangat menjanjikan. Sayangnya dalam pelaksanaannya masih banyak hal yang belum diketahui sehingga pemanfaatan herbal belum banyak dilakukan oleh masyarakat luas.
            Berdasar permasalahan inilah saya berusaha menyampaikan berbagai hal yang berkaitan dengan pemanfaatan herbal, agar dapat secara real dimanfaatkan sehari-hari dan dapat meningkatkan kesehatan dan kecantikan kita semua.

II.   Pemanfaatan Herbal
            Masih banyak hal-hal yang menghambat pemanfaatan herbal di masyarakat, diantaranya pengenalan dan identifikasi jenis tumbuhan obat dan khasiatnya, dosis dan teknis pengobatan serta keamanannya, ketidak tahuan di dalam memproses tumbuhan obat tersebut menjadi herbal, ketidaktahuan dalam mendiagnosa dan ketepatan komposisi ramuan herbal serta dosisnya.
            Kesemuanya menghalangi pemanfaatan herbal oleh masyarakat, padahal tumbuhan obat banyak tumbuh liar di sekitar halaman kita. Dan kalau saja tumbuhan obat dapat kita gunakan dalam menanggulangi permasalahan kesehatan yang banyak diderita masyarakat sehari-hari, maka nilainya menjadi sangat besar. Berarti pula bahwa alokasi yang seharusnya untuk kesehatan dapat dialihkan ke alokasi biaya lain, dengan demikian secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan, disamping kesehatan dapat diatasi dengan baik.

            Berkaitan dengan hal tersebut, maka agar dapat memanfaatkan tumbuhan obat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.  Khasiat dan Manfaat Tumbuhan Obat
            Bila kita ingin menggunakan suatu tumbuhan obat untuk pengobatan maka pertama kali yang harus dilakukan adalah mencari literatur, informasi dan data tentang tumbuhan obat tersebut. Semua hal yang berkaitan dengan tumbuhan obat tersebut harus sedapat mungkin diketahui. Dari semua data tersebut maka dirangkum, diinventarisis dan dievaluasi berkaitan dengan khasiat, bagian tanaman, dosis atau cara pakai, pantangan atau kontra indikasi atau efek samping, kategori tumbuhan obat (tumbuhan obat keras atau aman).  Analisa semua khasiat dan manfaat serta testimoni, cari dan tentukan fungsi farmakologinya.
2.  Identifikasi Kebenaran Jenis Tumbuhan Obat
            Cari di literatur mengenai deskripsi dan gambar tumbuhan obat tersebut, kalau ada herbariumnya.  Atau dapatkan tumbuhan obat tersebut di tempat yang kompeten dalam pengobatan herbal, misalnya Balitro, Perguruan tinggi, lembaga herbal lainnya, seperti Karya sari, dan Sringanis. Dan cari juga informasi bagian tanaman yang digunakan sebagai herbal.
            Berkaitan dengan kebenaran Tumbuhan obat, maka kalau bahan tersebut sudah berupa herbal atau simplisia maka sebaiknya kita mengetahui dan dapat memastikan bahwa herbal atau simplisia tersebut adalah benar yang diinginkan. Banyak pihak yang tidak bertanggungjawab dalam pengolahan herbal atau simplisia mereka sembarang olah, bahkan untuk menambah jumlah, mereka memasukkan komponen lain ke dalam simplisia tersebut.
3.  Pemanenan dan Pengolahan Herbal
            Sebaiknya kita mengetahui kondisi bahan herbal yang digunakan agar dapat diketahui kandungan bahan bioaktif tertinggi yang terkandung dalam herbal tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan umur tanaman, tempat tumbuh, pembatasan dan pengotor. Semakin selektif dan intensif dalam penentuan bahan baku maka akan semakin baik karena selain kandungannya semakin tinggi juga terjamin dari pengotor dan simplisia yang kurang efektif.
            Dalam pengolahan juga perlu diperhatikan agar kandungan bioaktif yang ada dalam tumbuhan obat tersebut tidak rusak.  Beberapa hal yang dapat mengurangi khasiat dan kandungan bahan bioaktif tumbuhan obat: radisasi sinar, suhu tinggi, kondisi basah yang berlarut-larut, dan terkontaminasi mikroba.
            Pemanfaatan tumbuhan obat secara segar atau langsung sebenarnya sangat baik karena kandungan bahan obat yang ada di dalamnya masih optimal dan belum rusak. Tapi dalam kaitannya dengan bisnis dan industri jamu, maka pembuatan simplisia perlu dilakukan. Prinsipnya adalah usahakan simplisia kering dalam waktu yang cepat/singkat dengan suhu yang rendah dan kondisi gelap/ tidak teradiasi sinar ekstrim.
            Proses pengeringan yang banyak dilakukan adalah dengan menggunakan sinar matahari. Dalam hal ini ada dua hal yang dapat merusaknya yaitu radiasi sinar mataharinya dan yang kedua adalah suhu tinggi juga akan merusak kandungan bioaktif dalam tumbuhan obat tersebut.
            Untuk menanggulangi hal tersebut dapat digunakan AC atau juga alat facum kelembaban. Usahakan simplisia kering dengan kandungan air maksimal 5%, dan akan lebih baik disimpan dalam kondisi ruangan dengan kelembaban dibawah 10% dan suhu dibawah 20 derajat celcius.
            Bila simplisia sudah kering maka sebaiknya simplisia dibungkus dengan bahan yang kedap, sehingga tidak tembus udara dan uap air. Bisa digunakan alumunium foil dan plastik tebal. Sebaiknya dimasukkan kembali dalam kotak yang bersifat kedap,  disamping ruangan yang telah disebutkan diatas.
            Bila dalam pembuatan simplisia tersebut belum disterilkan maka sebaiknya dalam penggunaan simplisia dilakukan perebusan terlebih dahulu, sedangkan untuk penggunaan simplisia yang diseduh sebaiknya dalam pembuatannya dilakukan sterilisasi terlebih dahulu. Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan sinar UV atau ozon atau airpurifier.
4. Penggunaan Herbal dalam pengobatan
            Pertama kali lakukan analisa khasiat dan konsentrasinya, serta juga diteliti apakah ada kontra indikasinya, lihat hasil testimoni yang ada, lihat juga pengaruhnya terhadap kepekaan tertentu. Bila semua sudah kita usahakan, maka untuk keamanannya maka di lakukan penggunaan setengah dosis yang dianjurkan. Untuk melihat reaksi spesifik individu, serta untuk melihat apakah ada kontra indikasi, serta pengaruh positif herbal tertentu. Bila tidak ada hal-hal yang negatif maka secara bertahap dosis ditingkatkan.
            Berkaitan dengan dosis, seringkali tumbuhan obat dianggap tidak manjur atau tidak efektif dalam penyembuhan suatu penyakit.  Sebenarnya hal ini disebabkan persepsi pengobatan herbal yang masih salah.  Banyak orang berobat secara herbal tapi berpola pikir pengobatan modern, ingin cepat sembuh, dengan dosis yang tepat dan manjur.
            Ada dua pola yang berbeda dalam pengobatan tumbuhan obat atau herbal dengan pengobatan modern. Pengobatan dengan herbal bersifat selektif konstruksif sedangkan pengobatan modern lebih cenderung kearah destruktif. Hal ini menyebabkan proses dalam pengobatan herbal lebih lambat dibanding pengobatan modern.
            Pengobatan modern menggunakan bahan bioaktif murni yang diisolasi atau yang disintesa oleh manusia. Dengan demikian mereka telah mengetahui dengan pasti dosis penyembuhan berdasarkan hasil penelitian, misalnya dengan menggunakan kapsul ukuran 250 mg atau 500 mg maka kira-kira penyakit dapat disembuhkan setelah 3 hari dengan dosis 3 x 1 kapsul per hari.
            Pada saat kita menggunakan herbal maka kita secara otomatis berusaha mengambil perbandingan, karena dosis tepatnya tidak diketahui. Mereka mengambil mudahnya dengan menyamakan dosis herbal dengan dosis obat modern. Padahal bila dilihat dari wujudnya saja sudah berbeda. Obat modern adalah murni bahan bioaktif, sedangkan herbal adalah simplisia. Berarti sebenarnya kandungan bioaktif pada herbal bukanlah jumlah simplisia tersebut tapi hanya sepersekian ribu dari beratnya. Berarti untuk mencapai jumlah bahan bioaktif yang efektif untuk penyembuhan maka perlu dilakukan penambahan jumlah kapsul simplisia dalam sekali minum.

III.   Diagnosa Tradisional  
            Bila penyakit sudah diketahui maka akan lebih mudah di dalam menentukan tumbuhan obat yang akan digunakan di dalam penyembuhan secara herbal. Bila belum diketahui secara medis maka dapat dianalisa dari keluhan yang dirasakan oleh pasien dan kejadian yang dialami selama sakit. Ditambah dengan pengamatan tertentu secara tradisional, seperti melihat raut muka, melihat telapak tangan, melihat iris mata dan mengamati denyut nadi.  Dengan menggabungkan kesemuanya maka kita berusaha menyimpulkan dan mengambil suatu langkah pengobatan yang bersifat global.
            Dalam hal ini pengetahuan mengenai medis, penyakit dan fisiologi tubuh sangat diperlukan. Strategi pengobatan herbal bersifat global dengan berusaha mengoptimalkan semua faktor yang dapat membantu kesembuhan dari suatu penyakit.

