RINGKASAN: Rini Untari. E03498025. Pengaruh Jenis Media Organik dan NAA terhadap Pertumbuhan Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) di dalam Kultur In Vitro. Dibawah Bimbingan Ir. Edhi Sandra, M.Si. dan Ir. Dwi Murti Puspitaningtyas, M.Sc.
Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl) merupakan salah satu anggrek alam yang berasal dan Kalimantan, bunganya berbau harum lembut dan lama mekar bunga sekitar 5-6 hari (Sastrapradja et all., 1976). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 anggrek mi termasuk kedalam tumbuhan yang dilindungi.
Di alam keberadaan jenis anggrek ini terancam karena pengambilan yang berlebihan, terjadinya perubahan dan rusaknya habitat tumbuh anggrek tersebut merupakan faktor yang mengancam kelestarian anggrek ini. Kegiatan pengeksploitasian yang berlebihan dan apabila terjadi terus menerus, anggrek hitam akan mengalami kepunahan.
Untuk mencegah terjadinya kepunahan spesies ini, maka harus diupayakan teknik budidaya yang tepat untuk menyediakan tanaman-tanaman baru anggrek hitam secara cepat dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
Tanaman anggrek dapat diperoleh melalui cara pembiakan secara vegetatif dan generatif. Secara alami pembiakan anggrek dengan cara generatif yang berasal dari biji hanya dapat tumbuh jika bersimbiosis dengan mikoriza. Biji anggrek hanya terdiri dad embrio dan testa (pelindung embrio) tanpa cadangan makanan atau endosperm (Thompson, 1980). Jika bersimbiosis dengan mikoriza anggrek dapat memperoleh nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh. Pada umumnya tingkat keberhasilan perkecambahan secara alami persentasenya sangat kecil.
Dengan berkembangnya teknik kultur in-vitro, maka keberhasilan perkecambahan biji anggrek dapat ditingkatkan. Modifikasi media dapat meningkatkan produksi anggrek hitam mi secara kualitatif dan kuantitatif dibandingkan dengan produksi hasil dari alam. Salah satu modifikasi media yaitu penambahan persenyawaan organik kompleks sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan anggrek hitam tersebut serta penggunaan NAA (Napthalene Acetic Acid), salah satu jenis auksin sintetis banyak digunakan untuk meningkatkan rasio pertumbuhan akar tanaman dalam kultur in-vitro, karena akan mendorong pembentukan akar-akar baru pada selang konsentrasi tertentu. Dengan pertumbuhan akar yang sehat dan kuat akan meningkatkan kemampuan tanaman untuk bertahan hidup pada tahap aklimatisasi ke lapangan.
Penelitian ini dilaksanakan di Unit Kerja Laboratonium Kultur Jaringan Anggrek Kebun Raya Bogor. Penelitian dilakukan selama 6 bulan dari bulan Juni sampai bulan Desernber 2002, 5 bulan pengamatan plantlet selama di botol dan 1 bulan untuk melihat keberhasilan hidup di lapangan.
Percobaan ini terdiri dari 2 faktor, faktor pertama adalah 6 jenis media organik (tanpa bahan organik, air kelapa 250 mI/I, pisang ambon 150 g/l, kentang 200 g/l, ubi jalar 150 g/l, dan kedelai 150 g/l ) yang dikombinasikan dengan faktor kedua yaitu 5 taraf konsentrasi NAA (0 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, dan 20 ppm). Media dasar yang digunakan adalah komposisi media VW (Vacin & Went) dengan penambahan gula pasir. arang aktif dan agar-agar. Bahan eksplan yang digunakan semai hasil perkecambahan dan biji yang berumur 20 bulan mempunyai tinggi masing-masing 3-6 cm dengan jumlah daun 6-7 helai.
Tanaman hasil kultur in-vitro setelah pengamatan selama 5 bulan selanjutnya diaklimatisasi ke media yang terdiri dari sphagnum moss, arang, dan pecahan genting dengan perbandingan 1:1:1, media tanam yang dipakai terlebih dahulu direndam dalam air panas selama 1 jam kemudian ditiriskan dengan tujuan untuk mensterilkan media tumbuh yang akan dipakai.
