Image by lalithamba via Flickr
RINGKASAN: Eka Ariana. E. 03400015. Pengaruh Konsentrasi BAP (Benzylaminopurin) Terhadap pertumbuhan Mimba (Azadirachta indica A. Juss) Secara Kultur In Vitro, di Bawah Bimbingan Bapak Ir. Edhi Sandra, M.Si dan Bapak Ir. Agus Kardinan, M.Sc. APU.
Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan jenis pohon yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Mimba dapat dimanfaatkan sebagai obat anti hama atau bahan dasar pestisida nabati, menghasilkan minyak mimba, bahan pembuatan sabun, pasta gigi, tusuk gigi dan kosmetika, lilin, pupuk, dan bahan obat. Mimba banyak digunakan untuk kegiatan penghijauan terutama pada lahan yang kurang subur atau gersang.
Perbanyakan mimba saat mi dilakukan secara generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan stek ranting. Pada perbanyakan generatif permasalahan yang dihadapi adalah dihasilkan sifat tanarnan yang tidak sania dengan pohon induk, masa produksi Iebih lama dan permasalahan ketersediaan biji yang terbatas. Perbanyakan secara vegetatif secara alami tidak dapat menghasilkan akar yang baik sehingga sifat tanaman mudah roboh karena tidak memiliki akar tunggang dan umur tanaman biasanya lebih pendek.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan perbanyakan mimba secara kultur jaringan dan sumber eksplan biji dan tunas pucuk serta mengetahui pengaruh konsentrasi BAP terhadap pertumbuhan plantlet dan biji dan tunas pucuk. Hasil yang dtharapkan adalah dapat memberikan informasi mengenai konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan mimba.
Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian inti. Penelitian pendahuluan dilakukan penanaman eksplan dan biji dan tunas pucuk. Parameter yang diamati adalah keberhasilan hidup masing-masing sumber eksplan, pengaruh waktu pada sumber eksplan biji dan keefektifan teknik Sterilisasi pada sumber eksplan dan pucuk. Penelitian pendahuluan tidak menggunakan rancangan percobaan. Penelitian inti dibagi menjadi dua tahap yaitu pra perlakuan dan perlakuan. Pada pra perlakuan eksplan dipindahkan ke media baru yang memiliki komposisi dasar yang sama dengan media saat penelitian pendahuluan kemudian dilihat persentase hidup masing-masing sumber eksplan. Pada perlakuan parameter yang diukur secara kuantitatif adalah jumlah tunas, jumlah daun, tinggi dan pertumbuhan akar, sedangkan parameter kualitatif yang diamati adalah perubahan warna daun dan pertumbuhan kalus.
Pada penelitian inti digunakan rancangan acak Iengkap satu faktor dengan ulangan tidak sama. Perlakuan yang diberikan adalah konsentrasi BAP baik untuk plantlet dan biji maupun pucuk. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dilakukan uji Duncan. Analisis data dilakuakan dengan menggunakan perangkat lunak Statistical Analysis System (SAS).
Pada penelitian pendahuluan, penanaman bahan ekspian dan biji dilakukan dalam tiga tahap dengan waktu yang berbeda tetapi dengan teknik sterilisasi yang sama. Pada penanaman pertama saat biji berumur satu bulan, daya tumbuh biji mencapai 48.33% atau sebanyak 29 biji, sedangkan pada penanaman kedua saat biji berumur tiga bulan, persen tumbuhnya hanya 1,67% atau satu biji dan pada penanaman ketiga persen tumbuhnya 0% karena tidak ada satu bijipun yang mengalami pertumbuhan. Berdasarkan persamaan linier y = -24.165x + 64.997 daya tumbuh biji mimba diduga dapat bertahan sekitar dua bulan, oleh karena itu biji mimba harus segera ditanam setelah panen.
Penanaman bahan eksplan dan pucuk dilakukan tiga kali dengan teknik sterilisasi yang berbeda. Pada penanaman dengan sterilisasi menggunakan baycline, permasalahan yang terjadi adalah terjadinya kontaminasi yang relatif cepat yaitu tiga hari setelah tanam dan setelah satu minggu semua eksplan mati.
Pada penanaman dengan sterilisasi kedua menggunakan alkohol, HgC12 dan baycline, permasalahan yang terjadi adalah pencoklatan atau browning pada eksplan yang terjadi hanya satu hari setelah penanaman. Pada penanaman ketiga dengan sterilisasi menggunakan Hg Cl2, baycline dan betadine, didapatkan pertumbuhan eksplan yang cukup baik. Penggunaan HgC12 dan baycline secara berurutan menghasilkan kondisi yang lebih menguntungkan karena kombinasi keduanya merupakan usaha sterilisasi berlapis baik dari bakteri, jamur maupun kotoran-kotoran lain yang menempel pada permukaan eksplan. Penggunaan HgCI2 dan baycline terbukti lebih efektif dalam sterilisasi eksplan mimba dibandingkan dengan baycline saja atau dengan alkohol, ini terbukti dengan tetap bertahan hidupnya eksplan.
Pada penelitian inti kegiatan pra perlakuan, eksplan yang berasal dari biji dan pucuk dipotong-potong dan ditanam kedalam media pra perlakuan baru yang memiliki komposisi dasar yang sama dengan media pada penelitian pendahuluan. Setelah satu bulan pengamatan ternyata persentase hidup eksplan yang berasal dari biji (89.65%) lebih tinggi jika dibandingkan eksplan yang berasal dan pucuk. Hal ini diduga karena kondisi eksplan dan biji lebih steril sehingga tidak banyak mendapat gangguan jamur, bakteri dan kotoran.