IV.  Membuat Ramuan Herbal Sendiri
            Secara garis besar penyakit dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : 1). Penyakit yang disebabkan dengan adanya mikroba.  Untuk penyakit ini maka diperlukan herbal yang dapat mematikan mikroba seperti virus, bakteri atau jamur. Herbal yang dapat digunakan adalah herbal yang bersifat antibiotik dan 2). Penyakit yang disebabkan oleh malfungsi atau kurang berfungsinya organ dan komponen dalam tubuh.  Malfungsi bisa disebabkan karena faktor lingkungan dan bahan kimia tertentu atau bisa juga disebabkan karena adanya kerusakan jaringan atau organ.
            Prinsipnya, dalam meramu herbal maka ramuan tersebut terdiri dari:
  1. Herbal Utama yang berperan di dalam mengatasi penyakit utamanya, bisa terdiri dari satu atau lebih tumbuhan obat. Beragamnya herbal utama dalam rangka meningkatkan efektifitas dan kemanjuran fungsi penyembuhan, misalnya herbal yang berfungsi mematikan sel-sel kanker
  2. Herbal Utama Pendamping, masih berfungsi sebagai antisipasi permasalahan penyakitnya, misalnya  herbal penghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
  3. Herbal Pendukung 1, adalah herbal yang berfungsi menguatkan fungsi penyembuhan misalnya meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan daya survival tubuh.
  4. Herbal  Pendukung 2, adalah herbal yang membantu proses pembuangan sel-sel kanker yang mati, serta meningkatkan perlawanan tubuh terhadap kanker dengan meningkatkan metabolisme tubuh.
  5. Herbal Pendukung 3, membantu mengoptimalkan kerja herbal utama dengan membuang racun-racun dan penghambat kinerja organ tubuh secara keseluruhan.
  6. Herbal Pendukung 4, membantu proses penyembuhan dengan meregenerasikan sel-sel baru serta mengaktifkan organ-organ yang tidak berfungsi dengan baik.

V.   Tahapan Pengobatan Herbal Yang Baik
            Seringkali secara fisual dan perasaan obat herbal tidak memberikan dampak yang signifikan. Selain tidak tepatnya dosis juga bisa disebabkan banyaknya hal-hal yang haus ditangani oleh herbal tersebut sebelum dapat mengobati penyakitnya sendiri.
1. Detoksifikasi
            Jadi sebenarnya ada kemungkinan di dalam tubuh kita banyak hal-hal yang tidak baik yang berpotensi sebagai penyakit, atau bahkan sudah menjadi penyakit tapi belum dirasa karena masih bersifat tahap awal. Hal ini disebabkan herbal yang bersifat konstruktif tersebut.  Oleh sebab itulah akan lebih baik bila dilakukan pembersihan tubuh terlebih dahulu dari racun-racun yang masuk ke dalam tubuh dan terjerap dalam sel atau jaringan maupun organ. Proses ini sering disebut ”detoksifikasi”
            :Proses detoksifikasi menjadi sangat penting pada orang yang sudah berumur 40 tahun ke atas, karena di atas umur tersebut fungsi-fungsi hormonal sangat berkurang, sehingga tidak mampu mengendalikan seluruh sel tubuh. Dan pada kondisi seperti itu ada zat yang bersifat radikal bebas maka sangat berpeluang tumbuhnya kanker, kista, tumor dll.
            Proses detoksifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa terapi, diantaranya terapi antioksidan (misalnya: terapi apel hijau, terapi daun salam, terapi, antanan). Disamping itu dapat pula dilakukan terapi air putih setiap bangun tidur.  Bisa pula menggunakan herbal yang bersifat diuretik, seperti daun sendok, tempuyung, kumis kucing dll. Bisa pula kita menggunakan herbal yang ada dipasaran seperti klorofil, propolis dll.
2.  Reaktivasi Fungsi Organ dan Jaringan.
Mengembalikan dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sel dan jaringan. Melancarkan sistem metabolisme tubuh.
3.  Penyembuhan Penyakit
            Penyembuhan penyakit dengan menggunakan ramuan herbal sendiri seperti yang telah diuraikan diatas.

VI.  Karakter Pengobatan Herbal
            Karakter pengobatan herbal yang seringkali membuat pengobatan itu sendiri menjadi tidak efektif dan efisien. (Terutama untuk penyakit yang berat)
  1. Berlarut-larut dan terkesan tidak ada hasil signifikan.
  2. Membutuhkan waktu pengobatan yang cukup lama
  3. Jumlah herbal yang dibutuhkan menjadi cukup banyak dan ketidak jelasan suplai bahan baku.
  4. Terkesan pengobatan menjadi sangat mahal dengan hasil yang tidak jelas

Hal ini bisa diatasi dengan membuat suatu paket pengobatan sampai tuntas dengan menyediakan semua keperluan herbal yang dibutuhkan. Dengan demikian diketahui total biaya, waktu dan herbal yang diperlukan. Dan pasien dapat membandingkan dengan pengobatan medis atau modern, mana yang lebih baik dari segi dampak dan hasilnya.

VII. Keamanan dan Kemanjuran
            Untuk menjamin keamanan dan kemanjuran dalam penggunaan herbal maka, aspek kebenaran bahan baku, aspek kehati-hatian, aspek penguasaan herbal dan khasiatnya, aspek resistensi dan kepekaan dan keunikan setiap individu manusia dll. Tetap harus diperhatikan. Maksudnya adalah dalam pengobatan herbal tidak bisa dipukul rata, karena selain kualitas bahan baku yang berbeda, karakter genetik setiap pasien juga berbeda, sehingga pengobatan herbal bersifat sangat unik untuk setiap pasiennya.

VIII.  Kesehatan dan Kecantikan
            Secara mudahnya bahwa sehat adalah berfungsinya dengan baik semua komponen dalam tubuh. Lalu pertanyaannya batasan sehat itu toleransinya sampai mana?  Orang yang tidak pernah berolahraga dengan orang yang rajin berolah raga, walaupun keduanya sehat tidak sakit, tapi bagaimana dengan kualitas sehat dari kedua orang tersebut?
            Lalu secara mudah pula, dideskripsikan bahwa sakit adalah bila ada keluhan yang diasakan oleh manusia terhadap tubuhnya. Selama belum ada keluhan ”dianggap” sehat atau tidak sakit, tapi apakah betul demikian?
            Banyak orang yang beranggapan berada pada kondisi sehat tapi sebenarnya ”tidak sehat”  Misalnya seseorang yang biasa merokok, dan dia belum merasakan keluhan atas prilaku merokoknya tersebut, bahkan menganggap bahwa dengan adanya pengaruh nikotin tersebut dia merasa lebih sehat, padahal itu adalah sehat yang bersifat fatamorgana, karena sesungguhnya dia sedang membunuh, berlahan-lahan sel-sel paru-parunya. Sudah berapa ratus atau ribu atau bahkan jutaan sel paru-paru yang rusak? Tapi karena kehebatan fungsi organ paru-paru walaupun lebih dari 50% selnya sakit masih mampu berfungsi dengan baik.
            Sehat dan cantik dapat terjadi bila ekspresi gen dari manusia dapat diekspresikan dengan optimal, melalui sel-sel dan jaringan yang berfungsi secara optimal mungkin. Hal ini dapat terjadi bila tidak ada penyakit dan semua kebutuhan metabolisme terpenuhi dengan baik pula.
            Fungsi sel, fungsi jaringan dan fungsi organ dapat berjalan dengan baik bila terjadi regenerasi sel dan jaringan yang memadai dan kontinu.  Bagaimana bila regenerasi sel tidak memadai sehingga dominan sel tua. Hal ini akan menyebabkan menurunnya fungsi organ. Menurunnya fungsi organ berpengaruh terhadap keseimbangan metabolisme dalam tubuh yang pada akhirnya berdampak pada kesehatan orang tersebut.

Kebutuhan Bahan Pangan
Oleh sebab itulah ketersediaan semua kebutuhan bahan-bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pengembangan sel sangat menentukan regenerasi sel yang pada akhirnya berdampak pada kesehatan dan kecantikan.
            Kebutuhan bahan makanan dalam hal ini meliputi:
  1. Sumber energi: madu, ekstrak kurma, molase gula kelapa, gula aren, karbohidrat dll
  2. Protein atau asam amino. Terdiri dari dua sumber protein nabati dan protein hewani.
  3. Vitamin. Sangat diperlukan dalam kelancaran metabolisme tertentu
  4. Lemak atau asam lemak. Sangat berperanan di dalam memperlancar proses metabolisme.
  5. Hormon. Mengatur arah pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh
  6. Enzim. Mempercepat dan memperlancar proses metabolisme
  7. Bahan organik. Sebagai bahan baku penyusun zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam mengekspresikan karakter genetik, sehingga sifat tersebut dapat terekspresi dengan baik.
Terlihat kebutuhan bahan pangan yang cukup beragam, dan dalam kenyataannya orang yang tidak perhatian dengan kesehatannya hanya menyediakan sebagian saja dari keperluan tersebut, misalnya dia hanya menyediakan sumber energi saja, dalam hal ini nasi saja dan lauknya  yang juga sangat terbatas variasi kandungannya. Sementara itu orang tersebut tidak suka sayur dan tidak pernah atau jarang mengkonsumsi buah. Bila hal ini berlanjut tersebut maka tubuh akan mengalami kekurangan beberapa bahan makanan tertentu, hal ini akan berdampak pada berkurangnya fungsi organ dan metabolisme tubuh.
Beberapa bahan makanan tersebut jarang terpenuhi dari bahan makanan yang umum di dapat, tapi lebih spesifik terdapat pada tumbuhan tertentu. Tumbuhan inilah yang pada akhirnya dapat berperan sebagai penyedia bahan baku yang dapat mengembalikan fungsi metabolisme dengan baik.  Misalnya: tumbuhan yang dapat meregenerasikan sel-sel dengan baik, tumbuhan yang bersifat tonikum, atau meningkatkan daya tahan dan stamina. Dll.

