Show Mobile Navigation

Artikel Terkini

Berlangganan Artikel Kuljar Via Email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Pendaftaran

kultur jaringan
Showing posts with label kultur jaringan. Show all posts
Showing posts with label kultur jaringan. Show all posts

04 August 2020

PELATIHAN KULTUR JARINGAN SKALA RUMAH TANGGA ESHA FLORA 2020

Esha Flora - Tuesday, August 04, 2020


























04 August 2016

Transfer Teknologi Kultur Jaringan Esha Flora Indonesia

@Cahangon75 - Thursday, August 04, 2016
Transfer Teknologi Kultur Jaringan Esha Flora Untuk Perusahaan maupun Perorangan 
Oleh:  Ir. Edhi Sandra MSi  Dan  Ir. Hapsiati




Latar Belakang 
Kultur Jaringan - Prospek pengembangan Kultur Jaringan di Indonesia sangat baik. Indonesia membutuhkan bibit-bibit yang berkualitas dan unggul di berbagai macam sektor, seperti pertanian, perkebunan dan kehutanan, belum lagi untuk kepentingan tanaman hias dan koleksi tanaman eksotik dan langka. Setelah sekian lama memberikan pelatihan kultur jaringan (dengan jumlah peserta pelatihan yang lebih dari seribu orang yang di adakan di Esha Flora maupun di IPB) hanya sekitar 30 % yang tetap eksis dalam mengembangkan kultur jaringan.


Kelompok yang eksis ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu: 1). peserta yang memang sudah bekerja di bidang kultur jaringan di perusahaan negeri, perguruan tinggi maupun swasta sekitar 20 %, dan 2). Peserta perorangan atau utusan perusahaan swasta yang baru mau mengembangkan bisnis kultur jaringan sekitar 10%. Sedangkan yang 70% tidak dapat eksis dalam bidang kultur jaringan karena beberapa faktor yang dapat dikelompokkan menjadi:

Permasalahan Non Teknis:
1.1. Ketidakadaan waktu atau dana, atau tempat1.2. Ketidakadaan tenaga ahli dan trampil dalam kultur jaringan1.3. Permasalahan manajemen pegawai1.4. Permasalahan pasar
Permasalahan Teknis:
2.1. Permasalahan teknis kultur jaringan2.2. Permasalahan kontaminasi dan antisipasinya.2.3. Permasalahan ramuan dan komposisi media untuk tujuan tertentu2.4. Permasalahan manajemen pengelolaan teknis lab kuljar.2.5. Permasalahan kemampuan perencanaan produksi dan pencapaian target. Setelah kami analisa ternyata permasalahan mulai muncul pada saat para peserta tersebut mulai secara real melaksanakan kegiatan kultur jaringan. Banyak kegiatan teknis sederhana tapi ternyata sangat menentukan kelancaran dan kesuksesan dalam pelaksanaan kultur jaringan tersebut.

Dan permasalahan tersebut terjadi selama awal pelaksanaan pengelolaan lab kultur jaringan.Permasalahan akan bertambah besar dan membuat stress berat para pengelola lab kuljar, setelah dihadapkan pada program produksi yang tinggi dan pencapaian target produksi yang sangat sempit waktunya, bila dalam hal ini mereka belum ada pengalaman maka ditambah dengan adanya kendala teknis maka pengelolaan lab kuljar akan menjadi kacau. Dan gagal dalam mencapai tukjuan yang diinginkan.

Oleh sebab itulah maka Esha Flora berusaha membantu semua pihak yang berusaha membuka usaha kultur jaringan dengan membantu mengatasi semua permasalahan tersebut dan mendampingi selama proses awal pelaksanaan pengelolaan laboratorium kultur jaringan tersebut. Program tersebut dapat berlangsung selama 6 bulan sampai satu tahun dan bisa lebih bila di perlukan. Transfer Teknologi Kultur Jaringan Esha Flora Adapun Paket Program Transfer Teknologi Kultur Jaringan ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

Konsultasi perencanaan bisnis & pembuatan laboratorium kultur jaringan.
Pengadaan paket alat dan bahan kultur jaringan dengan skala tertentu seperti paket alat bahan dengan kapasitas 1000 kultur, 10.000 kultur, 100.000 kultur dan 1 juta kultur.

Jasa inisiasi kultur jaringan tanaman yang diinginkan.

  • Paket pelatihan kultur jaringan
  • Paket magang kultur jaringan
  • Pendampingan start awal pengelolaan laboratorium kultur jaringan
  • Supervisi dan evaluasi setiap tahapan kultur jaringan.
  • Jasa perencanaan strategi bisnis kultur jaringan
  • Jasa perencanaan dan target produksi kultur jaringan

Komponen program dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangnya. Intinya adalah kami berusaha mengatasi semua permasalahan di dalam merintis usaha kultur jaringan.Setiap komponen program merupakan jawaban dari permasalahan yang seringkali ditemui para perintis usaha kultur jaringan secara garis besarnya permasalahan di bagi menjadi 2 kelompok. Yaitu :

1. Permasalahan teknis dan manajemen laboratorium kultur jaringan.
2. Permasalahan pasar dan strategi usaha kultur jaringan.

Situasi dan kondisi laboratorium kultur jaringan berbeda-beda, hal ini disebabkan keterbatasan dari para pelaku usaha kultur jaringan juga berbeda-beda, demikian pula dengan tenaga pelaksananya juga mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang berbeda-beda. Seringkali para pelaku kultur jaringan dalam merintis usaha kultur jaringan dengan cara mencontoh atau mengikuti dari laboratorium kultur jaringan yang ada. Akan tetapi mereka tidak mampu memodifikasi dan menyesuaikannya dengan kondisi dan siatuasi yang cocok di lingkungannya. Bahkan seringkali mereka salah di dalam menarik kesimpulan dan mengambil prinsip yang harus dipegangnya dalam pelaksanaan usaha kultur jaringan tersebut.

Permasalahan Teknis dan Manajemen Laboratorium Kultur Jaringan. Bagi perusahaan atau perorangan yang baru merintis usaha kultur jaringan, maka sebenarnya dia harus menyusun satu-persatu pelaksanaan teknis dari setiap tahapan dan proses kulur jaringan. Bila dalam hal ini si pelaksana belum mempunyai pengalaman, maka dia akan terantuk-antuk dalam setiap pelaksanaan teknis tersebut. Permasalahan Teknis Bagi orang umum, maka kultur jaringan terlihat sangat detail dan rumit. Tapi bagi sarjana kultur jaringan yang sudah mempelajari kultur jaringan maka terlihat mudah. Akan tetapi sebenarnya tidak demikian karena pada saat sarjana kultur jaringan tersebut terjun di laboratorium kultur jaringan, maka variasi yang ada sangat besar berkaitan dengan faktor keterbatasan, sitruasi dan kondisi serta variasi tanaman yang akan dikembangkan sangat beranekaragam. Ditambah lagi dengan keterbatasan waktu, biaya, tenaga, kapasitas alat, terbatasnya bahan dikaitkan dengan target dan skala produksi.

Kesemua faktor tersebut bercampur aduk menjadi sebuah permasalahan besar yang cukup sulit untuk diurai dan dipecahkan. Kalau sarjana kultur jaringan tersebut tidak mempunyai pengalaman maka akan membuat permasalahan tersebut akan terakumulasi dan semakin besar. Permasalahan manajemen Suksesnya usaha kultur jaringan tidak hanya ditentukan dengan mahalnya investasi yang sudah dikeluarkan. Bukan tergantung pada mahalnya peralatan dan gedung laboratorium kultur jaringan. Tapi lebih ditentukan pada terlaksananya prinsip-prinsip dasar di dalam kultur jaringan.

Laboratorium kultur jaringan yang baik tidak hanya ditentukan oleh tertutup rapatnya (terisolasi) laboratorium kultur jaringan tersebut, juga bukan pada dinginnya AC atau terangnya lampu. Tapi juga sangat ditentukan pada pengelolaan laboratorium kultur jaringan tersebut. Permasalahan Pasar dan Strategi Usaha Kultur Jaringan Bagi para pemula yang baru mau merintis usaha kultur jaringan maka akan bermasalah dalam hal pasar. Kecuali bila mereka membuka usaha kultur jaringan sebagai upaya pengembangan usaha yang sudah ada. Misalnya dalam rangka mengantisipasi kekurangan pengadaan bibit unggul. Bagi pengusaha kultur jaringan yang tidak mempunyai akses pasar yang sudah pasti, maka ia harus pandai membuat strategi agar biaya operasional laboratorium harus dapat tertutup oleh pemasukan yang ada.

Untuk itu maka pengelola kultur jaringan harus mampu melakukan diversifikasi produk dan jasa yang dihasilkannya untuk memperkuat eksistensinya. Strategi tersebut tidak hanya diversifikasi produk dan jasa saja tapi juga merupakan kesatuan usaha yang saling sinergis dan sistematis mampu mengembangkan laboratorium secara bertahap, walau pada tahap awalnya dimulai dari investasi yang sangat terbatas. Transfer Teknologi Esha Flora yang pernah dilakukan Esha Flora sampai saat ini sudah melakukan beberapa kali transfer teknologi kultur jaringan, diantaranya:


  • Pengembangan laboratorium kultur jaringan peserta pelatihan Esha Flora
  • Pengembangan laboratorium kultur jaringan anggrek di Bali
  • Pengembangan laboratorium kultur jaringan tanaman hias di Depok
  • Pengembangan laboratorium kultur jaringan di Perusahan pertambangan di NTT
  • Pengembangan laboratorium kultur jaringan rami di Garut.


