Show Mobile Navigation

Artikel Terkini

Berlangganan Artikel Kuljar Via Email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Pendaftaran

IPB
Showing posts with label IPB. Show all posts
Showing posts with label IPB. Show all posts

28 June 2013

Kunjungan Mahasiswa Pasca Sarjana Peternakan di bawah Bimbingan Prof Sudarmadji

Esha Garden - Friday, June 28, 2013

Bapak Prof Sudarmadji memberikan sambutan dan menjelaskan maksud kedatangan ke Esha Flora
Beberapa waktu yang lalu Esha Flora dikunjungan oleh mahasiswa Pasca sarjana IPB bidang peternakan (maaf saya lupa nama program studinya),di bawah bimbingan Bapak Prof Sudarmadji. Kami Esha Flora merasa tersanjung mendapat kungan beliau dan mahasiswanya.

Bapak Prof Sudarmadji ingin agar pakan ternak yang berkualita sdapat dihasilkan dengan kultur jaringan skala rumah tangga, agar dapat dilakukan di daerah-daerah terpencil, tapi tetap mampu menghasilkan bibit paka ternak yang berkualitas dengan kultur jaringan.

Mahasiswa Pasca sarjana IPb dari Peternakan yang jugamerupakan teman seangkatan saya dalam menempuh S3 di IPB


 Selama ini ada juga mahaiswa S1 peternakan yang penelitian kultur jaringan pakan ternak di Esha Flora, danbanyak makasiswa dengan program studi lainya juga yang melakukan aktivitas studinya di Esha Flora. Dan Esha Flora dengan senang hati akan membantu mahasiwa manapun untuk dapat menyelesaikan studinya yang berkaitan dengan kultur jaringan. Terima kasih banyak Bapak Prof Sudarmadji beserta mahasiswa Pasca Sarjana atas kunjungannya ke lab sederhana kami. Semoga kunjungan ke Esha Flora dapat bermanfaat untuk kita semua. terima kasih

07 December 2011

BOGOR SEBAGAI PUSAT PENGEMBANGAN ANGGREK INDONESIA

@Cahangon75 - Wednesday, December 07, 2011
Oleh
Ir. Edhi Sandra Msi
Peneliti dan pecinta anggrek.

Pendahuluan

Adalah tidak berlebihan bila kita harus mengembangan anggrek di Indonesia. Selain pasaran anggrek yang stabil baik di dalam maupun luar negeri. Anggrek mempunyai komunitas yang sangat luas . Anggrek adalah jenis bunga yang disukai oleh banyak manusia, mulai anak-anak, remaja, dewasa, bapak-bapak maupun ibu-ibu. Anggrek juga banyak digunakan untuk berbagai macam kegiatan dan upacara.
Ragam jenis dan variasi bunga yang sangat beranekaragam membuat anggrek memiliki variasi keindahan bunga yang sangat beragam dan indah-indah. Anggrek dapat disilangkan tidak hanya di level jenis tapi juga bisa disilangkan pada level taksonomi di atasnya, seperti genus. Disamping jumlah jenis yang sangat beranekaragam di dunia ini.
Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang sangat mengagumkan, tapi sayang beberapa jenis sudah terancam kepunahan. Banyak jenis-jenis potensial yang berstatus langka. Dan sebagian besar merupakan anggrek endemik Indonesia, sehingga alangkah sangat disayangkan bila kita sendiri tidak mampu memelihara kekayaan flora kita. Oleh sebab itulah maka kita perlu melestarikan dan mengembangkan anggrek sehingga dapat memberikan manfaat untuk kita semua.

Bogor Sebagai Pusat Pengembangan Anggrek Indonesia

Bogor memiliki beberapa hal yang penting dalam pengembangan anggrek yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Potensi ini perlu dimanfaatkan dan disinergikan agar dapat mendorong ke arah pengembangan anggrek. Hal-hal yang penting dalam pengembangan anggrek di Bogor adalah:

1. Kebun Raya Bogor.
Adanya lembaga ini seharusnya dapat di manfaatkan oleh pelaku anggrek di bogor untuk dapat memanfaatkan koleksi anggrek spesies yang lengkap di Kebun raya bogor. Kebun raya bogor mengoleksi berbagai macam jenis anggrek spesies dari berbagai daerah di Indonesia untuk di konservasi secara eksitu. Kebun raya bogor sebagai lembaga konservasi melakukan kegiatan konservasi berbagai jenis tumbuhan Indonesia termasuk anggrek. Oleh sebab itulah pengembangan lebih lanjut pemanfaatan spesies anggrek tersebut perlu dilakukan agar dapat memberikan hasil yang nyata bagi masyarakat.