IX. Tumbuhan Herbal Yang Berhubungan Dengan Kecantikan
            Kelompok tumbuhan obat yang berhubungan dengan kecantikan adalah:
1).Tumbuhan obat yang mampu meregenerasikan sel dengan baik
Seperti
1. Antanan, binahong, daun dewa
2. sambung nyawa, air kelapa,  kecambah, kacang hijau

2). Tumbuhan obat yang dapat melembutkan dan menghaluskan kulit.
Seperti :
1. Kecambah, kacang hijau, propolis, madu, kuning telur
2. Masker nanas
3. Selada sayur
4. Coklat bubuk
5. Alpukat
6. Timun
7. Singkong muda
8. Wortel (menghaluskan kulit wajah)

 3). Tumbuhan obat yang mampu meredam radikal bebas dikulit dan membuang flek hitam.
Seperti :
1. Klorofil, antanan, salam, binahong,
2. Akar kencur
3. Buah semangka
4. Anggur
5. Lidah buaya

4). Tumbuhan obat yang mampu membuat mata bersinar terang.
Seperti:
    1. Wortel, ki tolod, propolis
    2. Air lemon
    3. Air adas
 5). Tumbuhan obat yang dapat menyuburkan rambut dan menghitamkan rambut.
Seperti
  1.  Kacang hijau, orang aring, air kelapa,
    1. kemiri (menghitamkan rambut)
    2. mengkudu (rambut halus)
    3. semangka (rambut rontok)
 Tumbuhan obat yang dapat membentuk tubuh wanita dengan baik,.
Seperti :
a.  Jati belanda, lidah buaya, antanan,

6). Tumbuhan obat yang dapat meningkatkan fungsi organ wanita dengan baik,.
Seperti :
1.  Tabat barito, antanan, lidah buaya.

7). Tumbuhan obat yang dapat membersihkan jerawat.
Seperti:
  1.  Air kelapa, propolis, antanan, binahong,
  2. Belimbing muda,
  3. Kulit pisang,
  4. Buah pinang,
  5. Buah apel,
  6. Asam jawa (menghilangkan bekas jerawat),
  7. Daun jambu (menghilangkan komedo),
  8. Kunyit (membersihkan kulit dan menghaluskan),Madu (menghilangkan bekas jerawat),
  9. Saripati bayam (menyegah jerawat),
  10. Daun petai cina (memberantas jerawat)
8). Tumbuhan obat yang dapat menghilangkan kerutan pada wajah
Seperti: buah pisang, buah mengkudu, pepaya

9). Tumbuhan obat yang dapat membersihan kulit berminyak.

Seperti:Buah jeruk nipis, Daun sirih

10). Tumbuhan obat yang dapat melindungi dari sinar matahari
Seperti: tomat

11). Tumbuhan obat yang dapat memutihkan kulit muka
Seperti: Air beras, nbengkuang

12). Tumbuhan obat yang dapat melembabkan bibir
Seperti: Jus apel

*) Disampaikan dalam acara Seminar ”Be Beauty  and Healthy with Herbal” di adakan oleh BEM FEMA di Institut Pertanian Bogor, tanggal 2 Desember 2011.

KUNJUNGAN SEKALIGUS PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN MAHASISWA S2 KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI PASCA SARJANA IPB BOGOR DI ESHA FLORA

@Cahangon75 - Wednesday, December 07, 2011
Oleh
Ir. Edhi Sandra MSi

Pendahuluan
            Melihat dan merasakan secara langsung praktek kultur jaringan skala rumah tangga sangat diperlukan untuk mendapatkan persepsi yang utuh mengenai kultur jaringan yang sederhana ini. 
            Banyak orang mempunyai persepsi kultur jaringan dengan berdasarkan pada pengalaman dan persepsi mereka terhadap laboratorium yang selama ini dilihat.  Dengan kondisi seperti itupun kultur jaringan masih merupakan hal yang tidak mudah dilakukan.
            Ada informasi dari seorang mahasiswa bahwa pihak pemda sudah mencoba untuk mengakomodir pengembangan kultur jaringan di daerahnya, akan tetapi dalam pelaksanaannya mengalami kegagalan, dan tidak berhasil mendapatkan kultur steril.
            Informasi di atas sudah saya dengar berkali-kali, demikian pula dengan beberapa peserta kultur jaringan saya banyak yang mengalami hal seperti ini.  Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi bila kita dapat mengkritisi dan mengantisipasi masalahnya. 

Materi Pelatihan
            Materi yang dirancang untuk kunjungan dan praktek ini adalah suatu paket global yang memberikan gambaran secara utuh tapi juga detail. Oleh sebab itu materi disusun seperti berikut:
  1. Memperlihatkan Laboratorium kultur jaringan skala rumah tangga
  2. Praktek pembuatan media
  3. Praktek inisiasi
  4. Traktek subkultur
  5. Aklimatisasi
Mahasiswa berpraktek dengan sangat gembira walaupun sebenarnya berdampak pada kualitas keberhasilan bila terlalu banyak berbicara dan bersenda gurau. Tapi disi lain yang terpenting adalah terbentuknya konsep atau persepsi yang positif. Setidaknya mahasiswa diperlihatkan bahwa dengan kondisi yang sangat terbatas dan sederhana, kultur jaringan dapat terus dilaksanakan.

Deskripsi Pelatihan
Jenis Pelatihan              : Kunjungan sekaligus praktikum maahasiswa S2 KKH Pasca
                                       Sarjana IPB Bogor
Waktu                          :  09.00 – 15.30
Tempat             :  Esha Flora Plant Tissue Culture
Biaya                            :  Swadaya dan gotong-royong
Materi                          :  Kultur jaringan skala rumah tangga    

Keluaran
            Keluaran yang diharpkan dari kunjungan ini adalah:
  1. Persepsi positif tentang kultur jaringan
  2. Kultur jaringan dapat dilaksanakan secara sederhana (skala rumah tangga)
  3. Walaupun kondisi terbatas kultur jaringan tetap dapat berhasil dilaksanakan
  4. Kultur steril bisa di dapatkan bukan karena laboratorium yang mahal dan keren tapi lebih pada metode yang baik dan benar.

Harapan
            Harapan dari kegiatan ini adalah para peserta dapat melakukan dan melaksanakan kultur jaringan ditempat dan lokasinya masing-masing. Diharapkan dengan adanya laboratorium di lokasi kerjanya diharapkan keanekaragaman jenis tumbuhan akan dapat dikulturkan dengan baik.....semoga.

Bogor, 15 Oktober 2011

ESHA FLORA MENGADAKAN PELATIHAN GRATIS UNTUK MASYARAKAT BOGOR KHUSUSNYA PESERTA MACODES (PETANI ANGGREK PERKOTAAN)

@Cahangon75 - Wednesday, December 07, 2011
Teknik Kultur Jaringan dan  Budidaya Anggrek

Pendahuluan
            Dalam rangka mengembangkan anggrek sebagai alternative bisnis di daerah perkotaan dengan lahan yang relative sempit. Maka esha flora bermaksud mengembangakan pembibitan anggrek botolan dan teknik budidayanya.  Diharpakan masyarakat bogor dapat meningkatkan kecintaannya terhadap anggrek dan mampu merawatnya dengan baik
            Acara ini sebenarnya di khususkan kepada kelompok petani Anggrek macodes di Taman Cimanggu bogor, tapi karena banyak permintaan dari pihak lain, maka tidak ada salahnya kalau ada yang berminat slahkan datang.
            Pelatihan ini di lakukan setiap hari sabtu jam 10.00 – 12.00 di Esha Flora.  Metode diskusi dan kekeluargaan. Tujuan jangka panjangnya di harapkan masyarakat bogor dapat membudidayakan anggrek dengan lebih baik, khususnya dalam hal membuat pembibitan anggrek botolan.
            Ketersediaan bibit anggrek botol saat ini agak sulit di dapat, padahal kita dapat melakukan dengan cara yang tidak terlalu mahal. Dengan menggunakan enkas maka kita sudah dapat memperbanyaknya.  Dalam teknis pelaksanaannya maka, akan di bagi pembagian tugas. Laboratorium inti sebagai pusat pembuatan dan aktivitas persiapan dan pembuatan media, sedangkan plasma adalah para petani yang melakukan kegiatan subkultur dengan dibekali enkas satu set dengan alat tanamnya dan media steril serta anggrek botolan untuk di subkultur.

Pelatihan Pembibitan dan perawatan Anggrek

Waktu                          : Esha Flora
                                      Jalan Kemuning 6 Blok M 6 no 9 Taman Cimanggu Bogor.
Jam                              : 10.00 – 12.00
Hari                              : Setiap sabtu
Peserta                         : Khususnya Petani Anggrek Macodes dan bebas untuk umum
Biaya                            : Gratis
Akomodasi                   : Ditanggung peserta
Metode                        : Ceramah, diskusi, praktek dan kekeluargaan.
Materi                          : Pembibitan anggrek botolan dan teknik perawatan anggrek
Kontak person             : Hapsiati                      0817154375
                                      Edhi Sandra                08128213720
                                      Denish                        0251 8344879
            

DAFTAR JENIS TUMBUHAN YANG TELAH DIKULTURKAN DI ESHA FLORA PLANTS AND TISSUE CULTURE

@Cahangon75 - Wednesday, December 07, 2011
Oleh
Ir. Edhi Sandra MSi

Pendahuluan
            Salah satu tujuan yang ingin dicapai Esha Flora adalah mengoleksi keankaragaman flora. Sebagai prioritas adalah keanekaragaman flora hutan hujan tropis Indonesia, apalagi yang sudah terancam kepunahan. Disamping itu Esha Flora juga mengoleksi berbagai tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dari berbagai Negara.
            Hal ini dimaksudkan agar disatu sisi kita memiliki keanekaragaman jenis liar Indonesia, tapi disisi lain kita juga memiliki tanaman yang unggul yang beredar di pasaran, hal ini diperlukan dalam rangka sebagai bahan kultur yang akan digunakan sebagai induk persilangan untuk tujuan pemuliaan.
           
Tujuan Koleksi Kultur In Vitro
            Koleksi kultur in vitro ini sangat penting dilakukan. Alasan dikulturkannya berbagai jenis tumbuhan adalah:
  1. Membantu konservasi ex situ dengan metode Konservasi In vitro.  Dengan semakin tingginya konversi lahan hutan maka dikhawatirkan keanekaragaman jenis akan cepat punah. Minimal jenis-jenis liar yang potensial sudah dapat diselamatkan dalam bentuk plasma nutfahnya (sediaan hidup berupa kultur in vitro)
  2. Membantu pihak lain yang ingin mengkulturkan suatu jenis tapi terkendala dengan kesulitan di dalam melakukan inisiasi awal di dalam mengkulturkan tumbuhan yang belum pernah di kulturkan orang.
  3. Menyediakan bahan kultur untuk keperluan riset, maupun untuk tujuan agribisnis.
  4. Dapat dijadikan sebagai cadangan stok hidup suatu jenis, dan dapat diperbanyak kembali untuk tujuan restorasi atau pengayaan jenis di alam.
  5. Dapat dijual ke luar negeri dengan nilai yang tinggi, dengan memperhatikan keanekaragaman genetik yang masih liar dan asli alam. Hal ini diperlukan sebagai mother plant untuk pemuliaan. Atau untuk mendapatkan karakter genetik unggul yang dapat menjawab permasalahan yang muncul seiring dengan perubahan zaman.  


