Darwin Siregar. E03495009. Kajian Pengaruh Jarak Tanam Bambu Betung (Delldroca/amlls IIsper (Schultes. f) Backer ex Heyne) terhadap Pertumbuhan dan P'rduksi Tanaman Obat Katuk (Sauropus enndrogynus (L.) Merr.), Kencur (Kaemferia galanga L.) dan Raja Gowah (Alpinin malaccensis Rosc.) di bawah bimbingan Ir. Siswoyo .MSi (Pcmbimbing I) dan Ir Edhi Sandra (Pembimbing II).
Bambu betung (D. asper) termasuk salah satu jenis bambu yang mcmiliki potensi untuk dikembangkan secara ekonomis karena mempunyai banyak manfaat. Kegunaan jenis ini antara lain buluhnya dapat digunakan sebagai bahan bangunan, dan rebungnya. dapat dijadikan sebagai bahan makanan. Namun dalam pcmbudidayaaan bambu secara monokultur mcnyisakan ruang kosong diantara rumpun-rumpun bambu, sehingga pemanfaatan lahan mcnjadi tidak optimal. Penanaman lanaman abat diantara rumpun-rumpun bambu merupakan salah satu altcmatif yang dapat ditcrapkan.
Di sisi lain, kebutuhan simplisia (bahan baku tanaman obat) ohat-obatan tradisional tcrus mcningkat scjalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya harga-harga obat-obat moderen dan efek samping yang ditimbulkannya serta kecendcrungan masyarakat untuk kembali ke obat-obat tradisiona!. Apabila tidak segera dilakukan tindakan budidaya, maka dikhawatirkan akan terjadi kekurangan bahan baku tumbuhan obat tersebut. Salah satu altematif yang dapat diterapkan adalah dcng.n membudidayakan tanaman obat secara tumpangsari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam bambu betung (D. asper) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman obat katuk (S. adrogylllls), kencur (K. galanga) dan raja gawah (A. malaccensis).
Penelitian ini dilaksanakan dibawah tegakan bambu betung (D. asper) yang telah berumur 2,5 tahun di Kampus IPB Dannaga. Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 1999 sampai dengan Mei 2000. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap kegiatan, yaitu persiapan penelitian (pesiapan lahan/lapangan, penyediaan bibit dan penyediaan pupuk kandang sebagai pupuk dasar), pclaksanaan penclitian (pcnanaman, pemeliharaan, pengamatan, analisis tauah dan pengumpulan dala iklim) dan analisis data.
Pcubah yang diamati adalah proscntase tumbuh tanaman obat (dilakukan pada 8 minggu sctclah tanam), pcubah jumlah tunas dan jumlah daun dilakukan 8 minggu setelah tanam dan seterusnya dilakukan sctiap 2 minggu. Sedangkan pcubah bcrat basah hasil tanaman abat untuk katuk dilakukan sebanyak tiga kali dan untuk tanaman obat kencur dan raja gowah dilakukan pada akhir penelitian.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan jarak tanam bambu betung. Taraf perlakuan jarak tanam bambu betung yang digunakan adalah tanpa tcgakan bambu, jarak tanam bambu 5 m x 5 111, 8 m x 6 m dan 8 m x 8 m. Sclanjutnya. untuk mcngclahui pcrlakuan yang berbcda atau perlakuan yang tcrbaik, maka dilakukan uji beda nyata nilai pcrlakuan (Duncan's).
Berdasarkan analisis sidik ragam Menunjukkan balhwa perlakuan mcmbcrikan pengaruh yang berbcda sangat nyata terhadap semua peubah ketiga tanaman obat, kecuali pcubah prosentase tumbuh raja gowah dan berat basah raja gowah. Prosentasc tumbuh tanaman obat tertinggi dibcrikan oleh perlakuan tanpa tegakan bambu dcngan rata-rata scbesar 98,81 % untuk tanaman obat katuk, 98,75% untuk tanaman obat kencur dan 97,32% untuk tanaman obat raja gowah sedangkan perlakuan jarak tanam bambu 5 m x 5 m mcmberikan prosentasc tumbuh tcrendah yaitu scbcsar 89,29% untuk tanaman abat katuk dan 90,75% (untuk tanaman obat kcncur) dan prosentase tumbuh tcrcndah untuk tanaman obat raja gowah dibcrikan olch perlakuan jarak tanam bambu 8 m x 6 m sebesar 91,97%.