Penutup 

Bahwa dalam merealisasikan dan melaksanakan / mengelola laboratorium kultur jaringan, ibarat seorang nahkoda kapal laut yang sedang mengarungi lautan yang luas dengan ombak yang besar diseling dengan badai dan hujan deras. Bila nakhkoda tersebut tidak terampil mengendalikan kapalnya maka kemungkinan besar akan tenggelam atau bila tidak kemungkinan iya akan tersesat di lautan luas Semoga tulisan ini bermanfaat untuk evaluasi besama, dan menjadi motivasi agar kita lebih professional dalam mengembangkan kultur jaringan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih (Bogor, 20 Desember 2010 Esha Flora)

10 June 2016

Inisiasi kutur Jaringan Bangle

@Cahangon75 - Friday, June 10, 2016
Esha Flora mendapat pekerjaan untuk melakukan inisiasi Bangle dari seorang mahasisa pasca sarjana IPB, yang dia sedang meneliti tentang Bangle dan memerlukan kultur steril Bangle. Untuk itu dia meminta jasa inisiasi ke Esha Flora. Sampoai saat ini beberapa masih kontaminasi dan alhamdulillah sebagian sudah dapat yang steril

15 January 2016

Pelatihan privat Hormon Tanaman Bapak Cahyo

@Cahangon75 - Friday, January 15, 2016

Keinginan Bapak Cahyo untuk dapat memiliki usaha setelah pensiun ,  adalah  keinginan untuk membuat fornmula hormon yang akan dikombinasikan dengan pupuk untuk budidaya maupun untuk dijual. Hal inilah yang melatarbelakangi beliau mengikuti pelatihan Hormon di Esha Flora. Disela-sela aktu kerjanya beliau akhirnya dapat menyisihkan aktu untuk berlatih di Esha Flora. Semoga sukses



11 November 2014

Diklat Kuljar BBPP Lembang Kunjungi Eshaflora Bogor

@Cahangon75 - Tuesday, November 11, 2014
Untuk kesekian kalinya peserta Diklat Kultur Jaringan Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang 2014 berkunjung ke Esha Flora tanggal 19Juli 2014 jam 10.00 sampai jam 13.00.

Peserta yang berjumlah sekitar 30 orang berasal dari berbagai daerah di Indonesia ditambah 3 orang panitia dari BBPP Lembang. Tujuan dari kunjungan adalah sebagai studi banding dan juga pembelajaran tentang kultur jaringan skala rumah tangga. Dengan harapan akan memberikan motivasi dan semangat pada peserta diklat kultur jaringan bahwa kultur jaringan dapat dilakukan dengan kondisi yang sederhana dan sangat terbatas. 


Banyak peserta yang awal mulanya tidak mempunyai bayangan tentang pelaksanaan kultur jaringan, bahkan ada yang sudah memiliki peralatan laboratorium kultur jaringan lengkap, akan tetapitidak mampu untuk menjalankannya. setelah melihat proses kultur jaringan yang ada di esha Flora dan melihat bagaimana modifikasi cara kerja dan juga modifikasi alat dan bahan yang digunakan maka peserta merasa yakin dan sanggup untuk menjalankan laboratorium di tempatnya masing-masing.
Peserta terdiri dari guru-guru SMK, penyuluh, dari dinas pertanian, dan juga dari balai besar pertanian yang ada di berbagai daerah.

Esha Flora dengan segala keterbatasannya sanggup melaksanakan kultur jaringan maka mereka juga sanggup melaksanakan di daerahnya masing-masing.

Adapun topik dan materi yang ditunjukkan dalam kunjungan tersebut adalah 

1. gambaran secara real kultur jaringan sekala rumah tangga yang benar-benar berfungsi dengan baik, bahkan diperlihatkan bahwa walaupun dengan segala keterbatasan yang ada Esha Flora menjadi pusat pembelajaran tentang kultur jaringan bagi berbagai mahasiswa yang datang untuk belajar kultur jaringan, 

2. Memberikan gambaran teknis penggunaan enkas di luar laboratorium, yaitu di teras rumah,

3. memberikan pemahaman tentang praktek pembuatan media kultur jaringan organik dan sterilisasinya dengan menggunakan autoclave sederhana (manual),

4. memberikan gambaran praktek aklimatisasi anggrek secara sederhana, 
5. memperlihatkan bahwa kultur dapat diletakkan diluar laboratoium dengan sarat bahwa tutup botol kulturnya harus kuat, 
6. meperlhatkan bahwa walaupun sederhana akan tetapi memiliki lebih dari seratus kultur tumbuhan beranekaragam mulai dari tanaman hias, tanaman hortikultura, tanaman obat, jenis pohon, jenis perkebunan, anggrek dan lainya. 
7. Memperlihatkan berbagai ilmu terapan yang dapat diterapkan dimasyarakat yaitu: hormon, pupuk organik, pupuk hayati, mikoriza, Fusarium, jamur tiram, poliploid jati solomon, gaharu, karantina karet, kultur jaringan souvenir, daur ulang limbah, 
8. dan juga memperlihatkan koleksi buku, skripsi dll yang berkaitan dengan kultur jaringan dan tumbuhan. —

 di Esha Flora Plant Tissue Culture.


26 September 2014

KULTUR JARINGAN TANAMAN AIR

@Cahangon75 - Friday, September 26, 2014
NotulenPelatihan Kultur Jaringan  Esha Flora Plantand Tissue Culture

Hari/Tanggal        : Senin, 7 Juli 2014
Pukul                   :08.00 –16.00 WIB
Instruktur            : Ir. Edhi Sandra, M.Si
Peserta                 : Pak Tio BudiMulianto

DeskripsiKegiatan:

A.          PengenalanKultur Jaringan
Acarapelatihan dimulai dengan pembukaan terlebih dahulu sebelum masuk ke sesi diskusi.Pembukaan dihadiri oleh owner dandirektur Esha Flora, peserta yang magang di Esha Flora dan peserta pelatihanitu sendiri. Peserta pelatihan, Pak Budi, di sesi pembukaan menyampaikan maksuddan tujuannya mengikuti pelatihan tersebut yaitu beliau hendak bermaksudmemperbanyak tumbuhan air yang dibawanya sendiri dari kebunnya.
Kemudian,Pak Edhi Sandra selaku owner EshaFlora memberikan materi terkait Kultur Jaringan Tumbuhan Air. Peserta akandijelaskan tentang cara kultur jaringan sekaligus mempraktikan secara langsungselama 4 hari ke depan. Diharapkan nantinya peserta pelatihan dapat mengetahuiteknis-teknis kultur jaringan yang benar. Tumbuhan air memberikan peluang yang besar untuk kultur jaringan diIndonesia karena di Indonesia sendiri belum ada yang mengkulturkan tanaman air.
Tumbuhanair juga memiliki potensi untuk dikulturkan. Mengapa? Alasan ini dijawab karenasemua tumbuhan memiliki sifat totipotensi yaitu rangkaian gen yang lengkapdimana dia mampu tumbuh menjadi tanaman yang sama dengan induknya. Selama inimasih ada pandangan bahwa banyak tanaman Indonesia yang tidak bisa dikulturkansalah satu contohnya adalah Aglonemaasli Indonesia. Setelah Pak Hambali mencoba mengkultulkan ternyata bisadikulturkan.
Tumbuhanair memiliki kemampuan untuk beradaptasi di kondisi minim oksigen. Adaptasi inidicirikan dengan bentuk morfologi daunnya yang berdaun lebar, memiliki banyakstomata, dan bentuk bagian tubuh bawahnya yang menggembung dimana bagiantersebut memiliki cadangan oksigen. Untuk dapat mengkulturkan tumbuhan air,maka kita harus mengetahui dasar pengetahuan ilmiah tentang kultur jaringan.Kultur jaringan adalah teknologi budidaya di dalam botol dengan kondisi aseptikdan kebutuhan tumbuhan tersebut harus dipenuhi. Sebenarnya konsekuensimenyediakan makanan yang lengkap sebenarnya tidak hanya untuk tumbuhan kulturjaringan. Kondisi aseptik adalah syarat utama di dalam kultur jaringan. Untukmemahami kebutuhan tumbuhan, peserta harus memahami kebutuhan nutrisi tumbuhanair itu sendiri, pengetahuan eksplan, media, karakter hormon, dan sebagainyayang berkaitan dengan ilmu kultur jaringan.
Berkaitandengan perencanaan antara jumlah, metode yang dilaksanakan, biaya operasional,dan moment yang tepat perlu diperhatikan. Budidaya kultur jaringan adalahsesuatu terapan/ aplikatif yang bersifat baru. Kultur jaringan merupakan alatdan sarana di dalam membudidayakan tumbuhan yang memiliki fungsi antara lainmembanyak jumlah tumbuhan ( lebih cepat, seragam dan jumlah besar), pemuliaan(Kultur anther), konservasi (teknologi poliploid), mutasi (variasi baru contoh Variegata), dan sumber gen. Fungsipemuliaan pada kultur anther bisa membuat ukuran tumbuhan menjadi mini.Tumbuhan mini bisa disebabkan gen dan perlakuan dengan pemberian zat Paclotobutrazol.Fungsi konervasi denganteknologi poliploid dengan cara memberikan zat Colchisine. Fungsi sumber gen sangat propektif di internasional untukmenghadapi AFTA tahun 2015.

B. Media
Mediakultur jaringan tumbuhan air dapat menggunakan media cair botol kultur biasa,media padat dan cair, dan media padat sekitar 3-4 gram/liter agar. Penjelasanpertama yaitu media cair botol kultur biasa menggunakan larutan 10 mL/botol agar eksplan tidak tenggelam. Media inidapat ditambahkan pemadat seperti zeolit, parlit, vermirulit, pamindel). Selain itu, media ini dapat digunakanbioreaktor.
Bioreaktoradalah alat yang digunakan untuk memproses perbanyakan makhluk hidup, dalamkontek kultur jaringan maka makhluk hidup tersebut adalah tumbuhan. Penggunaanbioreaktor untuk budidaya tumbuhan air dengan kultur jaringan, kita harus tahufaktor-faktor yang mempengaruhi seperti tumbuhan air memerlukan sinar matahari,CO2, dan makanan (vitamin, hormon, sumber energi, dan mineral);habitat/lingkungan air apakah terendam (Hydrillasp), mengambang (teratai) atau muncul (lotus). Bioreaktor ini dapat dikategorikanke dalam pendekatan standar tinggi. Bioreaktor mampu menyediakan oksigensehinggan eksplan harus dalam posisi terendam atau tenggelam. Media yangmenggunakan biorektor sebenarnya dapat menghasilkan pertumbuhan eksplan yangoptimal tetapi kelemahannya biaya produksinya mahal.