2. IPB
Dengan adanya Institut Pertanian Bogor, yang terdiri dari berbagai fakultas dan departemen dengan spesialisasi berbagai bidang yang terkait dengan produk pertanian diantaranya tanaman hias dalam hal ini anggrek, maka minimal riset-riset tentang anggrek dapat lebih dikembangkan, sehingga anggrek dapat lestari dan dapat dimuliakan sehingga dihasilkan anggrek yang unggul.

3. LIPI
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Lembaga yang saat ini berdomisili di cibinong ini juga banyak meneliti tentang anggrek baik yang terkait dengan taksonominya maupun pembudidayaannya.

4. Balai Penelitian Tanaman Hias
Adanya balai penelitian ini juga pasti memberikan dampak terhadap riset-riset yang terkait dengan pelestarian dan pengembangan tanaman hias , diantaranya juga anggrek.

5. Personal yang mempunyai jiwa peneliti dan juga cinta anggrek
Banyaknya balai penelitian di bogor, banyaknya perguruan tinggi di bogor sehingga bogor mendapat gelar kota pelajar, kondisi lingkungan yang cocok untuk berbudidaya membuat bogor memiliki personal-personal yang mencintai tanaman. Terutama tanaman hias, dalam hal ini anggrek. Banyak staf IPB yang secara pribadi mengoleksi anggrek di rumahnya. Ada beberapa staf IPB atau balai penelitian lain yang memiliki nursery tanaman hias bahkan laboratorium kultur jaringan di rumahnya, Ibu Herlina (Balithi), Bapak Agus (Kebun raya bogor), Bapak Edhi Sandra (Fahutan IPB),

6. Penangkar dan Nursery Anggrek
Bogor memiliki penangkar dan kolektor tanaman hias yang cukup besar seperti Bapak Greg Hambali, Bapak Beny Cia, Bapak Cepi, Bapak Candra Gunawan (Godong Ijo) Bapak Bapak Sugiono, Bapak Nurdi, Ibu Jali dll. Mereka semua kebanyakan sudah memiliki jaringan kemitraan dan pasar sendiri. Hal ini tentunya mengerakkan petani-petani tanaman hias yang di bawahnya. Demikian pula dengan penangkar dan nursery anggrek di Bogor tidak kalah banyak, seperti Ibu Ning (Cimanggu) Ibu Elly (Bogor Indah), Ibu Yussi (Gunung batu), Bapak Kosim (Cimanggu), Bapak Herman (Ciapus), Bapak Rusdi Rusli (Ciampea), Ibu Herlina (Sindangbarang, Balithi) dan Ibu Hapsiati (Taman Cimanggu, Esha Flora) dan masih banyak lagi yang saya belum ketahui. Kesemuanya memberikan kontribusi yang sangat nyata dalam perkembangan anggrek di bogor.

7. Pekebun Anggrek
Sementara itu di daerah kabupaten bogor, banyak terdapat kebun-kebun anggrek dengan luasan yang bervariasi, seperti Bapak Gino, Bapak Budi, Bapak Parno (Sanderiana Nursery), Bapak Joko, dan Bapak Rusdi Rusli. Sebagian merupakan binaan Dinas Pertanian bogor. Dinas Pertanian bogor mempunyai program untuk mengembangkan bogor sebagai kota anggrek

8. Pedagang Tanaman Hias
Disamping itu bogor juga memiliki pedagang dan petani tanaman hias yang tergolong sangat banyak. Pedagang dikategorikan untuk yang berjualan di pinggir jalan seperti di sepanjang jalan pajajaran, disepanjang jalan dadali, di jalan ke arah perumahan, sepanjang jalan parung, sebagian jalan pemda bogor, sebagian jalan di puncak dan cibodas.
Sedangkan petani lebih dicirikan pada orang yang membudidayakan tanaman hias dengan lokasi lebih terpencil tapi memiliki luasan yang lebih luas. Petani-petani ini terhimpun dalam suatu luasan lokasi tertentu seperti di Ciapus, jalan pemda baru, desa sekitar talang ke arah sukabumi, daerah cipaku, daerah parung dll. Bahkan sampai sekarang bogor diakui sebagai kota pusat pengadaan bibit dan benih dengan level nasional.