Rata-rata pcrtambahan jumlah tunas tertinggi diberikan olch pcrlakuan tanpa tcgakan bambu scbcsar 1,50 tunas (untuk tanaman obat katuk), 9,50 tunas (untuk tanaman obat kcncur), dan 4,25 tunas untuk tanaman abat raja gawah, sedangkan perlakuan jarak tanam bambu 5 m x 5 m memberikan rata¬rata pcrtambahan jumlah tunas terendah yaitu tanaman katuk tidak mengalami pertambahan jumlah tunas, 0,50 lunas (untuk tanamn obat kencur), dan 0,75 tunas (untuk tanaman obat raja gowah).
Perlakuan jarak tanam bambu yang memberikan rata-rata pertambahan jumlah daun tertinggi adalah perlakuan tanpa tegakan bambu, yaitu sebesar 94,75 helai (untuk tanaman obat katuk), 20,25 helai 9 untuk lanaman obat kencur), dan 29,25 helai untuk tanaman obat raja gowah, sedangkan perlakuan jarak tanam bambu 5 m x 5 m memberikan rala-rata pertambahan jumlah daun terendah yailu sebesar 7,50 helai (untuk tanaman obat katuk), 2,50 helai (untuk tanaman obat kencur), dan 9,25 helai (unluk tanaman obat raja gowah).
Rata-rala beral basah hasil tanaman obat tertinggi diberikan oleh perlakuan tanpa tegakan bambu, yailu sebesar 6,02 kg (untuk lanaman obat katuk), 4,74 kg (unluk tanaman obat kencur), dan 2,54 kg (untuk lanaman obat raja gowah), sedangkan perlakuan jarak tanam bambu 5 m x 5 m memberikan rata-rata berat basah hasil terendah, yailu sebesar 0,95 kg (untuk tanaman obal katuk), 0,68 kg (untuk tanaman obat kencur), dan berat basah hasil terendah unluk tanaman obat raja gowah diberikan oleh perlakuan jarak tanam bambu 8 m x 6 m sebesar 1,47 kg.
Bambu betung (D. asper) termasuk salah satu jenis bambu yang mcmiliki potensi untuk dikembangkan secara ekonomis karena mempunyai banyak manfaat. Kegunaan jenis ini antara lain buluhnya dapat digunakan sebagai bahan bangunan, dan rebungnya. dapat dijadikan sebagai bahan makanan. Namun dalam pcmbudidayaaan bambu secara monokultur mcnyisakan ruang kosong diantara rumpun-rumpun bambu, sehingga pemanfaatan lahan mcnjadi tidak optimal. Penanaman lanaman abat diantara rumpun-rumpun bambu merupakan salah satu altcmatif yang dapat ditcrapkan.
Di sisi lain, kebutuhan simplisia (bahan baku tanaman obat) ohat-obatan tradisional tcrus mcningkat scjalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya harga-harga obat-obat moderen dan efek samping yang ditimbulkannya serta kecendcrungan masyarakat untuk kembali ke obat-obat tradisiona!. Apabila tidak segera dilakukan tindakan budidaya, maka dikhawatirkan akan terjadi kekurangan bahan baku tumbuhan obat tersebut. Salah satu altematif yang dapat diterapkan adalah dcng.n membudidayakan tanaman obat secara tumpangsari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam bambu betung (D. asper) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman obat katuk (S. adrogylllls), kencur (K. galanga) dan raja gawah (A. malaccensis).
Penelitian ini dilaksanakan dibawah tegakan bambu betung (D. asper) yang telah berumur 2,5 tahun di Kampus IPB Dannaga. Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 1999 sampai dengan Mei 2000. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap kegiatan, yaitu persiapan penelitian (pesiapan lahan/lapangan, penyediaan bibit dan penyediaan pupuk kandang sebagai pupuk dasar), pclaksanaan penclitian (pcnanaman, pemeliharaan, pengamatan, analisis tauah dan pengumpulan dala iklim) dan analisis data.