C.   Eksplan
                 Bagian tanaman yang digunakansebagai bahan kultur disebut sebagai eksplan. Bagian tanaman ini memiliki titiktumbuh yang disebut primordia. Primordia ini berasal dari organ tanaman. Titiktumbuh atau primordia ini dapat diidentifikasi dengan mudah pada ruas-ruastanaman. Letak titik tumbuh ini berada pada ruas-ruas diantara daun. Kelebihandari titik tumbuh ini adalah lebih mudah diperbanyak dengan penambahansitokinin.
                 Perlu diingat bahwa semakinkecil eksplan yang digunakan maka kontaminasi akan semakin rendah, begitu pulasebaliknya. Ukuran eksplan pada umumnya adalah 0,5-1 cm. Apabila menggunakanteknik kultur meristem maka gunakan ukuran eksplan kurang dari 0,5 ml. Hanyasaja waktu yang diperlukan untuk tumbuh cukup lama. Selain organ atau bagiantanaman ada pula yang disebut dengan kalus. Kalus ini merupakan sekumpulan selyang tumbuh tidak terorganisir (sel kanker). Setiap sel bersifat mandiri dantidak ada perintah untuk berdiferensiasi membentuk organ tertentu.
                 Proses pengambilan eksplan danpengangkutannya harus dilakukan dengan memperhatikan kondisi lingkungan.Lingkungan harus nyaman, dalam arti teduh (tidak ada radiasi) atau dalamkondisi gelapp, suhu rendah, kering segar, dan kedap. Eksplan diambil dengandilapis dengan tisu agar mencegah tanaman berkeringat karena akan menyebabkankontaminasi. Alternatif pengepakan adalah dengan bungkus tisue kemudianmasukkan ke dalam plastik klip dan dibawa menggunakan box ice. Alternatif penggunaan cup bunga potong yang diberikankapas dengan hormon agar menjaga tanaman tetap mendapatkan bahan organik. Kreativitaspembibit diperlukan di dalam proses memodifikasi teknik pengepakan ini.
                 Selama proses transportasidiperlukan formula organik khusus untuk mencegah stress tanaman. Formula iniadalah gula 30 g/L atau madu 1 ml/L sebagai sumber energi, vitamin B kompleksgunakan neurobion 1 kapsul/3L, asam amino (brand sari pati ayam) sebanyak 1ml/L, tambahkan hormon sitokinin (BAP) 0,5 mg/L, GA3 0,1 mg/L, dan myoinositol200 mg/L, bakterisida 500 mg/L, dan fungisida 500 mg/L. Bahan ini juga dapatdigunakan sebagai biakan dengan menambahkan air kelapa 200 ml/L, dosis vitaminB yang ditambah menjadi 1 pil/L, dan hormon yang digunakan hanya GA3 2 mg/L.

D.Mempercepat PerbanyakanTanaman Air
Perbanyakan tanaman air perlu dilakukanmengingat permintaan pasar terhadap produk yang diminati belum lah mencukupi. Perbanyakantanaman air dapat dilakukan dengan banyak cara apabila memperhatikanfaktor-faktor yang mendukung pertumbuhan tanaman. Faktor-faktor ini meliputifaktor genetik, lingkungan, fisiologi dan morfologi tanaman, dan manajemenperbanyakan tanaman. Faktor genetik mempengaruhi mudah tidaknya suatu jenistanaman diperbanyak. Berikutnya adalah faktor lingkungan, yang meliputiintensitas dan durasi penyinaran, suhu, suplay karbondioksida dan oksigen.Kemudian faktor fisiologi dan morfologi tanaman meliputi umur tanaman induk,ukuran tanaman, dominasi hormonal, dan cadangan makanan. Terakhir, manajemenperbanyakan yang digunakan.
   Faktorgenetik tanaman mempengaruhi kecepatan perbanyakan tanaman. Rekayasa padamateri genetik dapat pula dilakukan untuk mendapatkan tanaman dengan ukuranmini maupun raksasa. Tanaman mini dapat diperoleh dari hasil teknik kulturanther, sementara tanaman raksasa dapat diproduksi melalui rekayasa ploidi.
Faktor lingkungan juga mempengaruhikecepatan perbanyakan tanaman. intensitas dan durasi penyinaran perludiperhatikan dengan menyesuaikan karakteristik tanaman yang dikulturkan.Umumnya, penyinaran untuk tanaman air dilakukan selama 12-16 jam per hari. Suhujuga mempengaruhi kondisi lingkungan tempat tanaman tersebut ditumbuhkan.Sementara suplay karbondioksida diperlukan untuk proses fotosintesis tanaman. Perludilakukan kontrol pula terhadap kadar oksigen yang diberikan karena tanaman airpeka terhadap suplay oksigen untuk menunjang proses metabolismenya. Penambahanoksigen dapat dilakukan dengan aerasi, penggunaah oksigen tabung, dan pembuatantopografi media yang bergelombang agar dapat dihasilkannya gemericik air.
Faktor fisiologi dan morfologi tanamanyang perlu diperhatikan adalah umur tanaman induk. Jaringan muda yang digunakanlebih mudah diperbanyak dibandingkan jika eksplan diambil dari jaringan dewasa.Ukuran tanaman yang digunakan sebaiknya kecil dan dominasi hormonal besar.Cadangan makanan yang diberikan pun haruslah mencukupi.
Faktor manajemen ini berpengaruh terhadapkuantitas dan kualitas perbanyakan tanaman. Kuantitas tanaman dapat diperbanyakdengan kultur mikro. Kultur mikro ini dilakukan dengan menggunakan primordiaatau mata tunas. Pada umumnya, mata tunas ini berada pada ruas diantara duadaun. Perbanyakan dilakukan dengan mengambil 3 ruas mata tunas. Mata tunas iniditanam pada akuarium ber-oase yang sudah dilubangi dengan jarak antara lubangsebesar 1 cm. Diameter
E.Pertumbuhan dan Hormon
Tumbuh didefinisikan sebagai pertambahankuantitas atau biomasa, sementara berkembang merupakan proses tumbuhan yangmelibatkan proses pendewasaan seperti berbunga, menghasilkan metabolitsekunder, dan berdiferensiasi secara kualitatif. Pertumbuhan ini dipicu olehsistem hormon. Hormon yang terlibat di dalam proses pertumbuhan ini adalahsitokinin dan auksin. Sitokinin memacu pertumbuhan daun, sementara auksinmempercepat pertumbuhan akar.
Proses percepatan pertumbuhan dapatdilakukan apabila lingkungan memadai atau optimal, makanan instan cukuptersedia, dan komposisi hormon optimal. Kebutuhan hormon disesuaikan denganpertumbuhan tanaman yang diinginkan. Sitokinin dengan jenis BAP digunakansebanyak 4 mg/L sementara jenis TDZ digunakan sebanyak 0,2 mg/L. Auksin jenisNAA digunakan 0,5 mg/L, sementara jika menggunakan IBA, ambil sebanyak 0,1mg/L. Giberalin pada umumnya digunakan jenis GA3 sebanyak 0,5 mg/L. VitaminB yang ditambahkan berupa Neurobion 1mg/L. Kandungan lainnya adalah asam aminoyang dapat diperoleh dari bahan organik seperti air kelapa sebanyak 200 ml/Latau dapat menggunakan produk instan semisal brand saripati ayam sebanyak 2ml/L.
Pencegahan terhadap kontaminasi olehmikroba dapat dilakukan dengan cara menambahkan antibiotik. Antibiotik yangdigunakan pada umumnya adalah streptomicyn, kloramfenikol, amoksilin. Antibiotikditambahkan sebanyak 250-500 mg/L media. Antibiotik yang dijual di pasaran adadua jenis, proanalis dan antibiotik teknis. Antibiotik proanalis adalahantibiotik yang memiliki kadar murni, sementara antibiotik teknis dijual dalamkondisi bubuk pencampurnya.
Setelah dilakukan penambahan terhadapbahan-bahan di atas maka perlu dilakukan pengukuran pH dengan pH meter atau pHindikator. Rentang pH media yang baik berada antara 5.6-5.8.
F.Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan untuk mematikanatau mereduksi pertumbuhan mikroorganisme sumber kontaminasi. Sterilisasi dilakukanterhadap ruang/kamar tanam dan di dalam bak/aquarium. Sterilisasi terhadapruang/ kamar tanam dilakukan dengan penyinaran UV, pemakaian filter jenis HEPA,penggunaan ozon dan pendingin ruangan (AC). Sementara penggunaan alat sterilisasidi dalam aquarium sama dengan di atas namun perlu ditambahkan antibiotik.




Kultur tanaman air Anubias di dalam kultur media padat






kultur tanaman air di media padat dibuat medianya lunak, agar memudahkan penyerapan makanan oleh tanaman air

Pelatihan Privat Kultur Jaringan

@Cahangon75 - Friday, September 26, 2014
Notulen Pelatihan Bapak Ibrahim Thahir Pada tanggal 19 Desember 2013

Kolkisin adalah suatu zat yang dapatmelipatgandakan kromosom yang menyebabkan melipatgandakan ukuran dari suatutanaman.

Pertanyaan:
Bapak Ibrahim: Apakahbenar pasar menyukai jamur yang ukurannya kecil?

Jawaban      : Kurang tahu namun membudidayakan jamurtidak sekedar biomasanya saja tapi juga kualitas dengan cara memasukkan asamamino kedalam baglog.
Bapak Ibrahim: Apa bedanya kulturjaringan jamur dengan kultur jaringan tumbuhan?
Jawaban      : Jamur bukan tumbuhan karena menguraikan bahan-bahan organik untukmenjadi makanannya, dan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan enzim dandigunakan oleh manusia untuk menguraikan limbah-limbah organik. Bedanya kulturjaringan jamur dengan tumbuhan adalah pada kultur jaringan tumbuhan tidak bolehada jamur sedangkan pada kultur jaringan jamur justru jamur yang ditumbuhkan.