Parameter yang diamati pembentukan akar (panjang akar dan jumlah akar). Panjang akar diukur pada saat panen sedangkan jumlah akar diukur setelah 2 minggu penanaman. Pertumbuhatn eksplan (tinggi eksplan, jumlah daun, jumlah tunas barn). Pengamatan dilakukan setelah 2 minggu penanaman. Selain peubah diatas dilakukan, pengamatan terhadap kondisi eksplan seperti pembentukan akar adventif, warna daun, persentase hidup eksplan dan persentase plantlet yang hidup di lapang.
Pengamatan di botol dilakukan setiap 2 minggu selama 5 bulan dan untuk plantlet yang hidup di lapangan diamati selama 1 bulan setelah plantlet keluar dari botol kultur.
Penambahan media Vacin & Went dengan persenyawaan organik kompleks dan zat pengatur tumbuh NAA serta interaksi antara 2 faktor perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap parameter-parameter pertumbuhan, parameter pertumbuhan tersebut meliputi pembentukan akar baik panjang akar dan jumlah akar serta pertumbuhan eksplan yaitu tinggi eksplan, jumlah daun dan jumlah tunas baru.
Perbedaan jenis media organik kompleks berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali jumlah tunas. Jumlah akar dan panjang akar tertinggi diperoleh dan media VW dengan penambahan ubi jalar 150 g/l. Tinggi eksplan dan jumlah daun terbaik diperoleh dari media VW + kentang 200 g/l. Sedangkan untuk rata-rata terendah dad parameter tinggi eksplan, jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar pada media VW + kedelai 150 g/l untuk 20 Minggu Setelah Tanam (MST).
Zat pengatur tumbuh NAA berpengaruh terhadap parameter tinggi eksplan, jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar, tidak berpengaruh terhadap jumlah tunas. Faktor zat pengatur tumbuh NAA berpengaruh nyata pada tingkat kwartik untuk semua parameter. Parameter tinggi serta jumlah daun konsentrasi NAA maksimum 0 ppm, jumlali akar maksimum pada konsentrasi 2,1 ppm sedangkan parameter jumlah tunas peningkatan NAA lebih dari 20 ppm masih memungkinkan peningkatan jumlah tunas.
Peningkatan konsentrasi NAA mengakibatkan daya regenerasi tanaman menurun dan terhambat serta meningkatkan kematian untuk beberapa eksplan anggrek C. pandurata. Terdapatnya zat-zat endogen/auksin alami dalam eksplan yang mendorong eksplan untuk tetap mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Interaksi antara jenis persenyawaan organik kompleks berpengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan baik tinggi plantlet, jumlah daun, jumlah tunas, jumlah akar dan panjang akar. Pemberian NAA berpengaruh nyata pada tingkat kwartik untuk semua media organik kecuali pada media VW + kedelai 150 g/l berpengaruh nyata pada tingkat kuadratik. Pada parameter jumlah tunas peningkatan NAA pada semua perlakuan media organik, konsentrasi NAA lebih dari 20 ppm dapat meningkatkan jumlah tunas .
Peranan zat tumbuh selain sebagai perangsang dapat pula berlaku sebagai penghambat, semuanya itu tergantung dari konsentrasi zat tersebut. Dengan meningkatnya konsentrasi NAA dalam media menyebabkan persentase kematian eksplan yang tinggi. Pada minggu ke-20 eksplan yang hidup untuk perlakuan NAA 0 ppm 95,8 %, NAA 5 ppm 81,5 %, NAA 10 ppm 61,5 %, NAA 15 ppm 27,7 % dan N.AA 20 ppm sebesar 14,5 %.
NAA dengan konsentrasi rendah 0 ppm (kontrol) dan 5 ppm menghasilkan warna daun eksplan hijau tua. Meningkatnya konsentrasi NAA mengakibatkan warna daun kuning bahkan beberapa eksplan berwarna coklat dan mengalami kematian yang disebabkan oleh menurunnya jumlah klorofil dan rusaknya klorofil.
Plantlet yang memiliki persentase hidup yang tinggi setelah 4 minggu aklimatisasi yaitu plantlet yang berasal dari eksplan yang diberi penambahan ekstrak ubi jalar 150 WI dengan konsentrasi NAA 0 ppm, 5 ppm dan 10 ppm sebesar 100 %.