Daftar Jenis Tumbuhan Yang telah Dikulturkan

I.                    Kelompok Tumbuhan Hias
1.      Kenanga
2.      cendana
3.      ubi gondola
4.      ubi duren
5.      cempaka
6.      adenium merah
7.      krisan
8.      zaitun
9.      kembang sungsang
10.  baby pink banana
11.  waru hias thai
12.  melo badak
13.  cocor bebek
14.  sansivera G
15.  sansivera
16.  draicena
17.  plumeria
18.  kabebuya
19.   zamio curcas
20.  mandevila
21.  keladi merah
22.  jagung hitam
23.  nepenthes
24.  cucarowo


II.                 Kelompok Pohon
1.      Jelutung
2.      Labu
3.      Pulai
4.      Jabon putih
5.      Merbau
6.      Eboni
7.      Gaharu Aquilaria chrasna
8.      Gaharu Aquilatia malacensis
9.      Gaharu Girinop
10.  Jati muna
11.  Jati Solomon
12.  Sengon Solomon
13.  Sengon merah
14.  Cemara balon
15.  Cendana
16.  Adensonia baubab
17.  Kabebuya
18.  Plumeria


III.               Kelompok Buah-buahan
1.      Nanas bogor
2.      Jeruk
3.      pear merah
4.      apel merah
5.      leci
6.      melon
7.      papaya
8.      jeruk bali
9.      pisang


IV.       Kelompok Tumbuhan Obat
1.      binahong
2.      saga
3.      tapak liman
4.      zodiac
5.      zaitun
6.      alfalfa
7.      buah makasar
8.      kemukus
9.      sanrego
10.  oyong
11.  jarak
12.  sirih merah
13.  ginseng
14.  pule pandak


IV.              Kelompok Hortikultura
1.      kentang
2.      pisang
3.      nanas bogor
4.      ubi duren
5.      ubi gondola
6.      singkong MS1
7.      singkong MS2
8.      pear merah
9.      apel merah
10.  oyong
11.  melon
12.  papaya
13.  ginseng
14.  jeruk bali


V.                 Kelompok Anggrek
1.      Anggrek Dendrobium hybrid (beberapa varitas)
2.      Anggrek bulan hibrid
3.      Anggrek cattleya
4.      Anggrek Gramatophyllum sp
5.      Anggrek cattleya Black.
6.      Anggrek bulan
7.      Anggrek phalaenopsis amabilis
8.      Anggrek vanda
9.      Anggrek kribo


VI.              Kelompok Aglaonema
1.      Aglaonema esmeralda
2.      Aglaonema catherine
3.      Aglaonema hotlady
4.      Aglaonema ladys valentine
5.      Aglaonema reina
6.      Agaonema adelia
7.      Aglaonema kochin kameleon
8.      Aglaonema siam aurora
9.      Aglaonema rotundum
10.  Aglaonema aurora
11.  Aglaonema heng-heng
12.  Aglaonema tiara
13.  Aglaonema lepstik klasik
14.  Aglaonema Pride sumatra mutasi


VII.            Kelompok Anthurium
1.      Anthurium sirih
2.      Anthurium jamanii lemon
3.      Anthurium jamaniii cobra
4.      Anthurium black garuda
5.      Anthurium krisboom
6.      Anthurium jamanii golden
7.      Anthurium jamanii supernova

Bogor, 12 Oktober 2011

Edhi sandra 
http://eshaflora.blogspot.com/

PENGEMBANGAN TUMBUHAN HIAS HUTAN HUJAN TROPIS INDONESIA

@Cahangon75 - Wednesday, December 07, 2011
Oleh

Ir. Edhi Sandra Msi

Peneliti Tumbuhan Hias Hutan Hujan Tropis Indonesia. Bagian Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB Bogor


Pendahuluan
Indonesia dikenal dengan sebutan ”Mega Biodiversity”, adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Beranekaragam flora fauna ada di Indonesia, dan sebagian hanya ada di Indonesia dan bersifat ”Endemik” (sangat khas hanya ada / terdapat di daerah tertentu saja).

Demikian pula dengan keanekaragaman flora (tumbuhan ) Indonesia terdiri dari berbagai macam tumbuhan yang meliputi: berbagai jenis pohon, tumbuhan hias, tumbuhan obat, tumbuhan pangan, tumbuhan aromatik, tumbuhan racun, tumbuhan bahan pewarna, tumbuhan penghasil sumber energi, tumbuhan bahan papan dll.

Definsi tumbuhan dipakai dalam rangka membedakan dengan istilah tanaman. Tumbuhan dipakai untuk semua jenis yang belum dibudidayakan, masih liar dan belum di domestikasi atau di budidayakan secara intensif. Sedangkan tanaman dipakai untuk semua jenis yang telah dibudidayakan dengan intensif oleh manusia.

Persentase tumbuhan yang dimiliki oleh Indonesia sedemikian besar sedangkan tanaman yang dibudidayakan manusia sangat sedikit. Bila diperkirakan dengan kasar hanya sekitar 10 % nya saja yang sudah dibudidayakan, sebagian besar tumbuhan tersebut masih tersimpan dan menunggu untuk dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia.

Tumbuhan liar yang beranekaragam tersebut tersimpan di lokasi yang disebut Hutan di seluruh Indonesia. Dan keanekaragaman tertinggi terdapat di ”Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah”. Dan sayangnya Hutan kita saat ini sangat menyedihkan. Setiap tahun kira-kira 1 juta hektar lebih hilang terkonversi menjadi perkebunan dll. Mau dikemanakan keanekaragaman hayati yang ada di hutan tersebut? Apakah mereka tidak mempunyai hak untuk hidup. Memang saat ini mereka belum memberikan manfaat, tapi siapa tahu, mereka merupakan penolong manusia dimasa depan.

Alternatif yang harus dilakukan adalah secepat-cepatnya kita perlu mengkonservasi tumbuhan liar tersebut. Secepat-cepatnya kita perlu mengembangkan dan memuliakannya sehingga dapat memberikan manfaat real bagi masyarakat.

Konservasi memiliki 4 aspek yaitu: 1. Aspek Perlindungan Ekosistem, 2. Aspek Pelestarian Jenis, 3. Aspek Pengawetan genetik, 4. Aspek Pemanfaatan. Untuk menjawab permasalahan klasik perencanaan tata riang di daerah maka selalu kawasan hutan dipersepsikan tidak memberikan kontribusi yang baik, oleh sebab itu lebih sering kalah dengan nilai manfaat bila dikonversi dengan perkebunan (saat ini sedang trand perkebunan sawit). Ribuan hektar kawasan hutan terkonversi menjadi kebun sawit. Berapa banyakkah keanekaragaman hayati yang punah yang terdapat di dalam kawasan tersebut?

Untuk mengantisipasi itu maka aspek pemanfaatan dalam konservasi perlu kita upayakan dengan lebih baik lagi sehingga keanekaragaman hayati dapat memberikan kontribusi finansial bagi daerah dan masyarakatnya.


Tumbuhan Hias Hutan Hujan Tropis
Tumbuhan hias liar yang belum dimanfaatkan, yang terdapat di hutan hujan tropis Indonesia sebagian besar belum dimanfaatkan. Indonesia terdiri dari 10 % tumbuhan berbunga yang ada di dunia ini yang diperkirakan sekitar 30.000 jenis. Jadi terdapat sekitar 3.000 jenis tumbuhan berbunga yang ada di hutan hujan tropis di Indonesia.

Pengembangan pemanfaatan tumbuhan hias hutan hujan tropis kita sangat lambat kalau tidak ingin dibilang stagnan atau diam ditempat. Hal ini bisa dilihat dari sebagian besar jenis tanaman hias yang ada di pasaran Indonesia adalah tanaman hias yang sebagian besar berasal dari luar negeri. Ada beberapa jenis yang terdapat dihuatn kita tapi sudah mengalami pemuliaan oleh negara luar sehingga kualitasnya lebih baik dan kita terpaksa membeli ke negara tersebut, padahal kita memiliki jenis aslinya.

Kelebihan Tumbuhan Hias Hutan Hujan Tropis
Kelebihan tumbuhan hias yang berasal dari daerah tropis adalah memiliki kemampuan berbunga yang lebih mudah. Tidak memiliki dormansi yang ekstrim (kondisi ”tidur” pada suatu tanaman dalam rangka survival pada kondisi alam). Memiliki anekaragam bentuk dan warna warni yang sangat Indah. Sebagian dapat berbunga sepanjang tahun. Sedangkan untuk tumbuhan hias yang berasal dari daerah empat musim, umumnya mereka memiliki sistem dormasi untuk melindungi diri dari musim dingin (salju). Pertumbuhan yang lebih cepat, serta daya tahan yang cukup baik dari serangan hama penyakit.


Definisi Tumbuhan Hias
Saya perlu menyampaikan pengertian tumbuhan hias agar tidak membingungkan pembaca atau masyarakat secara umum. Tumbuhan hias terdiri dari dua kata yaitu tumbuhan dan hias. Tumbuhan mengandung pengertian jenis yang belum dibudidayakan, atau jenis yang masih liar atau masih asli genetiknya. Sedangkan Hias mengandung pengertian yang lebis luas dari sekedar mengandung nilai estetika atau keindahan. Hias juga meliputi nilai kelangkaan, nilai historikal, nilai spiritual yang membuat tanaman menjadi mempunyai nilai lebih dari yang umumnya.