Prinsip kultur jaringanadalah totipotensi (total genetik potensi). Totipotensi adalah setiap selnyamengandung genetik yang lengkap, jadi dapat menumbuhkan satu sel  menjadi individu baru yang sifatnya samadengan induknya. Kultur jaringan adalah penamaan budidaya didalam botol.Terdapat beberapa jenis kultur jaringan yaitu: kultur jaringan meristem, kuturjaringan anther dan kultur jaringan organ. Kultur jaringan tujuannya tidakhanya perbanyakan, diantaranya pemuliaan (peningkatan kualitas dan kuantitas),pemurnian, konservasi, koleksi, penyelamatan (embrio resque), mutasi, merubahbentuk, variasi somaklonal, dll.
            Membangunkantanaman pada kultur jaringan dilakukan dengan cara memberikan rangsangan padatanaman agar variasi dapat muncul (variasi somaklonal). Sel yang berasal darisel vegetative adalah sel yang dapat merubah dirinya menjadi embrio, disebutembrio somaklonal.
            Persepsinegatif mengenai kultur jaringan adalah mahal (namun dapat dimodifikasi denganalat-alat yang serupa namun lebih murah), banyak pemutus kebijakan masih engganmemasukkan kultur jaringan kedalam program-programnya, dll.

Bapak Ibrahim : apakah prinsippengerjaan kultur jaringan sama? Dan sel apa yang dapat menyebabkan variasi?
Jawaban         :  iya sama. sel gamet, namun selsomatik juga dapat menghasilkan variasi namun harus dibangunkan.

Tanaman yang terserang virus dapat diobati dengancara kultur jaringan.
Kultur jaringan jamur dilakukan didalamenkas bukan didalam laminar, karena enkas lebih kedap udara untuk pengerjaandiluar dan kultur jaringan pada jamur lebih cocok dilakukan di enkas.
Lab mikrobiologi danlab kultur jaringan lebih baik terpisah karena mikroba lebih menyukai kondisiyang hangat sedangkan kultur jaringan lebih menyukai kondisi lingkungan yangsejuk atau dingin. Bisa saja kultur jaringan dilakukan ditempat yang hangatnamun tanaman yang dihasilkan akan cepat tua dan kurang bagus.

Bapak Ibrahim : Jamur menyukai tempat yang hangat, apakahada cara yang murah untuk membuat suhu lingkungan menjadi lebih hangat?
Jawaban        : Bisa dengan cara reflector, serat opticatau bisa juga dengan cara reflector   cermin.

Bedakan suhu dan cahaya karena bisa jadi terangbelum tentu panas.
Anggrek bulan putih besar permintaannyabanyak sekali namun produsen masih belum bisa memenuhi permintaan tersebut.

Ø  Strategi:membuat perencanaan yang fokus pada target untuk dikembangkan sesuai denganrencana.

Inisiasi tingkat kesulitannya sangattinggi maka dari itu diperlukan strategi sehingga peluang kita lebih besar daripada yang lain.
Untuk jamur, bapak bisa fokus pada produksi F0 danF1.
Sebelum dilakukan kultur jaringan sebaiknyadilakukan studi pasar terlebih dahulu.
Bisnis dengan kultur jaringan tidak bisamendadak karena dari inisiasi sampai jual kira-kira memerlukan waktu dua tahun.

Materi:Eksplan
Ø  Prinsipnyaadalah memakai eksplan yang muda dan kecil. Eksplan yang paling mudah untukdikulturkan adalah titik tumbuh.

Bedanya sel tumbuhandan sel hewan adalah dinding sel. Dinding sel akan menyebabkan tumbuhanmengeras dan menebal. Proses menebalnya dinding sel menyebabkan sel sulit untukmembelah. Sel dasar yang belum berdiferensiasi adalah sel parenkim danmeristem. Meristem adalah sel atau jaringan yang tidak pernah tua. Padatumbuhan pertumbuhannya tidak terbatas karena adanya meristem pada tubuhnya.Pada tumbuhan apabila umurnya sudah tua, titik tumbuhnya masih ada namun dormandan titik tumbuhan itu bisa dibangunkan lagi. Titik tumbuh belumberdiferensiasi. (Interkalari disetiap bukunya). Titik tumbuh merupakanprimordial (cikal bakal) suatu organ pada tumbuhan yang dapat berdiferensiasimenjadi bunga, akar, ataupun tunas
Untuk menggandakan anggrek bulandilakukan dengan cara men-subkultur anggrek yang sudah siap diaklimatisasikedalam media yang mengandung banyak sitokinin sehingga akan munculeksplan-eksplan baru yang dapat berdiferensiasi.
            Keperluanuntuk hidup tanaan adalah: sember energy, unsur hara, hormone, enzim, asamamino, asam lemak, vitamin, mineral, organic lain, dan hayati. Hormone didalamtubuh terdapat 1/10. Hormone adalah suatu zat yang konsentrasinya sangat kecil,mempengaruhi pertumbuhan dan tidak ikut kedalam proses. Setiap hormone selalumempunyai dua fungsi, yaitu mensuport dan menghambat (memiliki titik optimal),penggunaan hormone sebanyak-banyaknya dapat menghambat pertumbuhan, jadipengakaian hormone harus sesuai. Air kencing sapi dan air kencing ibu hamil 4bulan memiliki kandungan hormone yang tinggi. Hormone yang sama, konsentrasiyang sama tetapi diberikan kepada bagian tumbuhan yang berbeda akan menhasilkanhal yang berbeda sehingga pemberian hormone harus langsung pada targetnya. Padajamur dapat menggunakan giberelin, sitokinin dan vitamin.


Target
Kelompok hormon
Anggota
Sumber
Akar
Auksin
IAA, IBA, NAA, 2,4D
Ujung pucuk
Tunas
Sitokinin
BA, BAP, TDZ, Zip, Kinetin
Ujung akar
Bunga dan buah
Giberelin= GA, -GA120 (GA3) (mampu mempercepat pembelahan sel).

Daun, bunga, dan buah

                   Giberelin mampu mempercepat pertumbuhan di F1dan F2 yang biasa digunakan adalah 2mg/L dan vitamin neurobion(vitamin B1, B2, B6, B12,E) 1 pil untuk 5 liter. Auksin apabila diberikandengan hormone yang lain bersifat melemahkan sehingga dapat menumbuhkan kalus. Hormonegiberelin menguatkan hormone auksin dan sitokinin. Sesame anggota dari suatuhormone akan saling menguatkan contohnya IAA digabung dengan IBA akan salingmenguatkan dan menghasilkan hasil yang bagus. Virus tidak dapat menyerang pucukkarena konsentrasi asam pada pucuk sangat tinggi jadi steril. Untukmenghasilkan pertumbuhan diatas titik optimalisasi dari hormone adalahpenambahan sedikit giberelin, tambahkan hormone yang satu kelompok maka akanbersinergi saling menguatkan, vitamin, sumber energy, mineral.

Bapak Ibrahim : Apakah hormone ini bisa dipakaiuntuk tanaman organik?
Jawaban         : Biasanya hormone ini tidak digunakan pada tanaman organik. Sintetikberbahaya  namun organic dan anorganikjuga bisa berbahaya. Ciri tanah organic adalah banyaknya variasi tumbuhan yangtumbuh pada tanah tersebut.
                       
Hormon auksin 2,4Dmembentuk akar dan juga kalus. Yang paling murah adalah BA. BAP 2mg setaradengan 0,5 mg TDZ. Kinetin mensuport pertumbuhan kalus. Metode metabolitsekunder adalah menumbuhkan kalus dengan diberi perlakuan sehingga kalustersebut menghasilkan obat contohnya akar Rouvolviaseprentina yang dikulturkan menjadi kalus. Metabolit sekunder memerlukansinar.
            Pertumbuhanbersifat kuantitatif sedangkan perkembangan bersifat kualitatif. Memangkassemua pucuk berarti menghambat pertumbuhan. Konsentrasi 0-0,3 ppm mensuportpertumbuhan organ, 0,3-4ppm menstimulir organ, 4-20 ppm membentuk embriosomatik, 20-80 menghasilkan kalus, 80-200ppm pembentukan morfologi danfisiologi, 200-400 terjadi mutasi, >400 letal

Pelestarian Pemanfaatan Aglaonema rotundum oleh Esha Flora Pant & Tissue Culture oleh edhi sandra dan Hapsiati

@Cahangon75 - Friday, September 26, 2014
PELESTARIAN PEMANFAATAN AGLAONEMA ROTUNDUM
edhi Sandra & Hapsiati
Esha Flora Plat & Tissue Culture

1. Latar Belakang
Beberapa tahun yang lalu penjualan Aglaonema tidak seramai seperti jaman sekarang. Pada waktu itu Ahlaonema sp tidak banyak digemari banyak orang, hanya orang-orang tertentu saja yang memang hobi dan mencintai tanaman. Dan aglaonema masih dikenal dengan istilah Sri rejeki, dan ragam variasinya hanya berdasar pada corak motif sedqngkan warna daun pada waktu itu yang terbaik adalah warna kuning selain wana gelap (hitam).

Setelah penelitian yang panjang dari Penyilang senior kita yang terkenal Bapak Greg Hambali maka beliau menemukan warna merah yang berasal dari Agaonema rotundum. Dan hasil silangannya yang sangat spektakuler pada waktu itu dan bahkan masih disenangi banyak orang adalah "Pride Sumatra" Bahkan Pride of Sumatra menggondol juara dalam lomba internasional pada waktu itu.
Nama Aglaonema menjadi melesat dengan terkenalnya Aglaonema Pride of Sumatra ke seluruh dunia.

2. Permasalahan
Sayangnya para pembudidaya di Indonesia tidak banyak yang dapat bertahan dan bersabar seperti Pak greg Hambali, sehingga tetap saja sampai sekarang hanya Pak Greg Hambali saja yang dapat menyilangkan dengan baik Agaonema.

Thailand rupanya cepat menangkap peluang, maka pada beberapa tahun yang lalu, thailand pernah melakukan sapu bersih Agaonema rotundum dari semua pedagang di Indonesia, sampai kita mengalami kelangkaan sampai sekarang.
Dan rupanya mereka dengan teamnya yang solit antara perguruan tinggi dan petani serta dipimpin oleh pemerintahnya yang perhatian dalam hal ini. Maka beberapa tahun kemudian banyak silangan-silangan baru yang cukup spektakuler seperti Ladys valentine, legecy dll.

