ABSTRAK: QURROTU AYUNIN. Efektivitas Cendawan Mikoriza Arbuskula dengan Penambahan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Semai Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl). Dibimbing oleh Ir. Ervizal A.M.Zuhud MS dan Dr.lr.lrdika Mansur M.For.Sc.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, diketahui bahwa mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) mengandung berbagai macam senyawa kimia yang berkhasiat obat. Hal ini berakibat pada semakin tingginya permintaan konsumen akan produk-¬produk obat maupun produk kecantikan yang berbahan baku mahkota dewa. Untuk mengatasi kelangkaan bahan baku mahkota dewa, perlu dilakukan kegiatan budidaya. Teknik budidaya yang digunakan hendaknya efektif, murah dan berwawasan lingkungan. Salah satu teknik budidaya yang dapat dipertimbangkan adalah inokulasi cendawan mikoriza arbuskula (CMA) dan penggunaan bahan organik yang dapat menggantikan fungsi pupuk.
Penelitian mengenai inokulasi CMA dan penambahan bahan organik ini bertujuan untuk mengetahui respon semai mahkota dewa terhadap inokulasi CMA. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan organik sebagai sumber fosfat terhadap simbiosis mikoriza dan pertumbuhan tanaman. '
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Konservasi Tumbuhan dan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor selama 7 (tujuh) bulan. Penelitian ini diawali dengan perkecambahan benih mahkota dewa selama 14 hari. Setelah itu, benih yang sudah berkecambah dipindah ke polybag dan dilakukan inokulasi mikoriza.
Penelitian ini terdiri dari empat taraf perlakuan yaitu mycofer 1 (CMA tanpa tepung tulang), mycofer II (CMA dengan tepung tulang ikan), mycofer III (CMA dengan tepung tulang sapi) dan kontrol (tanpa inokulasi CMA dan penambahan tepung tulang). Respon pertumbuhan yang diamati adalah tinggi, jumlah daun dan diameter semai. Selain itu dilakukan pula penghitungan terhadap jumlah spora dan infeksi mikoriza. Rancangan percobaan yang digunakan adalah percobaan satu factor dengan empat taraf perlakuan. Data yang diperoleh diolah dengan Minitab dengan prosedur One-way.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa pengaruh inokulasi mikoriza memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini dilihat dari pertumbuhan semai yang rendah pada perlakuan mycofer II. Pertumbuhan semai yang rendah pada perlakuan mycofer II diduga disebabkan penambahan bahan organik berupa tepung tulang ikan telah merubah CMA menjadi parasit bagi semai mahkota dewa.
Konsentrasi karbohidrat dapat larut pada semai banyak diserap oleh CMA. Akibatnya pertumbuhan semai menjadi terhambat. Selain itu, kandungan nitrogen yang tinggi pada tepung tuIang ikan diduga telah meracuni semai. Keracunan' nitrogen pada semai yang diberi perlakuan mycofer II diduga menyebabkan pertumbuhan semai menjadi terhambat.
Semai mahkota dewa yang diberi perIakuan mycofer I pertumbuhannya cenderung meningkat. Meskipun demikian, respon pertumbuhannya tidak berbeda nyata dengan semai yang diberi perIakuan kontrol. Hal ini disebabkan semai yang diberi perIakuan kontrol juga mengandung CMA. Ini terHhat dengan adanya infeksi mikoriza pada'akar semai dan spora pada media semai yang diberi perIakuan kontrol.
Pertumbuhan semai yang cenderung meningkat pada perIakuan mycofer I diduga merupakan hasH simbiosis yang menguntungkan antara inang dengan CMA asH, sedangkan CMA yang diinokulasikan diduga kurang mampu bersaing dengan CMA asli.