Ada sebagian orang yang mempertanyakan suatu tanaman hias yang dijual di pinggir jalan. Tanaman tersebut bentuknya sederhana dan tidak ada indahnya hanya ada bonggol atau umbi dengan satu tangkai daun yang mencuat ke atas dengan daun yang agak runcing dan kaku. Tapi buat orang yang mengetahuinya tumbuhan ini akan menjadi sangat berharga. Dan rupanya tumbuhan tersebut adalah Enceloparthus horidus ( saudaranya sicas atau di Indonesia pakis haji tapi lebih langka lagi). Dengan ukuran ubi sebesar jempol saja harganya sudah sekitar 1-2 juta.

Tumbuhan Hias Hutan Indonesia
Indonesia memiliki banyak jenis tumbuhan hias hutan yang mempunyai nilai yang tinggi, tapi sayangnya sebagian besar sudah dalam kondisi langka dan sangat langka,kalau tidak kita selamatkan maka kemungkinan beberapa tahun kedepan akan punah. Dan sayangnya kita belum mampu memanfaatkannya dan memberikan kontribusi real bagi masyarakat dan negara Indonesia. Kondisi ini sudah sangat mendesak karena kita tahu bahwa konversi lahan hutan sudah sangat menghawatirkan, banyak keanekaragaman hayati yang punah bahkan kita belum sempat mengenalnya. Oleh sebab itulah maka kita perlu melakukan upaya penyelamatan secara bersama-sama, sinergis dan berkesinambunga.


Strategi Pengembangan Pemanfaatan Tumbuhan Hias Hutan Indonesia
Strategi yang dapat dilakukan agar tumbuhan hias hutan kita tidak terlanjur punah dapat dilakukan hal sebagai berikut:

Melakukan upaya konservasi eksitu, salah satu diantaranya konservasi In vitro.
Melakukan upaya penangkaran dan domestikasi tumbuhan hias hutan Indonesia.
Melakukan upaya multiplikasi / perbanyakan jenis agar tumbuhan hias hutan dapat disebar ke penangkar atau ahli budidaya untuk dikembangkan lebih lanjut. Dan sebagian untuk dapat dilakukan pengayaan populasi jenis di alamnya dengan tetap menjaga keaslian genetik liarnya.
Melakukan upaya pemuliaan dengan tujuan meningkatkan nilai dari tumbuhan hias hutan tersebut.
Melakukan upaya promosi dan pemasaran agar tumbuhan hias hutan Indonesia dapat menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia dan dapat dijual keluar negeri.


Kondisi Pengembangan Tumbuhan Hias Hutan Indonesia
Secara parsial dan perorangan banyak para pecinta tumbuhan hias yang eksplorasi kehutan untuk mendapatkan tumbuhan hias yang diinginkannya. Demikian pula dengan lembaga penelitian yang terkait dengan hal ini juga sudah melakukan survei untuk mengoleksi berbagai tumbuhan dari hutan untuk di konservasi secara ek situ. Dan sebagian dari pelaku atau penjual tumbuhan hias bahkan sudah melakukan trading menjual tumbuhan hais hutan ke relasinya bahkan ke luar negeri.

Kondisi seperti ini tentunya tidak optimal di dalam memberikan dampak finansial, karena bersifat sporadis, insidentil dan tidak kontinu, bahkan suatu ketika akan habis karena keberadaan di alamnya sudah habis. Disamping itu karena tidak ngetrand maka nilai jual menjadi rendah, karen apermintaan pasar rendah. Oleh sebab itulah maka sebaiknya semua pihak yang terkait dengan tumbuhan hias hutan Indonesia ini mau saling bekerjasama untuk meningkatkan nilai tambah bagi tumbuhan hais hutan Indonesia. Saya membayangkan Indonesia menjadi pembuat trand tumbuhan hias di dunia....mungkinkah?.....insya Allah.


Konservasi In Vitro
Langkah darurat yang dilakukan sekarang adalah sebanyak mungkin melakukan konservasi eksitu karena konversi hutan yang tidak terbendung lagi. Konservasi eksitu yang cukup strategis adalah konservasi In vitro, yaitu konservasi yang dilakukan di dalam botol kultur. Minimal tahap awal bahan hidup plasma nutfah tumbuhan hias hutan kita sudah terselamatkan.

Esha Flora sangat prihatin dengan tingginya arus kepunahan tumbuhan hias hutan kita. Berapa banyak anggrek hutan kita yang sangat langka, indah dan sangat spesifik dan endemik hilang atau punah, karena dengan habitatnya sekaligus hilang di konversi menjadi kebun sawit. Berapa banyak jenis nephentes hutan kita yang hilang juga bersama tempat hidupnya (habitatnya). Demikian pula dengan banyak tumbuhan hias hutan lainnya.


Tumbuhan Hias Hutan Yang sudah Dikulturkan di Esha Flora

Tumbuhan hias hutan Indonesia maupun tumbuhan hias dari luar negeri yang sudah berhasil dikulturkan di Esha Flora adalah:

Anggrek kribo (Dendrobium spectabile), Anggrek tebu (Gramatophylum sp), Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis), Anggrek urat emas (Anochostilus sp) , Anggrek bulan raksasa (Phalaenopsis gigantea), Kantung semar (Nephenthes sp), Kamboja (Plumeria sp), Kamboja jepang (Adenium sp), Aglonema spesies (Aglonema rotundum), kenanga, cempaka, krisan, anthurium sirih (anthurium sp), cocor bebek, keladi merah, melo badak, draicena, kembang sungsang (Gloriosa superba), mandevila (Mandevila sp), zamio curcas (Zamio curcas), kabebuya, sansievera (Sansievera sp), waru hias (thai), baby pink banana, zaitun, adensonia baubab, jagung hitam, cemara balon, ubi duren, dan ubi gondola.



Bogor, 9 Oktober 2011

Edhi sandra
http://eshaflora.blogspot.com/

10 October 2011

ESHA FLORA MEMBUKA PELATIHAN ANALISA, EVALUASI DAN MODIFIKASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TUMBUHAN

Esha Garden - Monday, October 10, 2011
“Dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas yang Optimal serta Mengefisienkan Biaya Budidaya”.
Oleh : Ir. Edhi Sandra MSi

Peneliti Fisiologi Tumbuhan, Bagian Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB Bogor.

Pendahuluan

Latar Belakang
Semakin meningkatnya kebutuhan bahan pangan serta semakin tingginya tingkat persaingan dalam berbudidaya, maka banyak pelaku budidaya mulai memikirkan untuk meningkatkan hasil budidayanya seoptimal mungkin dan mengurangi biaya produksi serendah mungkin. Dalam pelaksanaan teknisnya mereka mengalami kesulitan untuk menganalisa dan mengevaluasi faktor apa saja yang harus diberi perlakuan agar produksi dapat meningkat, modifikasi apa yang dapat dilakukan yang dapat mengurangi biaya produksi dan dapat meningkatkan produksi. Oleh sebab itulah banyak dari para pelaku termakan oleh promosi produk yang ada di iklan-iklan, dan surat kabar. Perlakuan yang mereka berikan dilaksanakan tanpa mereka mengetahui pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, mereka tidak mengetahui apakah perlakuan yang diberikan tumpang tindih atau bahkan bersifat kontradiktif yang satu dengan yang lainnya.

Oleh sebab itulah perlu adanya pembelajaran dan pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Perlu adanya pengetahuan untuk dapat mengendalikan pertumbuhan tanaman sesuai dengan yang diinginkannya. Dengan demikian mereka dapat membuat konsep atau rencana di dalam melakukan budidaya tanaman.

Tujuan:
  1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam berbudidaya.
  2. Memberikan kemampuan dan pemahaman dalam mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
  3. Memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
  4. Memberikan kemampuan di dalam menganalisa, mengevaluasi dan memodifikasi teknik budidaya yang sudah ada atau bahkan merancang teknik budidaya baru bagi tumbuhan hutan yang belum dibudidayakan secara intensif.


Strategi Pelatihan
Pelatihan ini dibagi menjadi dua metode pelatihan:

Metode Diskusi
1. Penyampaian pengetahuan dan wawasan tentang berbagi hal yang diperlukan.:
1.1. perbedaan tumbuhan dengan mahluk hidup lainnya
1.2. pertumbuhan dan perkembangan tanaman
1.3. media tanam dan peranannya.
1.4. makanan bagi tumbuhan.
1.5. faktor lingkungan yang berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan
Tanaman.
1.6. hormon dan pengendalian tanaman

2. Diskusi dan merangsang di dalam meningkatkan kemampuan menganalisa dan
mengevaluasi serta memodifikasi.
2.1. analisa kondisi tanaman
2.2. analisa permasalahan dan evaluasi budidaya
2.3. modifikasi dan strategi budidaya baru.
2.4. teknik budidaya secara holistik
2.5. dosis dan konsentrasi pemupukan serta efektivitasnya.
2.6. keterkaitan antar faktor yang saling mempengaruhi

Metode Responsi dan workshop
Perbanyakan pupuk hayati:
1.1. pengertian dan ragam pupuk hayati
1.2. sumber dan teknik isolasi mikroba hayati
1.3. perbanyakan mikroba hayati
1.4. meramu pupuk hayati untuk tujuan tertentu.

Pembuatan pupuk organik siap pakai:
2.1. ragam bahan organik dan pengertiannya
2.2. peranan organik bagi tumbuhan
2.3. beda pengaruh pupuk organik dengan anorganik
2.4. membuat pupuk organik siap pakai
2.5. meramu pupuk organik yang lengkap dan memberikan dampak yang optimal

Teknik meramu hormon:
3.1. ragam hormon dan peranannya
3.2. meramu hormon untuk mencapai tujuan yang diinginkan
3.3. keterkaitan hormon dengan faktor lainnya.

Meramu media tanam:
4.1. fungsi fisik dan fungsi kimia
4.2. meramu media untuk mencapai karakter yang diinginkan
4.3. analisa media dan kecukupan gizi bagi tanaman


Teknik perbanyakan tanaman terbaru:
5.1. teknik budidaya pengertian dan tujuan
5.2. prinsip budidaya dan optimalisasi produksi
5.3. analisa, evaluasi dan modifikasi teknik budidaya


Deskripsi Pelatihan

1. Lamanya Pelatihan : selama 2 hari
2. jam : 09.00 – 16.00
3. tempat : Esha Flora
4. alamat : Jln. Kemuning 6 Blok M 6 no 9 Taman Cimanggu bogor.
5. biaya pelatihan : Rp. 2 juta / per orang


Fasilitas Pelatihan

1. Sertifikat pelatihan
2. Snack dan makan siang
3. kit pelatihan
4. perlengkapan pelatihan
5. souvenir Esha Flora (hormon esha flora, souvenir kultur jaringan, VCD esha flora)

Catatan: biaya akomodasi dan transportasi diluar pelatihan di tanggung peserta.