Sampai saat ini, para pembudidaya tanaman hias di Indonesia berusaha untuk membudidayakan Aglaonema rotundum, tapi sayangnya dari sekian besar Aglaonema yang diambil dari hutan banyak tanaman yang mati, karena proses transportasi yang cukup lama dan membuat tanaman menjadi stres berat. Berita mengenai sulitnya budidaya Aglaonema rotundum ini masuk dalam artikel Trubus bulan ini (November 2009).

Disamping itu, menurut laporan dari temannya teman yang mengambil Agalonema langsung dari hutan Sumatra, saat ini mereka sangat sulit mendapatkan Aglaonema rotundum, karena selain sudah semakin langka juga adanya konversi lahan hutan sehingga banyak habitat asli Agalonema rotundum yang rusak dan menyebabkan kepunahan Aglaonema rotundum.

3. Pelestarian Pemanfaatan Aglaonema rotundum
Hal ini tidak bisa kita diamkan, perlu adanya langkah-langkah yang harus kita lakukan untuk melestarikan Aglaonema rotundum, yang merupakan nenek moyang dari aglaonema yang berwarna merah saat ini.
Untuk itu Esha Flora sudah melakukan usaha-usaha melestarikannya dengan menggunakan teknologi kultur jaringan.

Teknologi kultur jaringan sepertinya kelihatnya enak, mudah dan hasilnya banyak dan berkualitas, tapi sebanarnya prosesnya membutuhkan ketelitian, ketekunan dan kesabaran. Permasalahan yang paling kritis adalah masalah kontaminasi. Sebagian besar para pelaku kultur jaringan tidak ada yang berani dapat memastikan tingkat keberhasilan proses sterilisasi, karena tidak ada jaminan bahwa suatu metode sterilisasi bisa menjamin keberhasilannya sekian persen, bahkan yang sering terjadi adalah kegagalan yang berulang yang ditemui.

Permasalahan kritis di dalam proses sterilisasi akan bertambah kritis bila tanaman tersebut merupakan tanaman hutan yang secara alamiah sudah secara sistemik mengandung bakteri dan jamur....
Sampai-sampai bapak Greg Hambali mengatakan bahwa Aglaonema beliau tidak bisa dikulturkan. Dan memang menurut laporan teman di Thailand, mereka juga belum mengkulturkan Aglaonema rotundum.

Alhamdulillah Esha Flora dengan berbekal niat yang tulus dan kerja yang ulet, teliti dan sabar akhirnya berhasil mengkulturkan Agaonema rotundum. Dalam hal ini Esha Flora berhasil menemukan metode baru di dalam sterilisasi eksplan, yang ternyata selama ini metode yang ada ternyata kurang tepat atau kurang efektif...

Sampai saat ini bayi-bayi tanaman aglaonema rotundum masih di dalam perawatan dalam botol untuk diperbanyak dan dibesarkan, untuk kemudian dapat dikeluarkan.

Dengan berhasil dikulturkannya Aglaonema rotundum, maka kami berharap kebutuhan akan bahan tanaman, baik sebagai mother plant" ,maupun sebagai tanaman hias yang akan dijual tidak menyebabkan tekanan terhadap populasi di alam. Atau hasil kultur ini dapat dikembalikan kembali ke hutan untuk memperkaya poipulasi Aglaonema rotundum di hutan. Semoga keanekaragaman hayati di Indonesia dapat tetap lestari dan kita dapat memanfaatkannya secara optimal. Amin.

Bagaimana Meningkatkan nilai komersial Tumbuhan liar (spesies) Indonesia yang tidak laku?

@Cahangon75 - Friday, September 26, 2014
Oleh
Ir. Edhi Sandra MSi
Kepala Unit Kultur Jaringan Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB Bogor.
Kepala Laboratorium Bioteknologi Lingkungan PPLH IPB Bogor

I.  Pendahluan

Indonesia memiliki beranekaragam tumbuhan hutan tropika. Kenapa disebut sebagai "Ke-aneka-ragaman" Tumbuhan.  Seakan terjadi suatu kesalahan, yaitu pengulangan kata dengan makna yang sama, kata "aneka" dan kata "ragam".  Kedua kata tersebut mengandung makna memiliki “banyak macam”. Jadi bila kedua kata digabung, kesannya melakukan pengulangan yang tidak perlu, padahal tidak demikian. Kata "Keanekaragaman" digunakan untuk dapat memberikan gambaran bahwa memang terdapat beraneka atau banyak macam dari ragam tumbuhan yang ada di Indonesia. Hal ini dapat kita mengerti kalau kita melihat bahwa di hutan Hujan Tropis dataran rendah kita terdapat berbagai macam tumbuhan hias, tumbuhan obat, tumbuhan pangan, tumbuhan racun, tumbuhan pewarna, tumbuhan aromatik, tumbuhan sumber energi yang kesemuanya masing-msing memiliki ragam yang sangat besar. Misalnya tumbuhan hias memiliki bermacam-macam ragam seperti anggrek, palem, nepenthes, dll.
     Tapi sangat disayangkan, kita bagaikan tikus mati di lumbung padi. Tidak mampu meningkatkan pemanfaatan dari kekayaan tersebut untuk peningkatan kesejahteraannya, atau kualitas hidupnya kecuali hanya sekedar untuk makan saja.  Betapa banyak anekaragam anggrek hutan kita terkuras habis karena dijual kepada pedagang dari luar negeri, sementara kita hanya dapat sekedar ongkos lelah untuk mengambil anggrek ke hutan. kita hanya dapat kelebihan harga sedikit dari penjualan berbagai macam jenis spesies hutan kita.
     Kita selalu menilai bahwa harga tumbuhan hutan dengan harga yang sangat murah, bahkan dibilang sangat murah, karena seakan tidak memerlukan terlalu banyak biaya, tidak perlu merawat dengan susah payah, sehingga dengan harga murah tumbuhan spesies tersebut dijual murah.  Padahal orang luar negeri sangat mendambakan untuk mendapatkan jenis-jenis spesies asli Indonesia. Tumbuhan spesies asli Indonesia akan digunakan oleh mereka sebagai bahan indukan untuk melakukan penyilangan, untuk mendapatkan turunan yang lebih unggul.
     Bila dilihat produk tanaman hias yang ada di pasaran di seluruh Indonesia, hampir seluruhnya merupakan hasil persilangan dari luar negeri. Dan sedikit sekali tumbuhan hias hutan yang beredar di pasaran, seharusnya dapat menjadi tuan rumah bagi penjualan tanaman hias di Indonesia.