9. Masyarakat Pecinta Tanaman
Dominasi instansi yang ada di bogor lebih banyak di dominasi oleh dunia pendidikan dan penelitian disamping adanya instansi Kebun raya Bogor, Dan kondisi bogor yang sangat cocok untuk budidaya tanaman, maka banyak masyarakat bogor yang mencintai tanaman. Banyak masyarakat bogor yang hobi bertanam, entah bertanam tanaman hias, tanaman hortikultura, tanaman obat atau bahkan tanaman buah.

10.Pemda Bogor
Pemerintah Daerah Bogor, dalam hal ini berperan sebagai pemimpin daerah merupakan faktor yang sangat penting. Dan melalui Dinas pertaniannya Pemda Bogor telah menggulirkan program-program pemberdayaan masyarakat dan petani mulai dengan pemberdayaan petani anggrek di daerah kabupaten bogor, dan juga pemberdayaan petani anggrek di kotamadya bogor.
Pengembangan anggrek di kabupaten diarahkan ke produksi anggrek dengan luasan kebun yang cukup besar. Sedangkan pengembangan anggrek di kotamadya bogor lebih di arahkan pada pengembangan bibit anggrek dalam botol. Strategi ini sangat sesuai mengingat di daerah kotamadya lahan sudah sangat tidak memadai untuk membuat kebun-kebun anggrek. Pengembangan bibit anggrek botolan merupakan solusi yang sangat baik karena selain pemanfaatan di lahan sempit maka peningkatan kinerja orang-orang yang sudah pensiun atau yang putus sekolah atau bahkan ibu-ibu rumah tangga dapat di arahkan untuk memproduksi anggrek botolan tersebut.

11. Faktor Positif Lain.
Selain yang di atas sebenarnya masih banyak pihak-pihak yang berkompeten dan berperan dalam membantu pengembangan anggrek di Bogor. Dan masih banyak hal-hal yang merupakan faktor positif dalam pengembangan anggrek, misalnya: Bogor sebagai kota satelit dengan Ibukota Jakarta. Hal ini merupakan keuntungan dalam hal pemasaran dan promosi. Disamping itu Bogor juga dikenal sebagai kota wisata. Banyak wisatawan dari manca negara yang berkunjung ke bogor baik untuk mengunjungi Kebun raya bogor, Istana Bogor, Gunung Gede - Pangrango – Halimun. Di tambah dengan adanya orang asing yang sedang riset atau belajar di IPB ataupun LIPI. Semua ini merupakan keuntungan dalam memasarkan produk-produk anggrek.


Persamaan Persepsi dan Sikap

Dengan adanya potensi pengembangan Bogor sebagai Pusat Pengembangan anggrek, bahkan Pemerintah daerah melalui Dinas Pertaniannya telah mencanangkan sebagai kota anggrek. Disamping itu dengan adanya Kebun Raya Bogor dengan berbagai jenis koleksi anggrek liarnya dari seluruh Indonesia. Adanya wacana dan program pemda untuk menjadikan Bogor sebagai kota anggrek, merupakan sesuatu yang sangat logis dan prospektif. Hal ini sebaiknya di dukung dan dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pengembangan anggrek di Bogor. Kalau saja masing-masing pihak berusaha memerankan perannya dalam pengembangan anggrek sesuai dengan profesinya maka sebenarnya secara tidak langsung sudah turut memujudkan rencana tersebut.
Dengan adanya persamaan persepsi dan sikap untuk menjadikan bogor sebagai pusat pengembangan anggrek maka selanjutnya tinggal mengkordinasikan dan mensinergikan masing-masing kegiatan yang sudah ada, dan mengadakan kegiatan bersama yang dapat lebih merealisasikannya.