Keluaran

Peserta dapat membuat dan meramu pupuk hayati sendiri
Peserta dapat membuat dan meramu pupuk organik sendiri
Peserta dapat membuat produk hormon sendiri
Peserta dapat meningkatkan produktivitas hasil budidayanya.
Peserta dapat merencanakan teknik budidaya yang optimal.
Peserta dapat menganalisa, mengevaluasi dan memodifikasi teknik budidaya.



Bogor 9 Oktober 2011

04 October 2011

KEMANDIRIAN DALAM TEKNOLOGI TEPAT GUNA KULTUR JARINGAN TUMBUHAN

Esha Garden - Tuesday, October 04, 2011
Kepala Unit Kultur Jaringan Bagian Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fahutan IPB Bogor, Kepala Laboratorium Teknologi Lingkungan PPLH IPB Bogor.

Pendahuluan
Semua mahluk hidup di alam ini mengikuti suatu hukum alam. Demikian pula di hutan ada istilah yang terkadang menimbulkan persepsi negatif, yaitu ” Hukum Rimba”. Hukum Rimba di anggap sebagai hukum yang tidak manusiawi karena dianggap kejam dan tidak berperikemanusiaan. Sedangkan hukum yang dibuat manusia dianggap manusiawi dan beradab, padahal.....?

Salah satu hukum Rimba adalah bahwa mahluk hidup yang terkuat dan dominan saja yang dapat menyaingi yang lain, dan mahluk hidup yang terlemah akan tergeser dan tersisihkan dan akhirnya akan mati atau punah. Hal ini sebenarnya bukannya kejam tapi untuk tetap menjaga agar kualitas mahluk hidup yang dapat eksis adalah memang yang terbaik.

Setiap diri adalah pemenang, seperti diketahui bahwa kita adalah juara dari sekian juta sel sperma yang berhasil membuahi sel telur induk. Jadi persaingan secara alamiah merupakan hal yang logis dan kita dituntut untuk dapat bersaing dan eksis, tentunya dengan semua potensi yang ada dalam diri kita.


Setiap diri manusia diciptakan sempurna. Memiliki organ tubuh yang menakjubkan, memiliki otak yang cemerlang, mempunyai kemauan (Nafsu) untuk maju, mempunyai hati nurani untuk menilai yang baik dan yang buruk. Dan manusia dilahirkan dengan kondisi lingkungan, budaya suku bangsa dan keluarga yang berbeda-beda. Hal ini akan sangat menentukan perkembangan potensi yang dimilikinya.

Orang yang sudah terbiasa hidup enak maka, suatu ketika dia mengalami kesulitan maka dia akan mengeluh dan akan sulit untuk menanggulanginya. Demikian pula dengan suku bangsa yang dimanjakan oleh alam dengan berbagai macam kekayaan alam dan melimpahnya sumberdaya alam maka dia akan terbiasa hidup nyaman dan enak. Dia akan mengambil sumberdaya yang paling enak dan yang paling besar, sementara sumberdaya yang kecil-kecil atau biasa-biasa saja disia-siakan. Padahal untuk suku bangsa lain yang sangat gersang sumberdaya alamnya, kondisi lingkungan yang eksrim, dia sudah terbiasa berjuang untuk hidup, dengan berfikir untuk tetap hidup dan mampu berkembang biak dengan baik. Dia Mandiri dalam menghadapi kondisi yang berat dan ekstrim.

Apakah kemandirian itu perlu? Ataukah kita hanya akan terus memanjakan diri dengan kekayaan alam untuk kemudian diperbudak dan dipermainkan bangsa lain. Apakah uang cukup sebagai pembeli kekuasaan dan kemerdekaan. Tidak akan selamanya uang akan bermanfaat. Pada saat bangsa lain melihat Kekayaan dan keindahan alam Indonesia maka uang tidak berarti buat mereka, karena mereka tidak ingin uang tapi ingin menguasai Indonesia.

Tongkat Kayu Jadi Tanaman
Sedemikian nyamannya kondisi alam Indonesia. Sinar matahari berlimpah sepanjang tahun, air berlimpah, tanah yang subur dengan humus dan abu vulkanik. Sedemikian suburnya maka tongkat kayu ditancapkan menjadi tanaman. Biji tinggal sebar maka akan tumbuh dengan baik, dan tanaman tersebut dibiarkan saja maka akan berbuah sendiri tanpa perlakuan yang macam-macam.
Semua kemudahan ini membuat kita kurang berjuang dan kurang kreatif dalam mengatasi permasalahan-permasalahan baru yang muncul. Permasalahan akan muncul pada saat kita mulai dituntut untuk bersaing dengan pihak lain yang teknik budidayanya jauh lebih canggih dengan kita sehingga kualitas prima, produktivitas tinggi dan biaya produksi rendah, hal ini membuat kita kalah bersaing.

Teknik pembibitan dengan biji awalnya merupakan andalan di dalam menanam dalam jumlah besar, seperti reboisasi, reklamasi lahan, reboisasi dll. Tapi kemudian kualitas dan keragaman bibit dipertanyakan. Pembudidaya menginginkan bibit yang mempunyai kualitas yang baik, produktivitas tinggi dan seragam. Permasalahan ini sampai saat ini sudah diantisipasi dengan teknik vegetatif konvensional, seperti cangkok, sambung, okulasi, stek, split dll. Tapi kemudian persyaratan bibit semakin ketat dan jumlah yang ditanam semakin besar sehingga perbanyakan vegetatif konvensional tidak memadai. Untuk menjawab permasalahan ini maka sebenarnya kultur jaringan merupakan jawaban yang tepat. Tapi sayangnya kita, masyarakat Indonesia belum familier dengan teknologi kultur jaringan. Kita sangat jarang melakukan uji-uji lapang, dan praktek terapan kultur jaringan skala industri, hal ini membuat kultur jaringan hanya menjadi fatamorgana saja. Secara teoritis ilmiah, secara uji lab berhasil dengan baik, tapi pada saat akan dilaksanakan secara besar-besaran masih sangat jarang yang berpengalaman dalam mengatasi permasalahan terapan skala industri.

Pentingnya Kemandirian
Memang betul yang sering diutarakan para pebisnis, bahwa mereka mau mengusahakan sesuatu kalau sudah jelas keuntungannya. Dengan demikian mereka akan terhindar dari resiko gagal atau rugi. Dan para pengusaha ini tidak mau menanamkan modalnya untuk waktu yang lama dengan resiko yang tinggi karena tidak jelasnya keuntungan. Padahal kalau kita mau mandiri hal itulah yang harus kita hadapi. Kita harus mau berkorban untuk meneliti hal hal yang belum diteliti baik berkenaan dengan hal-hal dasar maupun terapan.

Pengorbanan tidak hanya berupa biaya, tapi juga tenaga kerja dan waktu. Lalu pertanyaannya adalah siapakah yang mau berkorban untuk ini? Pengusaha? Peneliti? Pemerintah? Saya tidak mau berdebat dalam hal ini, yang jelas di Indonesia pihak-pihak yang mau berkorban untuk ”Kemandirian” tidaklah banyak. Pengusaha, pejabat, peneliti sebagian lebih suka mendapatkan komisi / fee daripada harus benar-benar mengusahakan bahwa projek tersebut kalau dilaksanakan dengan baik akan memberikan dampak yang sangat hebat untuk masyarakat maupun negara. Mari kita evaluasi diri, mari tingkatkan motivasi untuk meningkatkan Kemandirian Bangsa dan rakyat Indonesia.

Kita adalah negara yang sangat subur dengan kondisi yang sangat mendukung pertumbuhan beranekaragamtumbuhan. Kita dijuluki ”Negara Mega Biodiversity”, yaitu negara yang memiliki keanekaragaman flora dan faunanya yang sangat mengagumkan.

Salah satu Kemandirian yang sangat perlu kita kuasai adalah Kemandirian dalam hal berbudidaya Keanekaragaman hayati, dalam hal ini Tumbuhan. Permasalahan yang semakin meningkat dengan kondisi saat ini mengharuskan kita menguasai teknologi budidaya yang lebih maju yang dapat menjawab permasalahan budidaya yang ada. Kultur Jaringan adalah Teknologi yang harus kita kuasai secepatnya. Kebutuhan kita terhadap teknologi kultur jaringan tidak dapat dipungkiri lagi.

Teknologi Kultur Jaringan Tumbuhan
Sebagian dari masyarakat ada yang berkomentar bahwa kita belum memerlukan kultur jaringan. Kultur jaringan masih hal yang mewah dan sulit untuk saat ini. Betulkah kata orang tersebut? Betulkah kultur jaringan belum diperlukan saat ini? Betulkan kita sudah cukup dengan teknologi konvensional?

Tahukah orang tersebut bahwa sebenarnya Indonesia sudah tertinggal 30 tahun dengan negara tetangga kita. Tahukah orang tersebut bahwa kultur jaringan merupakan mainan usang di perguruan tinggi dan di Pusat-pusat penelitian. Tapi sayangnya kultur jaringan masih merupakan mahluk asing di masyarakat Indonesia. Lalu kita tetap mau mengatakan bahwa kultur jaringan masih belum diperlukan ? sampai kapan? Apakah kita menunggu sampai kita dijajah negara lain dengan produk-produk kultur jaringannya. Apakah kita rela bila produk-produk pertanian kita banyak yang berlabel bangkok, seperti: jambu bangkok, duren bangkok, lengkeng bangkok dll.

Kita harus memulainya dari sekarang, mari kita pelajari dengan baik teknologi budidaya. Silahkan tingkatkan kemampuan dan keterampilan kita dalam berbudidaya. Keanekaragaman tumbuhan menunggu untuk digarap. Menunggu untuk dapat dimanfaatkan dan memberikan tambahan finansial dan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia.