II.  Usaha Yang Dapat Dilakukan Agar Jenis Liar Laku Dijual
     Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar dapat meningkatkan pemanfaatan tumbuhan spesies asli hutan :
1.  Pemanfaatan pada level pertama adalah "Domestikasi", yaitu berusaha agar beranekaragam tumbuhan hias asli Indonesia dapat ditangkarkan, diperbanyak dan dapat tumbuh dengan baik dan berkembang biak dengan baik.  Kemampuan di dalam melakukan perbanyakan tumbuhan hias hutan tergantung pada ilmu penangkaran tumbuhan liar.  Misalnya: mungkinkah membudidayakan Edelweiss?. Bila mampu membudidayakannya dengan baik dan dapat memperbanyaknya dalam jumlah yang besar, maka tumbuhan ini dapat mengurangi tekanan eksploitasi Edelwies di alamnya. Dengan karakternya yang terkesan tidak mati, maka oleh para pemuda-pemudi bunga Edelweiss ini dianggap sebagai perlambang cinta abadi.
2.   Membuat teknik budidaya intensif untuk meningkatkan produktivitas bagian tumbuhan yang akan digunakan, misalnya bagaimana membudidayakan Tabat Barito untuk dipanen daunnya secara intensif, bagaimana kita membudidayakan pasak bumi untuk diambil akarnya.  Bila diperhatikan selama beberapa dekade belakangan ini jarang sekali tumbuhan hutan yang berpindah status menjadi tanaman pertanian yang dibudidayakan secara intensif, baik mengenai tanaman hias, atau tanaman pangan ataupun tanaman obat.
3. Bila sudah mampu melakukan domestikasi, menangkarkan dan memperbanyaknya, maka tahap kedua adalah melakukan kreasi dan modifikasi agar tampilan tumbuhan hias tersebut mempunyai nilai estetika sehingga dapat dijual (mempunyai nilai komersial).  Misalnya: saat ini banyak orang baru mulai menanam Nepenthes di dalam pot di beri rambatan sehingga Nepethes dapat memperlihatkan bentuknya yang indah dan unik.  Sebelumnya Nepenthes banyak berserakan di dalam hutan kita dan masyarakat tidak mau mengambilnya karena tidak ada harganya.  Tumbuhan Serut yang merupakan bahan baku bonsai, begitu di masukkan dalam pot bonsai dan di rawat dengan baik maka nilainya jutaan rupiah.
4. Melakukan pemuliaan dengan menggabungkan sifat induknya (penyilangan). Hal ini sebagian sudah bisa dilakukan oleh beberapa penyilang kita. Tapi untuk beberapa jenis tumbuhan asli masih belum ada yang melakukan. Sayangnya di Indonesia hanya sedikit orang yang mau konsisten dan tekun menangani hal ini. Bapak Greg Hambali dengan kesuksesannya menyilangkan aglonema, merupakan contoh panutan untuk menyilangkan tumbuhan liar hutan yang sangat potensial.
5.  Melakukan pemuliaan dengan meningkatkan kualitas dan hasil kandungan yang dimilikinya. dengan teknik budidaya tertentu.  Misalnya pemanenan daun untuk bahan baku obat,  Melakukan seleksi genetik dan meneliti teknik budidaya yang mengarah pada kandungan bahan baku obat yang tertinggi.  Bahwa diketahui ada jenis-jenis tertentu yang memiliki kandungan obat yang jauh lebih tinggi dibanding dari daerah lain. Dan diketahui sebagian tumbuhan akan memiliki kandungan bahan bioaktif pada saat sebelum atau mulai akan munculnya bunga. Hal ini dapat di mengerti karena pada saat itulah kandungan cadangan makanan terbesar dan kandungan metabolit sekunder di hasilkan.  Bila sampai berbunga dan berbuah, justru cadangan makanan akan terkuras untuk proses pembungaan dan pembuahan tersebut.  Saat kandungan bioaktif tertinggi itulah yang dituju dalam budidaya tumbuhan obat.
6.   Melakukan penyilangan antar spesies dengan jenis hybrid dari luar negeri, atau spesies kita dengan spesies dari luar negeri dan sebagainya. Dalam hal ini terbuka peluang yang sangat luas, tapi membutuhkan ketekunan dan waktu yang lama, serta juga diperlukan jumlah tanaman yang cukup besar agar proses penyilangan dapat dilakukan dengan baik.
7.   Melakukan pemuliaan dengan memberikan zat penghambat maupun hormon untuk mendapatkan bentuk morfologi yang diinginkan. Misalnya bunga krisan yang pendek tapi berbunga besar, membuat struktur tanaman menjadi lebih kokoh dan kompak, seperti anthurium.
8.    Membuat mutasi buatan agar nilai komersial tanaman akan meningkat. Dalam hal ini terbatas pada tanaman hias, yang penting terjadi mutasi, asal hasilnya berbeda unik maka nilainya mahal, seperti kristata, farigata, kompakta.
9.   Meningkatkan kualitas dan produktivitas tumbuhan hutan dengan cara sambungan, sehingga kualitas menjadi meningkat.
10.   Melakukan pemuliaan dengan menggunakan bantuan metode kultur jaringan. Diantaranya adalah membuat tanaman tumbuh lebih cepat dan lebih besar (poliploid), membuat tanaman menjadi mini (haploid), memproduksi bahan bioaktif obat langsung dalam botol, koleksi berbagai jenis tumbuhan secara in vitro (konservasi in vitro), membebaskan tumbuhan dari virus, embrio rescue, dll.
III.   Kelemahan dan Hambatan
                Memang tidak mudah merealisasikan hal ini.  Terbukti sampai sekarang Keanekaragaman hayati  belum mampu membuat masyarakat menjadi sejahtera.  Belum banyak keanekaragaman hayati yang sudah dikembangkan dan dimanfaatkan. Hal ini disebabkan oleh:
1.  Sifat rasional dan logis dari para pengusaha.
                Saya mengatakan demikian karena sulit juga menyalahkan pengusaha yang tidak mau merintis dan mengusahakan tumbuhan hutan liar untuk dapat dikembangkan.  Menurut mereka tumbuhan hutan atau tumbuhan liar masih memerlukan banyak penanganan untuk dapat menjadi uang walaupun dari segi estetika tumbuhan tersebut memiliki bunga yang indah.  Belum adanya pasar bagi jenis tumbuhan yang baru memerlukan usaha promosi dan sosialisasi yang menguras uang, tenaga dan waktu.  Tidak adanya jaminan kontinuitas pasokan barang, akrena belum ada pihak yang menangani budidayanya dengan jumlah yang besar, kontinu dan stabil.  Masih adanya kekurangan sifat-sifat tertentu dari tumbuhan yang memperlemah nilai jual, misalnya masa berbunga yang pendek,  kurang kokoh dan tebal , ukuran kurang besar dll.
                Oleh sebab itu wajar bila pengusaha tidak mau mengusahakannya.  Secara logika daripada mengusahakan sesuatu yang belum jelas hasilnya akan lebih baik mengusahakan tanaman impor yang sudah ada pasarnya, harganya bagus dan marginnya jelas, mereka tinggal menghitung analisa biayanya bila fisibel, maka mereka mau mengeluarkan investasi untuk itu karena jelas hasilnya.  Lalu pertanyaannya adalah siapakah yang akan mengurusi keanekaragaman hayati kita ini ?
2.  Tidak adanya kesinambungan antara berbagai stakeholder yang terkait dengan tumbuhan liar.
Hal ini membuat tumbuhan liar menjadi tidak tertangani dengan baik sehingga kesannya tidak berharga.  Kalau saja masingmasing mau melakukan suatu program yang saling sinergis dalam pengembangan tumbuhan liar, maka tumbuhan hutan kita akan dapat ditingkatkan manfaatnya.
Ada perbedaan karakter yang sangat jelas antara peneliti dan pengusaha yang seharusnya bekerjasama saling sinergis dalam mengembangan tumbuhan liar, yang menyebabkan mereka tidak pernah bertemu dan sepakat dalam mengembangan tumbuhan liar. Peneliti adalah orang yang dengan jiwa seorang peneliti akan memiliki tantangan bila mendapatkan permasalahan yang menarik dan menantang, dan biasanya semakin piawai peneliti tersebut akan semakin susah topik penelitiannya, maka dia akan berusaha dengan segala usaha untuk memecahkan masalah tersebut, dia tidak mau diganggu dengan permasalahan lain yang dianggap tidak menarik buat dirinya.  Sedangkan Pengusaha adalah orang yang dengan jiwa pengusahanya akan berusaha keras agar usahanya mengalami keuntungan yang besar dan banyak tanpa harus mengeluarkan modal yang besar. Oleh sebab itulah maka akan dicari berbagai alternative yang paling mudah, yang tidak memiliki masalah yang dapat menghasilkan keuntungan terbesar buat dirinya.  Dia tidak mau mengusaha sesuatu yang dianggapnya akan merugikan usahanya. Sesuatu yang belum jelas dan tidak pasti akan dijauhinya.
3. Tidak adanya orang-orang yang focus secara berkesinambungan melakukan penelitian terapan dalam rangka pengembangan tumbuhan liar/ hutan ini.
Masih diperlukan beberapa penelitian terapan agar tumbuhan hutan tersebut dapat dijual. Peneliti merasa bahwa itu sudah bukan bidangnya, sementara pengusaha tidak mau karena masih banyak hal yang tidak jelas untuk dapat mengembangan tumbuhan liar atau tumbuhan hutan tersebut.  Dalam hal ini diperlukan voluntir yang dengan sukarela melakukan penelitian terapan ini.
4.  Belum adanya rencana strategis dalam pengembangan pemanfaatan tumbuhan hutan ini agar jenis tersebut dapat eksis di persaingan pasar yang sangat ketat.
                Diperlukan rencana strategis yang baik, program promosi yang terus-menerus dan berkesinambungan serta mencari celah masuknya jenis tersebut pada pasar yang ada. Sebaiknya ada strategi yang dikembangkan oleh komunitas, atau perhimpunan atau pecinta tanaman atau antar instansi dll agar hal ini dapat berjalan dengan baik.
                Saya membayangkan akan sangat baiknya bila ada kerjasama antar isntansi yang berkompeten dalam hal ini saling mencurahkan fikiran dalam menyusun strategi dan program yang baik dalam rangka mengangkat pengembangan tumbuhan hutan ini.
5.   Tidak adanya usaha pemerintah yang serius dan jelas di dalam pengembangan tumbuhan hutan kita.
Bahkan tidak jelas ini menjadi tugasnya siapa. Jangankan melindungi, tapi dari tahun ke tahun, keanekaragaman hayati kita semakin habis, punah karena alih fungsi hutan menjadi lahan lain.  Tidak pernah ada kabar bahwa tumbuhan langka menjadi tidak langka lagi atau tidak terancam lagi, yang ada adalah jumlah tumbuhan hutan yang terancam punah semakin panjang daftarnya.

Penutup
                Sedih, prihatin ,marah menuasasi hati ini. Akankah keanekaragaman hayati akan punah begitu saja tanpa memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat dan bangsa ini. Sedih dan marah karena diri ini tidak dapat berbuat banyak untuk menyelesaikan masalah ini.
                Tapi dengan keyakinan bahwa hal ini bisa kita tangani.  Dan dengan niat yang tulus dan ikhlas untuk mengabdikan diri bagi pengembangan ilmu dan teknologi dalam pengembangan tumbuhan hutan.  Saya akan berusaha sedapat mungkin untuk melakukan yang dapat saya lakukan…….
                Mari saudara-saudaraku semua…mari saling bersinergi untuk mengembangkan tumbuhan hutan…..Semoga Sukses menyertai kita semua…Amin

Bogor,  3 April 2011
Edhi Sandra

MATERI PELATIHAN FOREST TISSUE CULTURE PESERTA DARI TIMOR LESTE

@Cahangon75 - Friday, September 26, 2014

Oleh: Edhi sandra
                           

    1.  Materi Pelatihankultur Jaringan :
         1.1.  Tahapan kulturJaringan dari awal sampai akhir
         1.2.  Permasalahan dalamKultur jaringan Pohon.
         1.3.  Penanganan Browning danKontaminasi
        1.4.  Produksi Benih Unggul via Kuljar
         1.5.  Variasi Somaklonal
         1.6.  Teknologi KulturMeristem (pohon bebas penyakit)
         1.7.  Teknologi ProduksiPohon Unggul
        1.8.  Teknologi Pertumbuhan Minimal (koleksi pohon dalam kultur)
        1.9.  Teknologi Poliploid Pohon (Pemuliaan pohon : membuat Pohon raksasa)
         
    2.  Materi SeleksiPohon Plus :
        2. 1. Ragam atau Variasi Genetik dan Segresi dan Penurunan sifat
        2.2.  Definisi dan Seleksi Pohon Plus / Pohon Unggul (genetik).
        2.3.  Cara Mendapatkan Pohon Plus / pohon Unggul (genetik)  
       2.4.   Produksi Tinggi   =     Genetik    +   Lingkungan   +   Perlakuan (manajemen)
       2.5.   Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pohon plus / Pohon unggul
       2.6.   Teknologi Budidaya Pohon Super Intensif
       2.7.   Percepatan Pertambahan Diameter Pohon dengan Teknologi SayatanVertikal

    3.  Penanganan Benih
        3. 1.  Fenologibunga dan masak buah
        3. 2.  Teknik mengunduh benihdan Pengelolaannya
        3. 3. Teknik penyimpanan benih dan Viabilitas Benih
        3. 4.  Teknik PenanggulanganPenyakit dan Penurunan Daya Kecambah
        3.5.  Teknik Perkecambahan Benih  & Faktor yang mempengaruhi
        3. 6.  Tenik PercepatanPerkecambahan dan Percepatan Pertumbuhan bibit

Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan Melalui Pembentukan Kelompok Tani Perkotaan dalam Pengembangan Anggrek