Penambahan media Murashige dan Skoog dengan zat pengatur tumbuh BAP memberi pengaruh yang berbeda-beda terhadap parameter pertumbuhan plantlet yaitu jumlah tunas, jumlah daun, tinggi pada plantlet dan biji. Pengaruh konsentarasi BAP terhadap jumlah tunas berbeda pada tiap minggu pengamatan. Pada minggu pengamatan pertama, ketiga, keempat, kelima, kesembilan sampai dengan minggu ke-12 pengamatan didapatkan pengaruh konsentarasi BAP terhadap jumlah tunas yang tidak berbeda. Namun pada minggu kedua, keenam, ketujuh dan kedelapan didapatkan hasil yang berbeda. Perbedaan respon plantlet ini dipengaruhi oleh faktor ketersediaan unsur hara dalam media, dan berhubungan erat dengan kemampuan multiplikasi tanaman yang berbeda-beda.
Pada parameter pertambahan jumlah daun, pada minggu kelima pengamatan perlakuan BAP terhadap jumlah daun memiliki pengaruh yang berbeda, sedangkan pada minggu lainnya konsentrasi BAP memberikan pengaruh yang sama Perlakuan BAP 2% memiliki tingkat pertumbuhan tunas yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya Hal ini diduga karena BAP diserap oleh tanaman dengan baik sehingga pembelahan sel yang terjadi lebih baik.
Pada parameter tinggi, pada minggu keempat sampai dengan minggu kedelapan memperlihatkan pengaruh yang berbeda, sedangkan pada minggu yang lain pengaruh konsentrasi terhadap tinggi terlihat sama. Perlakuan BAP 2% memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap tinggi plantlet. Perbedaan respon plantlet mi diduga karena adanya mekanisme penonaktifan zat pengatur tumbuh yang diberikan sehingga menghambat pertumbuhan plantlet.
Penanaman bahan eksplan dan pucuk dilakukan tiga kali dengan teknik sterilisasi yang berbeda. Pada penanaman dengan sterilisasi menggunakan baycline, permasalahan yang terjadi adalah terjadinya kontaminasi yang relatif cepat yaitu tiga hari setelah tanam dan setelah satu minggu semua eksplan mati.
Pada penanaman dengan sterilisasi kedua menggunakan alkohol, HgC12 dan baycline, permasalahan yang terjadi adalah pencoklatan atau browning pada eksplan yang terjadi hanya satu hari setelah penanaman. Pada penanaman ketiga dengan sterilisasi menggunakan Hg Cl2, baycline dan betadine, didapatkan pertumbuhan eksplan yang cukup baik. Penggunaan HgC12 dan baycline secara berurutan menghasilkan kondisi yang lebih menguntungkan karena kombinasi keduanya merupakan usaha sterilisasi berlapis baik dari bakteri, jamur maupun kotoran-kotoran lain yang menempel pada permukaan eksplan. Penggunaan HgCI2 dan baycline terbukti lebih efektif dalam sterilisasi eksplan mimba dibandingkan dengan baycline saja atau dengan alkohol, ini terbukti dengan tetap bertahan hidupnya eksplan.
Pada penelitian inti kegiatan pra perlakuan, eksplan yang berasal dari biji dan pucuk dipotong-potong dan ditanam kedalam media pra perlakuan baru yang memiliki komposisi dasar yang sama dengan media pada penelitian pendahuluan. Setelah satu bulan pengamatan ternyata persentase hidup eksplan yang berasal dari biji (89.65%) lebih tinggi jika dibandingkan eksplan yang berasal dan pucuk. Hal ini diduga karena kondisi eksplan dan biji lebih steril sehingga tidak banyak mendapat gangguan jamur, bakteri dan kotoran.
Penambahan media Murashige dan Skoog dengan zat pengatur tumbuh BAP memberi pengaruh yang berbeda-beda terhadap parameter pertumbuhan plantlet yaitu jumlah tunas, jumlah daun, tinggi pada plantlet dan biji. Pengaruh konsentarasi BAP terhadap jumlah tunas berbeda pada tiap minggu pengamatan. Pada minggu pengamatan pertama, ketiga, keempat, kelima, kesembilan sampai dengan minggu ke-12 pengamatan didapatkan pengaruh konsentarasi BAP terhadap jumlah tunas yang tidak berbeda. Namun pada minggu kedua, keenam, ketujuh dan kedelapan didapatkan hasil yang berbeda. Perbedaan respon plantlet ini dipengaruhi oleh faktor ketersediaan unsur hara dalam media, dan berhubungan erat dengan kemampuan multiplikasi tanaman yang berbeda-beda.
Pada parameter pertambahan jumlah daun, pada minggu kelima pengamatan perlakuan BAP terhadap jumlah daun memiliki pengaruh yang berbeda, sedangkan pada minggu lainnya konsentrasi BAP memberikan pengaruh yang sama Perlakuan BAP 2% memiliki tingkat pertumbuhan tunas yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya Hal ini diduga karena BAP diserap oleh tanaman dengan baik sehingga pembelahan sel yang terjadi lebih baik.
Pada parameter tinggi, pada minggu keempat sampai dengan minggu kedelapan memperlihatkan pengaruh yang berbeda, sedangkan pada minggu yang lain pengaruh konsentrasi terhadap tinggi terlihat sama. Perlakuan BAP 2% memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap tinggi plantlet. Perbedaan respon plantlet mi diduga karena adanya mekanisme penonaktifan zat pengatur tumbuh yang diberikan sehingga menghambat pertumbuhan plantlet.