Kesulitan Dalam Mendomestikan Teknologi Baru
Kita ketahui bahwa sebagian besar teknologi maju berasal dari negara maju. Kita berusaha mempelajari dokumen, literatur, buku dll. Kita berusaha menerapkan metode yang ada dalam literatur tersebut. Dalam pelaksanaannya seringkali kita gagal. Gagalnya lebih disebabkan kita lupa memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Kemampuan kita memodifikasi faktor-faktor penting seringkali salah dalam menyimpulkan suatu data atau pernyataan. Disamping itu kemungkinan kita lupa membandingkan kondisi di negara asal dengan negara Indonesia.

Bila kita mampu membuat rumusan, dan bila kita mampu mengambil prinsip pokoknya dan mencoba dengan modifikasi dan kreatifitas berdasarkan segala keterbatasan yang ada.

Penerapan Teknologi Baru
Alternatif penerapan teknologi baru ada dua pendekatan, yaitu:
Mengikuti semua kebutuhan siatu dan kondisi baik alat dan bahan dll mengenai teknologi baru tersebut. Semua alat dan bahan di impor dari negara maju. Semua metode dll mengikuti metode negara maju demikian pula dengan sarana prasarana wajib mengadakannya. Dalam hal ini semua sudah pasti dan memang tingkat keberhasilan cukup tinggi, tapi dampaknya biaya jadi sangat membengkak dan kita sangat berketergantungan dengan negara maju untuk pembelian bahan dan alatnya.

Kita rumuskan dan kita sarikan prinsip pokoknya, kemudian kita buat modifikasi dan kreasi berdasarkan keterbatasan yang ada di tempat kita. Kita buat berdasarkan kondisi real disekitar kita. Prinsipnya adalah bagaimana teknologi tersebut tetap dapat dilaksanakan walaupun dengan kondisi yang sangat sederhana.. Dampaknya memang cukup sulit dan cukup ” bertele-tele” dan peluang keberhasilan juga tidak terlalu tinggi. Tapi disisi lain kita mandiri tidak tergantung pada negara maju. Kita modifikasi bahan-bahan dengan bahan organik yang sangat kaya di Indonesia. Alat-alat kita gunakan alat-alat yang murah yang dapat kita pakai.

Lambat laun kita akan semakin paham dan menguasai teknologi tersebut. Dan kita akan semakin terampil di dalam memodifikasi dan berkreatifitas.

Esha Flora Berusaha Menggapai Kemandirian untuk Bangsa dan Negara Indonesia
Esha Flora walaupun dalam bentuk usaha non formal (masih dalam bentuk UKM) berusaha agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan sekitarnya. Esha Flora Sangat konsen dalam pengembangan penelitian teknologi budidaya Tumbuhan. Esha Flora berusaha memasyarakatkan kultur jaringan baik sendiri maupun bekerjasama dengan berbagai pihak. Esha Flora tetap terus mencobakan berbagai metode kultur jaringan dengan harapan metode tersebut dapat dilaksanakan dan diterapkan dimasyarakat. Esha Flora dengan di bantu oleh mahasiswa konsisten melakukan penelitian terhadap jenis-jenis langka dan komersial.

Esha Flora juga sangat konsen untuk menjaga kelestarian beranekaragam jenis Tumbuhan di Indonesia. Sebagai gambaran sampai saat ini di Esha Flora sudah di kulturkan lebih dari 100 jenis kultur steril, dari berbagai macam jenis, termasuk pohon hutan, anggrek, tanaman hias, tanaman perkebunan, tanaman langka, tanaman pangan dll dan dikoleksi untuk dijadikan sebagai sarana ”Konservasi In Vitro” mari kita lestarikan beranekaragam jenis cukup di dalam botol, tidak memerlukan lahan yang luas dan biaya pengelolaan yang relatif lebih sederhana dan murah.

Usaha Parsial dan Tidak berkesinambungan
Bila diperhatikan sebenarnya secara pribadi, secara kelompok tertentu banyak-pihak-pihak yang juga memiliki motivasi yang besar dan mulia untuk memandirikan masyarakat dan bangsa Indonesia. Sayangnya kurang terkordinasi dan terintegrasi sehingga usaha tadi hanya bersifat parsial dan tidak berkesinambungan.
Mari kita rapatkan barisan, mari kita samakan persepsi. Mari kita bersihkan dan sucikan hati untuk dengan niat ikhlas mensejahterakan masyarakat dan meninggikan martabat bangsa Indonesia

Saya pribadi dengan Esha Flora dan juga beberapa laboratorium kultur jaringan di bawah pengelolaan saya, dan juga beberapa peserta pelatihan maupun alumni kultur jaringan IPB siap dan terus mengusahakan hal ini, walau secara bertahap melangkah ..walau pelan tapi tercapai.......Insya Allah..

Mohon maaf bila saya terlalu bersemangat, mohon maaf bila saya ada salah kata. Saya dan Esha Flora dengan sangat senang hati untuk bersama-sama mewujudkan impian ini....

Bogor, 4 Oktober 2011

03 October 2011

Kultur Jaringan Singkong (Manihot esculenta)

Esha Garden - Monday, October 03, 2011

1. Kepala Unit Kultur Jaringan Laboratorium Bioteknologi Lingkungan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB Bogor; 2. Kepala Unit Kultur jaringan Bagian Konservasi Tumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB Bogor.

Pendahuluan
Siapa yang tidak kenal singkong, hampir semua orang kenal singkong. Sedemikian familiernya singkong, maka makanan yang merakyat di Indonesia adalah singkong. Singkong diidentikkan sebagai makanan orang miskin di Indonesia.

Secara umum masyarakat mengetahui bahwa singkong adalah tanaman yang relatif mudah di budidayakan, dan saat ini diketahui bahwa nilai komersialnya masih dalam kategori murah, sehingga kalau ada orang yang mau melakukan kultur Jaringan singkong, maka langsung masyarakat akan bereaksi bahwa hal tersebut tidak ekonomis dan tidak logis. Selain biaya investasi kultur jaringan yang besar dan juga teknologi ini di Indonesia masih dalam kategori belum familier dengan para pembudidaya dan pelaku agribisnis.

Oleh sebab itulah maka saya menyampaikan tulisan ini dalam rangka menggambarkan suatu kondisi yang ternyata memang kultur jaringan singkong merupakan alternatif yang baik dalam mencapai tujuan tertentu.

Singkong (Manihot esculenta)
Indonesia dengan letaknya yang strategis dan menguntungkan yaitu terletak diantara dua benua dan dua samudra serta berada di lintang katulistiwa membuat alam dan iklim Indonesia menjadi sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman. Sinar matahari yang berlimpah, musim hujan dan musim kering masih memungkinkan budidaya sepanjang tahun, dan keberadaan air yang relatif berlimpah.

Disamping itu singkong adalah tanaman yang sangat mudah ditumbuhkan. Seperti salah satu syair lagu: ” tongkat kayu dapat menjadi tanaman” itu adalah singkong. Oleh sebab itu persepsi masyarakat adalah menanam singkong cukup ditancapkan dan ditinggal maka setelah sekian bulan maka kita dapat mengambil ubinya. Sangat mudah.

Produktivitas tinggi Dan Jumlah Besar
Gambaran diatas memperlihatkan bahwa menanam singkong sangat mudah, hal itu cocok bila kita hanya sekedar tanam tanpa memperhatikan kualitas dan kuantitas hasilnya. Di sisi lain pada saat kita menginginkan hasil yang optimal, kualitas dan kuantitas yang tinggi maka cara budidaya tersebut menjadi tidak memadai lagi. Diperlukan masukan teknologi untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Produktivitas Tinggi.
Untuk mencapai hasil produktivitas singkong yang tinggi diperlukan tiga faktor yaitu: faktor bibit singkong itu sendiri (jenis dengan genetik unggul), faktor lingkungan, termasuk sinar matahari, jenis tanah, keberadaan air, kelembaban dan angin. Dan faktor yang ketiga adalah faktor manajemen budidaya. Teknologi Budidaya singkong harus diperbaiki agar produktivitas dapat meningkat.

Produksi Singkong Jumlah Besar
Pada saat kita menanam dalam jumlah kecil maka pengadaan bibit singkong tidak masalah, tapi pada saat kita merencanakan penanaman dalam jumlah dan luasan lahan yang besar, maka kebutuhan bibit menjadi sangat besar. Untuk menanam puluhan ribu hektar diperlukan puluhan juta bibit. Bagaimana mungkin kita mengadakan bibit tersebut dalam waktu yang relatif singkat dalam jumlah yang besar dan kualitas yang baik. Alternatif yang dapat dilakukan adalah budidaya singkong dengan teknologi kultur jaringan.

Kultur Jaringan Singkong
Sebagian orang menganggap bahwa kultur singkong sulit dilakukan karena nyatanya sampai saat ini belum ada yang mengkulturkan singkong. Pada saat mereka menanyakan ke saya maka saya sampaikan bahwa saya juga belum pernah mengkulturkan singkong. Mungkin mereka pernah mencoba untuk mengkulturkan singkong tersebut dan belum berhasil. Tapi sebaiknya jangan cepat-cepat memberikan pernyataan bahwa singkong tidak bisa di kulturkan. Belum adanya kultur singkong lebih karena harganya yang tidak ekonomis. Harga stek singkong diluar secara konvensional saja sudah Rp. 300,- (Tiga ratus rupiah). Sedangkan hasil kultur jaringan biasanya dijual dengan harga Rp 4.500 – Rp 7.500 bahkan banyak yang lebih dari itu.

Biaya Operasional Dasar Kultur jaringan
Biaya operasional untuk menghasilkan satu planlet di dalam botol adalah Rp. 1.000 harga ini adalah harga kasar dengan masih mencadangkan beberapa hal untuk safety finansial. Biaya produksi satu bibit kultur jaringan sampai keluar dan siap di polibag adalah Rp. 1.500. Tapi Dengan memperhitungkan biaya penyusutan, biaya inflasi, biaya manajemen, biaya promosi maka biaya produksi kotor menjadi Rp. 3.000. Dan bila perusahaan tersebut memasukkan keuntungan maka harga persatuan bibit hasil kultur jaringan dapat dijual dengan harga Rp. 4.500 sampai Rp 7.500.