@Cahangon75 - Friday, September 26, 2014
Oleh: Edhi Sandra
Pecinta dan peneliti anggrek

Pendahuluan
            Tidak jarang masyarakat kota walaupun tinggal di perkotaan atau di daerah perumahan akan tetapi mengalami kesulitan di dalam menanggulangi biaya operasional keluarga.  Hal ini disebabkan adanya fluktuasi atau roda kehidupan yang terus berputar. Disuatu saat ada di atas dan disaat yang lain ada di bawah.
            Banyak tetangga yang Kepala keluarganya bekerja sebagai buruh pabrik dengan sistem kontrak, atau bekerja disuatu perusahaan swasta kemudian di PHK, atau pensiunan pegawai negeri, di tambah dengan semakin naiknya biaya hidup, biaya kesehatan, biaya pendidikan yang kesemuanya membuat kelompok ini termasuk  ‘ Kelompok miskin yang terabaikan oleh pemerintah ‘, tidak mendapat fasilitas tunjangan dan bantuan sosial dari pemerintah karena dianggap mampu.
            Untuk itulah perlu adanya usaha untuk memberdayakan kelompok yang terabaikan ini. Lalu pertanyaannya bentuk usaha apa yang dapat dikembangkan di areal komplek perumahan yang tidak memerlukan lahan yang luas.
            Salah satu usaha tersebut adalah pembentukan Kelompok Tani Perkotaan.  Kenapa disebut Tani Perkotaan. Hal ini merupakan suatu analog bahwa petani perkotaan ini sama seperti petani di desa yang sehari-hari membudidayakan tanaman demikian pula dengan Petani Perkotaan adalah orang yang mampu membudidayakan tanaman untuk keperluan diri, keluarga dan lingkungannya dengan segal keterbatasan yang ada.  Dalam hal ini diperlukan kemampuan dan keterampilan dalam membudidayakan di lahan sempit, system hidroponik, system budidaya vertical, pembuatan pupuk organic sendiri, pembuatan pupuk hayati sendiri, dengan demikian pertanian perkotaan mampu merubah potensi yang ada disekitarnya dan memodifikasi kondisi lingkungan untuk membudidayakan berbagai tanaman diantaranya adalah Anggrek. Anggrek menjadi prioritas karena selain ragam pesonanya yang sangat cantik dan juga nilai komersialnya yang cukup menarik.

Kelompok Tani Anggrek Perkotaan  ‘Macodes’
            Pemerintah Bogor melalui Dinas Pertaniannya mengembangkan Kelompok Tani Anggrek Perkotaan ‘Macodes’ di daerah kami, di Taman Cimanggu Bogor, Kelurahan Tanah Sareal Bogor. Kelompok ini merupakan salah satu kelompok Tani yang ada di Kotamadya Bogor.
            Kelompok Tani Anggrek Perkotaan ‘Macodes’ merupakan salah satu upaya pemberdayaan masyarakat perkotaan. Dalam hal ini targetnya adalah pensiunan, orang yang terkena PHK, ibu-ibu rumah tangga, pemuda-pemudi yang masih menganggur.
            Adapun bentuk usaha yang akan dikembangkan adalah pembenihan dan pembibitan anggrek, bekerjasama dengan Esha Flora dan isntansi terkait, Dinas Pertanian Bogor berkomitmen untuk menjadi Bogor sebagai kota anggrek….wah pasti cantik ya…kalau ada anggrek berbunga dimana-mana…
            Hal ini cukup realistik bila dilihat bahwa di bogor terdapat kebun raya bogor yang merupakan lembaga dengan koleksi anggrek terbesarnya, adanya IPB bogor merupakan lembaga riset dan pendidikan yang terkemuka yang dapat menopang iptek yang perlu dikembangkan, adanya badan-badan penelitian seperti Balithi (balai Penelitian Tanaman Hias), maka hal ini perlu di manfaatkan dan dikembangkan kearah pemanfaatan berupa usaha agrobisnis yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu pengembangan agribisnis pembenihan dan pembibitan anggrek dalam botol.
            Dalam realisasinya diperlukan adanya lembaga yang dapat membimbing dan mendampingi kelompok tani tersebut dalam hal ipteknya secara real. Untuk itu maka Esha Flora dengan sukarela bersedia membanu pengembangan kelompok Tani Perkotaan ini. Esha Flora adalah suatu lembaga yang memang sudah sejak awalnya menerapkan secara real kultur jaringan skala rumah tangga, dengan pengalamannya maka sudah banyak modifikasi dan terapan di dalam metodenya yang membuat kultur jaringan dapat dilaksanakan secara sederhana.

Pelatihan Kelompok Tani Anggrek
            Dalam realisasinya maka peningkatan kualitas SDM dalam menangani anggrek menjadi prioritas utama. Oleh sebab itulah maka Dinas Pertanian mengadakan Pelatihan Kelas Lapang yang dilakukan selama 10 minggu. Dengan materi melingkupi : pengenalan anggrek, teknik perawatan anggrek, teknik penyerbukan dan penyilangan anggrek, teknik penaburan biji dan penjarangan, teknik pencatatan dan dokumentasi, teknik budidaya bunga potong, penanggulangan hama penyakit dan masih banyak lagi.
            Dalam pengembangan kelompok ini, Dinas Pertanian akan memberikan modal yang akan digunakan sebagai modal awal untuk usaha.  Modal usaha tersebut akan dialokasikan untuk :
Pengembangan benih dan bibit anggrek botolan
Pembesaran bibit anggrek yang bernilai komersial.
Penjualan anggrek secara langsung sebagai sarana berlatih interpreneur.
Memporduksi benih/ buah anggrek dengan mengawinkan indukan yang bagus dan bernilai komersial.
Prioritas pengembangan berdasarkan kondisi perkotaan maka yang akan diperkuat adalah dalam hal pembibitan anggrek dalam botol.  Anggrek-anggrek yang berkualitas akan di perbanyak dengan metode kultur jaringan.  Dan dalam pelaksanaannya akan dilakukan dengan sistem inti plasma. Bagi anggota akan dibagi berdasarkan karakter orangnya siapa yang akan menangani pembesaran anakan anggrek, siapa yang akan melakukan trading, siapa yang akan melakukan pembibitan dlam botol.
Bagi anggota yang mengembangkan pembibitan dalam botol akan dilatih teknologinya dan akan diberi seperangkat alat tanam dengan menggunakan enkas. Dan akan diberi media kultur steril dan botol anggrek yang siap di subkultur atau diperbanyak.

Semangat Go Green dan Kelompok Tani Anggrek ‘Macodes’
            Di Rw 10 Taman Cimanggu Bogor, masyarakatnya sudah memilki semangat dan motivasi yang tinggi untuk menghijaukan lingkungan, bahkan tidak hanya hijau tapi juga warna warni bunga anggrek.  Di Rw 10 ini sudah dibentuk kelembagaan Go Green dan telah dibentuk tim satgas dan tim perencanaan yang terus menjaga agar kegiatan ini dapat terus berlanjut.
            Dengan adanya program Petani Anggrek oleh Dinas Pertanian, diharapkan akan dapat sinergis dengan program Go Green dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan para warga.  Semoga program ini dapat berjalan dengan baik. Mohon bantuan, dukungan dan juga saran membangun. Terima kasih.

Bogor, 19 April 2011

KONSERVASI IN-VITRO KEANEKARAGAMAN HAYATI TROPIKA

@Cahangon75 - Friday, September 26, 2014
Oleh : Ir. Edhi Sandra MSi
Kepala Unit Kultur  Jaringan,  Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas,  Kehutanan Institut Pertanian Bogor


Pendahuluan
      Indonesia dikenal sebagai Negara “Mega Biodiversity” (Biological Diversity = Biodiversity) memiliki keanekaragaman hayati yang sangat fantastik. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup-flora fauna dan mikroorganisme yang ditunjukkan oleh perlbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat/karakter yang terlihat pada berbagai tingkatan (level) persekutuan hidup baik tingkatan jenis (spesies), genetik dan ekosistem.
      Bila dilihat dari persentase flora dan fauna di seluruh dunia maka Indonesia yang luasannya hanya1,5 % luas bumi  memiliki 10 % dari total jenis tumbuhan berbunga, 12 % dari total jenis mamallia, 16 % dari total jenis reptilian, 17 % dari total jenis burung, 25 % dari total jenis ikan.
Bila kita lihat dari jumlah jenisnya maka hasilnya lebih hebat lagi, terdiri atas: 400 jenis dipterocarpacea, 25 jenis tumbuhan berbunga, 515 jenis mamalia (36 % endemik),    112 jenis kupu-kupu (44 % endemik), 600 jenis reptilian,  1.519 jenis burung (28 % endemik) dan 270 jenis amphibi.