Media Vacin & Went dengan penambahan ekstrak ubi jalar 150 g/l dengan NAA 0 ppm merupakan media yang terbaik untuk pertumbuhan optimal semai Coelogyne pandurata hasil kultur in-vitro.
Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl) merupakan salah satu anggrek alam yang berasal dan Kalimantan, bunganya berbau harum lembut dan lama mekar bunga sekitar 5-6 hari (Sastrapradja et all., 1976). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 anggrek mi termasuk kedalam tumbuhan yang dilindungi.
Di alam keberadaan jenis anggrek ini terancam karena pengambilan yang berlebihan, terjadinya perubahan dan rusaknya habitat tumbuh anggrek tersebut merupakan faktor yang mengancam kelestarian anggrek ini. Kegiatan pengeksploitasian yang berlebihan dan apabila terjadi terus menerus, anggrek hitam akan mengalami kepunahan.
Untuk mencegah terjadinya kepunahan spesies ini, maka harus diupayakan teknik budidaya yang tepat untuk menyediakan tanaman-tanaman baru anggrek hitam secara cepat dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
Tanaman anggrek dapat diperoleh melalui cara pembiakan secara vegetatif dan generatif. Secara alami pembiakan anggrek dengan cara generatif yang berasal dari biji hanya dapat tumbuh jika bersimbiosis dengan mikoriza. Biji anggrek hanya terdiri dad embrio dan testa (pelindung embrio) tanpa cadangan makanan atau endosperm (Thompson, 1980). Jika bersimbiosis dengan mikoriza anggrek dapat memperoleh nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh. Pada umumnya tingkat keberhasilan perkecambahan secara alami persentasenya sangat kecil.
Dengan berkembangnya teknik kultur in-vitro, maka keberhasilan perkecambahan biji anggrek dapat ditingkatkan. Modifikasi media dapat meningkatkan produksi anggrek hitam mi secara kualitatif dan kuantitatif dibandingkan dengan produksi hasil dari alam. Salah satu modifikasi media yaitu penambahan persenyawaan organik kompleks sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan anggrek hitam tersebut serta penggunaan NAA (Napthalene Acetic Acid), salah satu jenis auksin sintetis banyak digunakan untuk meningkatkan rasio pertumbuhan akar tanaman dalam kultur in-vitro, karena akan mendorong pembentukan akar-akar baru pada selang konsentrasi tertentu. Dengan pertumbuhan akar yang sehat dan kuat akan meningkatkan kemampuan tanaman untuk bertahan hidup pada tahap aklimatisasi ke lapangan.
Penelitian ini dilaksanakan di Unit Kerja Laboratonium Kultur Jaringan Anggrek Kebun Raya Bogor. Penelitian dilakukan selama 6 bulan dari bulan Juni sampai bulan Desernber 2002, 5 bulan pengamatan plantlet selama di botol dan 1 bulan untuk melihat keberhasilan hidup di lapangan.
Percobaan ini terdiri dari 2 faktor, faktor pertama adalah 6 jenis media organik (tanpa bahan organik, air kelapa 250 mI/I, pisang ambon 150 g/l, kentang 200 g/l, ubi jalar 150 g/l, dan kedelai 150 g/l ) yang dikombinasikan dengan faktor kedua yaitu 5 taraf konsentrasi NAA (0 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, dan 20 ppm). Media dasar yang digunakan adalah komposisi media VW (Vacin & Went) dengan penambahan gula pasir. arang aktif dan agar-agar. Bahan eksplan yang digunakan semai hasil perkecambahan dan biji yang berumur 20 bulan mempunyai tinggi masing-masing 3-6 cm dengan jumlah daun 6-7 helai.
Tanaman hasil kultur in-vitro setelah pengamatan selama 5 bulan selanjutnya diaklimatisasi ke media yang terdiri dari sphagnum moss, arang, dan pecahan genting dengan perbandingan 1:1:1, media tanam yang dipakai terlebih dahulu direndam dalam air panas selama 1 jam kemudian ditiriskan dengan tujuan untuk mensterilkan media tumbuh yang akan dipakai.
Parameter yang diamati pembentukan akar (panjang akar dan jumlah akar). Panjang akar diukur pada saat panen sedangkan jumlah akar diukur setelah 2 minggu penanaman. Pertumbuhatn eksplan (tinggi eksplan, jumlah daun, jumlah tunas barn). Pengamatan dilakukan setelah 2 minggu penanaman. Selain peubah diatas dilakukan, pengamatan terhadap kondisi eksplan seperti pembentukan akar adventif, warna daun, persentase hidup eksplan dan persentase plantlet yang hidup di lapang.