Forum Komunikasi Pecinta Anggrek Bogor

Memang sebaiknya ada kelembagaan yang terdiri dari semua komponen di atas, yang dapat mengakomodir dan merencanakan serta membuat program pengembangan Bogor sebagai pusat anggrek. Forum inilah yang akan aktif mensosialisasikan masing-masing kegiatan, mengkordinasikan semua kegiatan yang ada di semua pihak serta berusaha untuk mengupayakan mengarah pada satu tujuan yang sama, berusaha membuat kegiatan bersama dan secara bertahap mengupayakan untuk adanya jejak-jejak prestasi dan jejak investasi real yang dapat dilihat dan di kunjungi oleh wisatawan.

Bogor, 6 Desember 2011
Edhi sandra
Enhanced by Zemanta

29 August 2010

Kontroversi Mengenai Kualitas Bibit Kultur jaringan

Esha Garden - Sunday, August 29, 2010
Oleh : Edhi Sandra
Kepala Unit Kultur Jaringan, Departemen KSHE Fahutan IPB Bogor
Kepala Lab. Bioteknologi Lingkungan PPLH IPB Bogor
Pendiri Esha Flora Bogor

Pendahuluan
Persepsi masyarakat secara umum terhadap kualitas bibit kultur jaringan sangat beragam. Hal ini disebabkan simpangsiurnya dan terpenggal-penggalnya informasi yang di dapat mengenai kualitas bibit kultur jaringan. Masyarakat dibingungkan dengan informasi dan fakta yang seringkali berbeda.


Di satu sisi informasi menyebutkan bahwa kualitas bibit kultur jaringan sangat hebat dan bagus, tapi di sisi lain kenyataan yang ada bibit kultur jaringan sangat mengecewakan, misalnya bibit kultur jaringan tanaman hias Aglonema dari Thailand kualitasnya jelek, mudah busuk dan bentuknya tidak kompak serta bongsor atau bahkan sebaliknya kerdil. Bila demikian maka mana yang benar? sebagian orang dengan sangat mudah memutuskan "...yah...buktinya saja sudah jelek mau diapain lagi?..." Lalu apakah memang demikian yang sesungguhnya?


multiplikasi Aglonema Tiara

Ada pula kasus bibit jati genjah hasil kultur jaringan yang ternyata tidak sesuai dengan gembar-gembor mengenai kualitas bibit tersebut, yang katanya bibit sangat berkualitas tapi begitu di tanam, pertumbuhan lambat dan mudah terserang penyakit dan banyak yang mati pada saat di tanam di lapang.

hasil silangan anggrek yang dikulturkan..lebih rajin berbunga.
Demikian pula bibit anggrek kultur jaringan, katanya kualitas bagus, seragam dan cepat berbunga. Akan tetapi kenyataannya bibit anggrek kultur jaringan sangat beragam. Ada yang kerdil dan berbunga, ada yang bongsor tapi tidak berbunga, ada yang kurus , ada yang gemuk dsb. 

Untuk menjawab pertanyaan itu semua maka kita perlu mengevaluasi secara ilmiah dan logika, dan menggabungkan semua faktor yang mempengaruhinya sehingga di dapatkan jawaban yang relatif proporsional dan real kebenarannya.

Dasar Ilmiah
1. Prinsip dasar kultur jaringan "Totipotensi", bahwa semua sel dalam tumbuhan mengandung rangkaian genetik yang lengkap. Jadi setiap sel tumbuhan, mampu tumbuh menjadi tumbuhan lengkap sama dengan induknya, karena genetiknya sama.

kita dapat mengkultur semua tanaman dengan adanya prinsip "Totipotensi"

2. Walaupun berasal dari bagian vegetatif, akan tetapi masih ada fenomena "Variasi somaklonal", yaitu adanya variasi atau ragam yang ditimbulkan dari hasil perbanyakan sel-sel vegetatif (kloning), oleh sebab itu perlu hati-hati di dalam mengkloning.

variasi somaklonal yang terjadi...warna daun kultur tiara yang merah terang...cantik..