Permasalahan
Sebagian besar keanekaragaman hayati tersebut berada pada suatu kawasan yang disebut “ Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah”.  Dan kawasan ini adalah pada umumnya kawasan hutan produksi, sehinggasebagian besar di panen untuk diambil kayunya, sebagaian dikonversi menjadi HTI, sebagian lagi di konversi sebagai kawasan perkebunan dll.  Memang secara teoritis, bahwa semua kawasan tersebut sudah terwakili untuk konservasinya.  Secara teoritis semua kawasan hutan yang di pakai tadi sudah ada wakilnya dengan luasan tertentu untuk keterwakilan jenis flora dan faunanya.
Kita sudah berusaha membuat kawasan-kawasan konservasi baik yang in-situ (di dalam kawasan hutan) maupun ek-situ (diluar kawasan hutan) untuk menjaga kekayaan Negara dan bangsa Indonesia yang tidak ternilai ini. Akan tetapi sayangnya selama ini tidak pernah ada terdengar bahwa tumbuhan yang tadinya langka menjadi tidak langka, tapi justru erosi jenis dan genetik menukik dengan curam.  Banyak berbagai jenis yang statusnya menjadi langka dan terancam punah.
 Oleh sebab itulah maka kita berusaha untuk mengkonservasi keanekaragaman hayati tadi secara ek-situ, maka di munculkanlah Kota Konservasi. Kabupaten konservasi, Desa Konservasi, yang maksudnya adalah kita mempunyai kewajiban untuk melestarikan keanekaragaman jenis tersebut dimanapun kita berada.  Saat ini Pengelola Kebun Raya sibuk membangun kebun raya-kebun raya di beberapa daerah untuk melestarikan jenis-jenis endemik dan khas daerah tersebut.  Akan tetapi ternyata biayanya cukup besar dan tidak mudah pula pengelolaannya. Lalu bagaimana lagi agar kita tidak kehilangan kekayaan keanekaragaman hayati tersebut.
Konservasi In Vitro
            Sebenarnya ada alternative lain yang bisa kita lakukan yang dapat menjadi program sinergis atau simultan agar benar-benar keanekaragaman hayati kita dapat diselamatkan.  Konservasi In Vitro adalah suatu konservasi yang dilakukan dengan mengoleksi berbagai jenis tumbuhan di dalam botol kultur.  Dengan demikian kita dapat menghemat tempat, biaya dan tenaga kerja. Kita dapat menyimpannya sebagai koleksi sumber plasma nutfah.  Sebagai gambaran maka dengan luasan hanya 100 m2 maka kita dapat menyimpan ratusan ribu jenis di dalam botol kultur.  Dan kita dapat mengembangkannya kembali bila diperlukan.  Kita dapat menjualnya keluar negeri sebagai sumber genetik yang mempunyai karakter spesifik dengan nilai yang sangat tinggi, dan hal ini dimungkinkan karena, selain sudah steril, sehingga dari segi karantina sangat dimungkinkan, dan dari segi persaingan bisnis, jenis tersebut hanya ada di Indonesia, jadi kita bisa menjual dengan mahal.
            Sebagai contoh: Mother plant dari semua silangan aglonema yang berwarna merah adalah Aglonema rotundum, yaitu jenis asli aglonema yang berasal dari Sumatra.  Jadi awal mula ditemukannya warna merah adalah dari jenis Aglonema rotundum tersebut, yang ditemukan oleh seorang ahli breeding yaitu Bapak Greg Hambali.  Orang luar negeri sangat antusias untuk bisa mendapatkan aglonema ini, untuk digunakan sebagai mother plant
            Masih banyak lagi jenis-jenis tumbuhan tropis kita yang sangat terkenal diluar negeri seperti: Untuk dari jenis anggrek:  Anggrek hitam (Coelogyne pandurata), anggrek kribo (Dendrobium spectabile), Anggrek tebu (Gramatophylum sp), Anggrek bulan raksasa (Phalaenopsis gigantea), anggrek kuping gajah. Untuk jenis pohon: Ulin, Eboni, Meranti, Cendana, Gaharu, Merbau, Menyan, Kulim dll. Untuk jenis tumbuhan obat : buah merah, tabat barito, pasak bumi, buah makasar, akar kuning dll. Untuk tanaman hias: anggrek, nepenthes, palem, aglonema, anthurium, begonia, paku-pakuan, simbar menjangan, edelwise dll.

Teknik Mengoleksi Tumbuhan Dalam Botol Kultur
            Pertanyaannya adalah apakah tumbuhan di dalam botol tersebut tidak mati, sampai berapa lama tahan di dalam botol?.  Untuk menjawab ini sebenarnya ada dua teknik yang bisa dilakukan: 1. Kriopreservasi, yaitu teknik mengkoleksi suatu jenis tumbuhan dalam botol kultur dengan cara mengawetkannya dengan cepat dan tiba-tiba dengan menggunakan nitrogen cair, yang sebelumnya cairan selnya diganti dengan cairan yang tidak akan mengembang bila dalam kondisi membeku, maka tumbuhan tersebut akan terawetkan.  Hal ini di Indonesia dari segi teknis pelaksanaannya masih agak rumit untuk dilakukan. Ada teknik lain yang lebih mudah yaitu: 2. Teknik Pertumbuhan minimal, yaitu suatu teknik yang membuat tumbuhan di dalam botol menjadi tertidur. Dalam kondisi ini, yang biasanya di dalam kultur jaringan harus sudah di subkultur sekitar 3-4 bulan karena media habis, maka dengan teknik pertumbuhan minimal ini bisa bertahan sekitar 1-2 tahun.

Manajemen Bank Plasma
            Untuk dapat merealisasikan hal ini maka harus diatur manajemennya. Yaitu:
1.        Perlu dibuat Laboratorium Kultur jaringan yang besar dan memadai untuk Bank Plasma ini. Laboratorium Kultur Jaringan yang sangat besar ini menyimpan semua keanekaragaman tumbuhan yang ada di seluruh Indonesia, dengan sistem dipilah-pilah berdasarkan region tertentu.  Lembaga dan Lab ini berperanan sebagai Pusat Konservasi In-vitro atau Bank Plasma yang mengelola dan mengontrol kelestarian jenis dan genetik plasma nutfah dalam botol kultur.
2.        Perlu dibuatnya Laboratorium  di setiap BKSDH atau daerah untuk menampung keanekaragaman genetik dan jenis endemik dan khas dari daerah tersebut.  Lembaga ini bertanggung jawab terhadap kelestarian genetik dan jenis tumbuhan yang ada dalam botol kultur tersebut. Dan memberikan satu set seluruh keanekaragaman tumbuhan koleksi yang dimilkinya untuk diserahkan ke Pusat bank Plasma
3.        Perlu adanya laboratorium yang melakukan peran R & D, untuk mengatasi berbagai permasalahan teknis kultur jaringan. Dalam hal ini bisa melibatkan lembaga perguruan tinggi dimasing-masing daerah, dan bisa juga menunjuk satu lembaga yang membantu kelancaran teknis dalam hal kultur jaringannya.  Lembaga inilah yang juga harus melakukan penelitian tentang peningkatan pemanfaatan  dari jenis tumbuhan tersebut.
4.        Perlu adanya Laboratorium kultur jaringan yang berfungsi sebagai laboratorium produksi. Lembaga ini berperanan untuk memproduksi bibit yang diperlukan. Dalam hal ini bisa melibatkan pihak swasta, BUMN maupun perorangan.  Dalam konteks  produksi juga termasuk laboratorium yang menghasilkan bahan baku bioaktif langsung dari botol (dengan metode Metabolit sekunder)
5.        Perlu adanya Laboratorium Kultur Jaringan yang berperan sebagai Showroom khusus untuk produk kultur jaringan yang menampilkan aspek komersial, jadi tidak seluruh jenis ditampilkan tapi hanya jenis-jenis kultur yang potensial komersial. Lembaga inilah yang berperan mengkordinir dan memfasilitasi penjualan dan perdagangan produk kultur jaringan.  Lembaga inilah yang juga berperan melakukan promosi dan pameran keseluruh dunia.

Dengan demikian kita akan mendapatkan dua hal : 1. disatu sisi keanekaragaman hayati dapat lestari dan disisi lain keanekaragaman hayati ini benar-benar dapat bermanfaat dalam menghasilkan dan meningkatkan pendapatan negara.

Titik Kritis
            Titik kritis yang kemungkinan besar akan di hadapi adalah :
Sulitnya di dalam melakukan inisasi koleksi tumbuhan yang mau di kulturkan.
Keterbatasan jenis dan SDM yang membuat pengkoleksian jenis akan terhambat.
Pengelolaan Laboratorium kultur jaringan yang kurang baik dari segi pencatatan sehingga tidak jelas asal-usul dan umurnya. Dan pengkondisian laboratorium yang berbeda untuk mengkoleksi jenis, memproduksi, pemuliaan dll.
Tingkat kontaminasi yang tinggi ,karena masih kurang memadainya standar laboratorium kultur jaringan yang baik dan SOP (Standart Operational Procedure) dalam pengerjaan kultur jaringan.


Antisipasi Titik Kritis
Perlu di kerahkannya lembaga perguruan tinggi dan praktisi kultur jaringan untuk saling bekerjasama menginisiasi seluruh koleksi tumbuhan tropika Indonesia.  Dengan menggabungkan pengalaman dan memberikan kesempatan masing-masing untuk membuktikan dugaannya dan saling mengevaluasi maka masalah inisasi ini dapat dipecahkan.
Perlu adanya pelatihan untuk level pengelola (supervisor) dan teknisi dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam melakukan kultur jaringan.
Perumusan standar laboratorium yang baik untuk setiap laboratorium kultur jaringan dengan tujuannya masing-masing (tidak harus mahal, yang penting benar prinsipnya) dan perlu ditetapkannya SOP yang baku untuk dapat dilakukan oleh teknisi.

Fungsi Lembaga Konservasi In vitro
            Fungsi dari Lembaga Konservasi In-vitro ini berperanan:
Menjamin kelestarian jenis dan genetik melalui teknik kultur jaringan
Sebagai prioritas utama memanfaatkan koleksi kultur invitro untuk keperluan restorasi, pengayaan jenis di alam, riset dan pengembangan oleh instansi pemerintah, swasta dan masyarakat Indonesia, dan penerapan bisnis untuk masyarakat Indonesia.
Prioritas Kedua memperdagangkan keanekaragaman jenis dan genetik ini dengan nilai yang tinggi (sesuai dengan kelangkaan dan kespesifikannya) ke seluruh dunia.
Berperan sebagai kordinator, fasilitator, mediator dalam pengembangan kultur jaringan seluruh stakeholder yang ada.

Penutup
            Saya membayangkan semua jenis tumbuhan sudah dapat di kulturkan dan di koleksi. Kita dapat memanfaatkannya setiap saat diperlukan, bisa menjualnya dengan harga yang tinggi kepada Negara luar bila diperlukan, dan bisa memanfaatkannya  untuk bahan penelitian dalam pengembangan dengan berbagai tujuan. Akankah hal ini bisa terwujud?

Bogor, 20 April 2011

31 May 2014

Pelatihan Kultur jaringan Tanaman Hias Langka

Esha Garden - Saturday, May 31, 2014
Sulitnya mendapatkan tanaman hias langka yang diminta konsumen membuat Pak Pur perlu melakukan antisipasi untuk perbanyakannya.


Alternatifnya adalah kulturr jaringan. Berbagai jenis tanaman hias dicobakan dalam pelatihan kultur jaringan ini.





Previous
Editor's Choice