Pengamatan di botol dilakukan setiap 2 minggu selama 5 bulan dan untuk plantlet yang hidup di lapangan diamati selama 1 bulan setelah plantlet keluar dari botol kultur.
Penambahan media Vacin & Went dengan persenyawaan organik kompleks dan zat pengatur tumbuh NAA serta interaksi antara 2 faktor perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap parameter-parameter pertumbuhan, parameter pertumbuhan tersebut meliputi pembentukan akar baik panjang akar dan jumlah akar serta pertumbuhan eksplan yaitu tinggi eksplan, jumlah daun dan jumlah tunas baru.
Perbedaan jenis media organik kompleks berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali jumlah tunas. Jumlah akar dan panjang akar tertinggi diperoleh dan media VW dengan penambahan ubi jalar 150 g/l. Tinggi eksplan dan jumlah daun terbaik diperoleh dari media VW + kentang 200 g/l. Sedangkan untuk rata-rata terendah dad parameter tinggi eksplan, jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar pada media VW + kedelai 150 g/l untuk 20 Minggu Setelah Tanam (MST).
Zat pengatur tumbuh NAA berpengaruh terhadap parameter tinggi eksplan, jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar, tidak berpengaruh terhadap jumlah tunas. Faktor zat pengatur tumbuh NAA berpengaruh nyata pada tingkat kwartik untuk semua parameter. Parameter tinggi serta jumlah daun konsentrasi NAA maksimum 0 ppm, jumlali akar maksimum pada konsentrasi 2,1 ppm sedangkan parameter jumlah tunas peningkatan NAA lebih dari 20 ppm masih memungkinkan peningkatan jumlah tunas.
Peningkatan konsentrasi NAA mengakibatkan daya regenerasi tanaman menurun dan terhambat serta meningkatkan kematian untuk beberapa eksplan anggrek C. pandurata. Terdapatnya zat-zat endogen/auksin alami dalam eksplan yang mendorong eksplan untuk tetap mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Interaksi antara jenis persenyawaan organik kompleks berpengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan baik tinggi plantlet, jumlah daun, jumlah tunas, jumlah akar dan panjang akar. Pemberian NAA berpengaruh nyata pada tingkat kwartik untuk semua media organik kecuali pada media VW + kedelai 150 g/l berpengaruh nyata pada tingkat kuadratik. Pada parameter jumlah tunas peningkatan NAA pada semua perlakuan media organik, konsentrasi NAA lebih dari 20 ppm dapat meningkatkan jumlah tunas .
Peranan zat tumbuh selain sebagai perangsang dapat pula berlaku sebagai penghambat, semuanya itu tergantung dari konsentrasi zat tersebut. Dengan meningkatnya konsentrasi NAA dalam media menyebabkan persentase kematian eksplan yang tinggi. Pada minggu ke-20 eksplan yang hidup untuk perlakuan NAA 0 ppm 95,8 %, NAA 5 ppm 81,5 %, NAA 10 ppm 61,5 %, NAA 15 ppm 27,7 % dan N.AA 20 ppm sebesar 14,5 %.
NAA dengan konsentrasi rendah 0 ppm (kontrol) dan 5 ppm menghasilkan warna daun eksplan hijau tua. Meningkatnya konsentrasi NAA mengakibatkan warna daun kuning bahkan beberapa eksplan berwarna coklat dan mengalami kematian yang disebabkan oleh menurunnya jumlah klorofil dan rusaknya klorofil.
Plantlet yang memiliki persentase hidup yang tinggi setelah 4 minggu aklimatisasi yaitu plantlet yang berasal dari eksplan yang diberi penambahan ekstrak ubi jalar 150 WI dengan konsentrasi NAA 0 ppm, 5 ppm dan 10 ppm sebesar 100 %.
Media Vacin & Went dengan penambahan ekstrak ubi jalar 150 g/l dengan NAA 0 ppm merupakan media yang terbaik untuk pertumbuhan optimal semai Coelogyne pandurata hasil kultur in-vitro.