Persentase Keberhasilan Dan Efisiensi
Kondisi laboratorium kultur jaringan menentukan tingkat keberhasilan di dalam setiap tahapan kultur jaringan. Semakin sederhana kondisi laboratoeium kultur jaringan maka persentase kegagalan akan semakin meningkat dan metode produksinya juga harus lebih intensif dan hati-hati. Tapi bila kondisi laboratorium kultur jaringan memenuhi standar laboratorium kultur jaringan yang baik maka akan menurunkan persentase kegagalan sampai di bawah 10 % bahkan bisa sampai di bawah 5 %. Efisiensi pemakaian bahan dan optimalisasi ruang kultur dalam botol dengan diisi eksplan yang lebih banyak serta penggunakan hormon yang efisien dapat menekan biaya produksi. Demikian pula dengan subtitusi penggunakan bahan-bahan kultur jaringan seperti penggunakan agar yang lebih murah, penggunakan bahan organik efisiensi penggunakan sinar dan listrik.

Percepatan Produksi Hasil Kultur Jaringan
Percepatan dan pertambahan jumlah bibit hasil kultur jaringan dapat dilakukan dengan cara melakukan metode stek mikro pada saat proses aklimatisasi. Pada tahapan aklimatisasi yang awalnya bertujuan hanya untuk mengadaptasikan kondisi di dalam botol menjadi ke luar botol, maka dalam hal ini ditambahkan proses metode stek mikro. Bibit hasil aklimatisasi diberi hormon pertumbuhan tunas sehingga bertambah tinggi. Bila telah mencapai sekitar 8 daun maka dapat dipotong 5 daun ke atas dan disisakan 3 daun ke bawah. Stek 5 daun tersebut di tanam kembali di bak aklimatisasi lain yang sudah disiapkan dan ditumbuhkan kembali. Dari stek yang terdiri 5 daun yang berarti mempunyai 5 titik tumbuh, maka 2 titik tumbuh di masukkan dalam media dan sisakan 3 titik tumbuh untuk tumbuh ke atas. Sedangkan batang bagian bawah di beri hormon tunas maka akan dihasulkan trubusan baru dari sisa titik tumbuh yang ada, terus ditumbuhkan sampai 8 titik tumbuh atau 8 daun baru distek kembali. Demikian sterusnya. Proses ini sama seperti proses multiplikasi di dalam botol. Dan karena ukurannya yang juga masih sangat kecil maka kecepatan multiplikasinya juga sangat tinggi bila dibandingkan dengan stek tunas biasa pada teknik konvensional. Berarti dalam hal ini hasil aklimatisasi tidak dibesarkan melainkan dimultiplkikasi. Bila jumlah yang diinginkan sudah tercapai maka hasil aklimatisasi dapat disemprot hormon akar agar berakar dan dapat terus dibesarkan untuk kemudian disapih ke dalam polibag.

Keberhasilan Kultur Jaringan Singkong.
Pada saat orang menanyakan apakah saya bisa mengkulturkan singkong, disamping itu orang tersebut menyampaikan bahwa singkong tidak dapat di kulturkan dan sampai saat ini belum ada yang berhasil mengkulturkan singkong. Maka saya sampaikan bahwa saya belum mengkulturkan singkong karena memang untuk sampai saat ini belum ada orang yang meminta tolong pada saya untuk mengkulturkan singkong. Selain harganya yang tidak ekonomis juga agribisnis singkong tidak menarik.

Atas permintaan orang tersebut maka saya mencoba untuk menginisasi singkong, dan alhamdulillah dapat dihasilkan kultur steril dan juga pertumbuhan cukup baik. Hal ini membuktikan bahwa bukan berarti singkong tidak dapat dikulturkan, tapi memang karena belum ada yang mengkulturkannya saja. Hal ini merupakan dua hal yang berbeda.


Pembangunan Laboratorium Kultur jaringan
Dalam menunjang pengadaan bibit hasil kultur jaringan, maka perlu direncanakan pembangunan investasi tetap berupa laboratoeium kultur jaringan yang memadai dan layak sesuatu dengan jumlah bibit yang diharapkan.

Sebagai gambaran kasar bahwa untuk mencapai kapasitas produksi bibit sebesar 1 juta bibit maka diperlukan biaya untuk pengadaan alat dan bahan sebesar Rp. 500.000.000. (lima ratus juta rupiah). Biaya ini belum termasuk untuk biaya pengadaan bangunan laboratoriumyang diperlukan dengan luasan sekitar 200 m2. (100 m2 untuk proses persiapan, pembuatan media, ruang timbang dll dan 100 m2 lagi untuk ruang inkubasi terdiri dari rak-rak kultur dengan lampunya.

Jumlah LAFC (Laminar Air Flow Cabinet) yang disediakan sebaiknya memadai agar proses produksi dapat mencapai target dengan baik. Jumlah yang diperlukan untuk produksi 1 juta bibit adalah sekitar 20 laminar. Proses produksi atau proses multiplikasi harus dioptimalkan dengan memberikan bantuan penyiapan media kultur steril dan bahan-bahan yang diperlukan oleh orang lain. Jadi para pekerja di laminar hanyalah melakukan proses multiplikasi secara optimal.

Kemampuan Produksi Tenaga Pengkultur
Kemampuan produksi para pengkultur berbeda-beda tergantung jam terbangnya. Bagi tenaga pengkultur yang baru belajar maka dia hanya dapat mengerjakan sekitar 50 botol sehari. Tapi untuk yang sudah terampil maka dia dapat melakukan subkultur sebanyak 300 botol perhari. Tentunya tingkat produktivitas ini juga ditentukan oleh ragam beban tugas yang diberikan padanya. Bila ia dibebani tugas persiapan, pembuatan media dan juga subkultur makan produksi yang dihasilkan juga akan tidak sebanyak bila ia hanya melakukan kegiatan subkultur saja.


Pengadaan Bibit Kultur Jaringan Singkong
Untuk mengadakan bibit hasil kultur jaringan singkong sampai dapat di tanam di lapang, maka diperlukan beberapa tahapan yaitu:

I. Tahapan Dalam Kultur jaringan:
Karantina & Persiapan bahan eksplan singkong
Sterilisasi permukaan dan sterilisasi sistemik bahan eksplan
Inisiasi eksplan singkong
Multiplikasi kultur singkong
Aklimatisasi
Percepatan stek mikro
Pembesaran bibit hasil aklimatisasi
Penyapihan bibit ke dalam polibag


II. Tahapan Di Lapang
Pembesaran bibit diplolibag. Kemudian dipotong-potong dengan ukuran tertentu kemudian dibesarkan dalam bedengan dengan ditanam dengan jarak agak rapat.
Penanaman bahan bibit dalam bedengan untuk kemudian ditumbuhkan dan setelah mencapai ukuran tertentu dipotong-potong untuk bahan bibit yang berikutnya.
Penanaman bahan bibit di lapang dengan jarak tanam agak rapat untuk tujuan diambil bukan untuk tujuan ubinya tapi batangnya sebagai bahan bibit yang mencapai ukuran yang optimal yang dapat dijadikan bibit singkong yang berkualitas.


Persiapan Awal Inisiasi dan Multiplikasi bahan Bibit
Jumlah bibit yang ditargetkan serta jumlah lahan yang harus ditanami dikaitkan dengan persipan bibit memerlukan perencanaan yang matang. Minimal untuk tahap awal persiapan bahan bibit kultur jaringan sampai pada dihasilkannya bibit yang siap tanam di lapang, memerlukan waktu yang tidak sedikit. Tapi begitu semua fasilitas dan tahapan sudah eksis maka pengadaan bibit sama seperti pabrik saja, selanjutnya dibuat perencanaan rotasi pengadaan bahan bibit.

Selain fasilitas laboratorium berarti juga diperlukan fasilitas aklimatisasi, fasilitas percepatan dengan stek mikro, fasilitas pembesaran dalam polibag, fasilitas pembesaran dalam bedengan, fasilitas pembesaran bahan bibit di lapang dengan jarak tanam agak rapat.

Keberhasilan Produksi Singkong Mencapai 100 ton / hektar
Dengan dibuktikannya keberhasilan petani singkong di lampung menghasilkan produksi singkong sebesar 100 ton/ hektar. Membuktikan bahwa manajemen budidaya yang baik mampu meningkatkan produksi dengan spektakuler.

Petani tersebut mampu menerapkan evaluasi sistem budidaya baru dengan mengoptimalkan semua faktor yang ada sehingga mampu meningkatkan produksi. Dan yang patut diacungi jempol adalah dia berani menanggung resiko evaluasinya sistem budidaya yang baru, karena konsekuensinya memerlukan biaya produksi yang meningkat cukup besar. Tapi peningkatan biaya produksi tersebut akan teratasi dengan hasil produksi yang fantastik tersebut.

Apabila sistem budidaya ini dapat direplikasi dalam luasan lahan yang besar maka hasil produksi yang dihasilkan akan sangat menankjubkan. Masyarakat Singkong Indonesia sedang menggarap usaha ke arah tersebut. Hal ini patut mendapatkan dukungan mengingat ketahanan pangan di Indonesia masih menjadi prioritas.

Masyarakat Singkong Indonesia merencanakan akan menanam tahap awal sekitar 3000 hektar, yang kemudian secara bertahap akan mencapai 30.000 hektar. Tentunya dengan luasan seperti itu diperlukan perencanaan kesiapan bibit yang matang dengan skedul waktu yang memadai dan jelas.

Kultur Jaringan Singkong akan menjadi solusi yang tepat dalam menjawab pengadaan bibit singkong yang berkualitas tersebut. Semoga kemandirian kita dalam memproduksi bahan pangan dan juga ketahanan pangan Indonesia akan semakin meningkat dengan metode pengadaan bibit dengan kultur jaringan.


Bogor, 2 Oktober 2011
Next Previous
Editor's Choice