Semai yang diberi perlakuan mycofer III pertumbuhannya cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan pada media semai tersebut ditambahkan bahan organik berupa tepung tulang sapi. Namun pertumbuhannya tidak terlalu rendah seperti yang terjadi pada semai yang diberi mycofer II. Hal ini diduga disebabkan persaingan antara CMA dengan tanaman inang untuk mendapatkan karbohidrat belum terIalu besar.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, diketahui bahwa mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) mengandung berbagai macam senyawa kimia yang berkhasiat obat. Hal ini berakibat pada semakin tingginya permintaan konsumen akan produk-¬produk obat maupun produk kecantikan yang berbahan baku mahkota dewa. Untuk mengatasi kelangkaan bahan baku mahkota dewa, perlu dilakukan kegiatan budidaya. Teknik budidaya yang digunakan hendaknya efektif, murah dan berwawasan lingkungan. Salah satu teknik budidaya yang dapat dipertimbangkan adalah inokulasi cendawan mikoriza arbuskula (CMA) dan penggunaan bahan organik yang dapat menggantikan fungsi pupuk.
Penelitian mengenai inokulasi CMA dan penambahan bahan organik ini bertujuan untuk mengetahui respon semai mahkota dewa terhadap inokulasi CMA. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan organik sebagai sumber fosfat terhadap simbiosis mikoriza dan pertumbuhan tanaman. '
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Konservasi Tumbuhan dan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor selama 7 (tujuh) bulan. Penelitian ini diawali dengan perkecambahan benih mahkota dewa selama 14 hari. Setelah itu, benih yang sudah berkecambah dipindah ke polybag dan dilakukan inokulasi mikoriza.
Penelitian ini terdiri dari empat taraf perlakuan yaitu mycofer 1 (CMA tanpa tepung tulang), mycofer II (CMA dengan tepung tulang ikan), mycofer III (CMA dengan tepung tulang sapi) dan kontrol (tanpa inokulasi CMA dan penambahan tepung tulang). Respon pertumbuhan yang diamati adalah tinggi, jumlah daun dan diameter semai. Selain itu dilakukan pula penghitungan terhadap jumlah spora dan infeksi mikoriza. Rancangan percobaan yang digunakan adalah percobaan satu factor dengan empat taraf perlakuan. Data yang diperoleh diolah dengan Minitab dengan prosedur One-way.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa pengaruh inokulasi mikoriza memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini dilihat dari pertumbuhan semai yang rendah pada perlakuan mycofer II. Pertumbuhan semai yang rendah pada perlakuan mycofer II diduga disebabkan penambahan bahan organik berupa tepung tulang ikan telah merubah CMA menjadi parasit bagi semai mahkota dewa.
Konsentrasi karbohidrat dapat larut pada semai banyak diserap oleh CMA. Akibatnya pertumbuhan semai menjadi terhambat. Selain itu, kandungan nitrogen yang tinggi pada tepung tuIang ikan diduga telah meracuni semai. Keracunan' nitrogen pada semai yang diberi perlakuan mycofer II diduga menyebabkan pertumbuhan semai menjadi terhambat.
Semai mahkota dewa yang diberi perIakuan mycofer I pertumbuhannya cenderung meningkat. Meskipun demikian, respon pertumbuhannya tidak berbeda nyata dengan semai yang diberi perIakuan kontrol. Hal ini disebabkan semai yang diberi perIakuan kontrol juga mengandung CMA. Ini terHhat dengan adanya infeksi mikoriza pada'akar semai dan spora pada media semai yang diberi perIakuan kontrol.
Pertumbuhan semai yang cenderung meningkat pada perIakuan mycofer I diduga merupakan hasH simbiosis yang menguntungkan antara inang dengan CMA asH, sedangkan CMA yang diinokulasikan diduga kurang mampu bersaing dengan CMA asli.
Semai yang diberi perlakuan mycofer III pertumbuhannya cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan pada media semai tersebut ditambahkan bahan organik berupa tepung tulang sapi. Namun pertumbuhannya tidak terlalu rendah seperti yang terjadi pada semai yang diberi mycofer II. Hal ini diduga disebabkan persaingan antara CMA dengan tanaman inang untuk mendapatkan karbohidrat belum terIalu besar.