3. Di dalam kultur jaringan, banyak tujuan dan metode yang dapat dilakukan. Setiap metode menghasilkan karakter sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Jadi bibit hasil kultur jaringan juga berbeda-beda sesuai dengan metode dan tujuan pembuatannya.
4. Bentuk (morfologi) tumbuhan berbeda beda di pengaruhi oleh genetik dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya, sehingga kalau ada perbedaan bentuk bibit hasil kultur jaringan maka belum tentu perbedaan tersebut disebabkan karena perbedaan genetik, tapi bisa pula disebabkan oleh faktor lingkungan yang ada.
5. Kemampuan pertumbuhan dan perkembangan bibit hasil kultur jaringan ditentukan oleh sifat genetik dan juga keberadaan komponen makanan yang diperlukan seperti hormon, vitamin dan asam amino.dll
6. Adanya sifat "Kepekaan relatif Tumbuhan" yang merupakan perbedaan respon terhadap konsentrasi hormon tertentu, dipengaruhi oleh kondisi hormon sebelumnya dan yang berikutnya.

Pembahasan
Bibit Hasil kultur jaringan mudah busuk, tidak kompak, kerdil atau mudah terserang penyakit dan seringkali pertumbuhannya terhenti/ lambat. Mudah busuknya tanaman disebabkan karena sel-sel penyusun tubuhnya tipis dan bongsor/ gembos, karena banyak mengandung cairan, apalagi bila di pupuk N tinggi, maka kandungan gula dalam sel menjadi tinggi, hal ini sangat disukai oleh mikroba, sehingga menjadi sasaran oleh mikroba, apalagi bila dinding selnya tipis, maka sel akan dengan mudah ditembus oleh mikroba dan tanaman tersebut akan mudah busuk. 

Pertumbuhan lambat dan seringkali terhenti. Hal ini disebabkan bibit hasil kultur jaringan mengalami stres perubahan kondisi dari dalam botol yang "serba enak" berubah ke kondisi di luar botol yang serba minim dan adanya fluktuasi iklim harian yang bagi bibit kultur jaringan masih merupakan kondisi yang ekstrim. Hal ini membuat bibit hasil kultur jaringan menjadi stres dan dorman. Setelah beberapa waktu, dan mampu beradaptasi dengan baik, maka bibit hasil kultur jaringan tersebut akan mulai tumbuh.

Demikian pula dengan beragamnya karakter bibit hasil kultur jaringan yang ada walaupun berasal dari sel atau jaringan vegetatif yang sama, akan tetapi kita harus ingat dengan adanya "Variasi somaklonal". Oleh sebab itu kita harus dengan benar melaksanakan SOP (Standar Operasional Prosedur) atau pemilahan di dalam pengambilan bahan eksplan pada saat subkultur. Kita harus melakukan pengelompokan, bagian tertentu saja yang boleh digunakan untuk bahan perbanyakan / subkultur. Misalnya: untuk tanaman kehutanan yang tidak mementingkan bunga dan buah, karena yang diperlukan adalah umur yang panjang, pertumbuhan yang cepat besar maka dalam subkulturnya kita hanya mengambil bagian kultur yang bersifat "muda dan jouveni". 

Dengan SOP yang baik dapat dihasilkan kultur yang berkualitas

Sedangkan untuk menghasilkan bibit hasil kultur jaringan buah-buahan maka kita harus melakukan pemilahan dalam subkulturnya dengan memilih kultur yang bersifat "Muda dan Dewasa". Maka bibit buah yang dihasilkan nantinya adalah pertumbuhan bagus cepat dan walaupun masih muda tapi sudah berbunga dan berbuah karena sudah dewasa.