Pcubah yang diamati adalah proscntase tumbuh tanaman obat (dilakukan pada 8 minggu sctclah tanam), pcubah jumlah tunas dan jumlah daun dilakukan 8 minggu setelah tanam dan seterusnya dilakukan sctiap 2 minggu. Sedangkan pcubah bcrat basah hasil tanaman abat untuk katuk dilakukan sebanyak tiga kali dan untuk tanaman obat kencur dan raja gowah dilakukan pada akhir penelitian.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan jarak tanam bambu betung. Taraf perlakuan jarak tanam bambu betung yang digunakan adalah tanpa tcgakan bambu, jarak tanam bambu 5 m x 5 111, 8 m x 6 m dan 8 m x 8 m. Sclanjutnya. untuk mcngclahui pcrlakuan yang berbcda atau perlakuan yang tcrbaik, maka dilakukan uji beda nyata nilai pcrlakuan (Duncan's).
Berdasarkan analisis sidik ragam Menunjukkan balhwa perlakuan mcmbcrikan pengaruh yang berbcda sangat nyata terhadap semua peubah ketiga tanaman obat, kecuali pcubah prosentase tumbuh raja gowah dan berat basah raja gowah. Prosentasc tumbuh tanaman obat tertinggi dibcrikan oleh perlakuan tanpa tegakan bambu dcngan rata-rata scbesar 98,81 % untuk tanaman obat katuk, 98,75% untuk tanaman obat kencur dan 97,32% untuk tanaman obat raja gowah sedangkan perlakuan jarak tanam bambu 5 m x 5 m mcmberikan prosentasc tumbuh tcrendah yaitu scbcsar 89,29% untuk tanaman abat katuk dan 90,75% (untuk tanaman obat kcncur) dan prosentase tumbuh tcrcndah untuk tanaman obat raja gowah dibcrikan olch perlakuan jarak tanam bambu 8 m x 6 m sebesar 91,97%.
Rata-rata pcrtambahan jumlah tunas tertinggi diberikan olch pcrlakuan tanpa tcgakan bambu scbcsar 1,50 tunas (untuk tanaman obat katuk), 9,50 tunas (untuk tanaman obat kcncur), dan 4,25 tunas untuk tanaman abat raja gawah, sedangkan perlakuan jarak tanam bambu 5 m x 5 m memberikan rata¬rata pcrtambahan jumlah tunas terendah yaitu tanaman katuk tidak mengalami pertambahan jumlah tunas, 0,50 lunas (untuk tanamn obat kencur), dan 0,75 tunas (untuk tanaman obat raja gowah).
Perlakuan jarak tanam bambu yang memberikan rata-rata pertambahan jumlah daun tertinggi adalah perlakuan tanpa tegakan bambu, yaitu sebesar 94,75 helai (untuk tanaman obat katuk), 20,25 helai 9 untuk lanaman obat kencur), dan 29,25 helai untuk tanaman obat raja gowah, sedangkan perlakuan jarak tanam bambu 5 m x 5 m memberikan rala-rata pertambahan jumlah daun terendah yailu sebesar 7,50 helai (untuk tanaman obat katuk), 2,50 helai (untuk tanaman obat kencur), dan 9,25 helai (unluk tanaman obat raja gowah).
Rata-rala beral basah hasil tanaman obat tertinggi diberikan oleh perlakuan tanpa tegakan bambu, yailu sebesar 6,02 kg (untuk lanaman obat katuk), 4,74 kg (unluk tanaman obat kencur), dan 2,54 kg (untuk lanaman obat raja gowah), sedangkan perlakuan jarak tanam bambu 5 m x 5 m memberikan rata-rata berat basah hasil terendah, yailu sebesar 0,95 kg (untuk tanaman obal katuk), 0,68 kg (untuk tanaman obat kencur), dan berat basah hasil terendah unluk tanaman obat raja gowah diberikan oleh perlakuan jarak tanam bambu 8 m x 6 m sebesar 1,47 kg.