Strategi Menghasilkan Bibit Kultur Jaringan Berkualitas
Memperhatikan itu semua maka strategi yang harus dilakukan dalam menghasilkan bibit kultur jaringan yang berkualitas adalah:
1. Bahan vegetatif kultur jaringan haruslah yang berasal dari tumbuhan yang unggul.
2. Melakukan pemilahan di dalam proses subkulturnya dan memperhatikan sifat fisiologi dan morfologi dari kultur tersebut.
3. Dalam proses perbanyakan, kita boleh memberikan kandungan dan komposisi hormon yang tinggi untuk dapat memacu pertumbuhan dan perkembangannya, akan tetapi pada saat sudah mulai akan dikeluarkan maka seharusnya secara bertahap kita harus mengurangi penggunaan hormon, hal ini untuk mengadaptasikan agar tumbuhan tersebut menghasilkan hormon endogen dari dalam tubuhnya.
4. Setelah berbentuk tanaman kecil (plantlet) maka sebaiknya dilakukan proses "hardening" atau penguatan dinding sel bibit hasil kultur jaringan. caranya: Plantlet yang masih ada di dalam botol dalam kondisi tertutup rapat dipindahkan letaknya dari dalam laboratorium kultur jaringan ke rumah kaca agar mendapatkan kondisi iklim untuk persemaian. Proses "hardening" ini dilakukan selama 1 - 2 bulan tergantung tanamannya. tujuannya adalah agar plantlet di dalam botol akan mulai mengalami penebalan dinding selnya karena mendapatkan intensitas sinar yang lebih tinggi, suhu yang lebih tinggi serta fluktuasinya yang lebih ekstrim, akan tetapi semua itu dilakukan dalam kondisi plantlet tersebut terjaga kelembabannya, tersedia dan terjamin makanannya, bebas dari hama dan penyakit karena berada di dalam botol yang tertutup rapat. Sehingga planlet tersebut mampu bermetabolisme lebih tinggi dan cepat, mampu mengatasi fluktuasi iklim harian, perlindungan terhadap diri sudah mulai kokoh dengan adanya penebalan dinding sel dan morfologinya akan lebih kokoh.
5. Berikutnya melakukan proses Aklimatisasi, yaitu proses pengeluaran planlet dari dalam botol yang di tanam di dalam bak semai dengan media yang elmbut dan lembab dengan dilakukannya penyungkupan berlapis, yaitu sungkup bak semai, sungkup bedeng dan rumah kaca sebagai sungkup besarnya. Kemudian di dalam perawatannya dilakukan proses pembukaan sungkup secara bertahap sampai bibit hasil kultur jaringan tersebut dapat tumbuh bebas dalam kondisi tidak tersungkup lagi. Selama masa aklimatisasi maka dalam perawatannya dapat diberi makan berupa ramuan MS (murashige and Skoog) dengan 1/2 dosis dan di tambah kandungan Kalsium dan kaliumnya menjadi dua kali lipatnya. Proses aklimatisasi bisa berlangsung sekitar 1 - 2 bulan
6. Proses pembesaran bibit, dimulai dari pemindahan bibit hasil kultur jaringan di dalam bak semai ke dalam pot atau polibag, kemudian diletakkan pada nursery yang diberi paranet dan agar bibit hasil kultur jaringan dapat terkena sinar yang memadai baik intensitas maupun durasinya. Dan sebaiknya masih terlindung dari hujan. Dalam perawatannya boleh mulai pakai pupuk lengkap, tetap di tambah kalsium dan kaliumnya serta dibantu dengan hormon sedikit. Yang harus dijaga adalah jangan sampai bibit tersebut dehidrasi kekurangan air, kondisi iklim dan fluktuasinya jangan sampai terlalu ekstrim, misalnya: angin terlalu keras dan sinar matahari yang terlalu terik. Proses pembesaran bibit dapat berlangsung selama 1 bulan
7. Melakukan proses seleksi bibit unggul. Dalam kegiatan ini kita pilah bibit yang unggul (pertumbuhan relatif jauh lebih cepat, struktur kokoh dan sehat), bibit yang baik (pertumbuhan bibit normal biasa seperti kebanyakan bibit yang dihasilkan), dan bibit yang kurang baik (kerdil, sakit dan diserang hama, tidak kokoh dll).

Penutup
Kebanyakan laboratorium kultur jaringan di Indonesia masih kurang memperhatikan kualitas, sebagian besar hanya memperbanyak dan mengeluarkannya, maka jadinya hasilnya kurang memuaskan. Semoga tulisan dapat memberikan masukan bagi yang memerlukannya dan memberikan semangat untuk dapat menghasilkan bibit kultur jaringan yang lebih berkualitas. Mari kita buktikan bahwa kita mampu berbuat lebih baik lagi. Terima kasih
Bookmark and Share
Previous
Editor's Choice