Ringkasan : Paula Sara. E33101076. Penggunaan Media Alternatif dalam Kultur In Vitro Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl.) Dibawah Bimbingan Ir. Edhi Sandra, M.Si.
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl.) merupakan tumbuhan perdu yang berasal dari Papua Nugini. Tinggi mencapai 1-2.5 m Tumbuh baik di ketinggian 100 – 1.200 mdpl. Berbunga pada April – Agustus. Buah merah marun. Berkat sosoknya yang baik maka banyak digunakan sebagai tanaman hias. Meskipun beracun tetapi jika diolah secara benar maka fungsinya dapat di jadikan sebagai obat berbagai macam penyakit.
Oleh sebab itulah banyak orang yang mencari untuk dikonsumsi sebagai obat. Karena permintaan yang semakin tinggi maka dikhawatirkan kelestarian dari tanaman ini akan terancam, tetapi mengingat khasiatnya banyak dibutuhkan orang maka dengan teknik pengembangbiakan secara kultur in vitro diharapkan mampu menyelesaikan kedua permasalahan tersebut.
Kajian tentang kultur in vitro harus semakin ditingkatkan mengingat keterbatasan modal yang harus dikeluarkan pada usaha tersebut, maka dengan penyediaan media Alternatif diharapkan mampu membantu dalam peningkatan pelestarian plasma nutfah, dan mampu melayani permintaan pasar serta mengurangi input dana yang dikeluarkan bagi usaha kultur in vitro.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Kultur Jaringan di Cimanggu Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Februari – April 2004.
Penelitian ini dilakukan dengan 2 kali percobaan, yaitu pertama dengan percobaan pendahuluan, dengan menanam eksplan biji pada media MS-BAP 0.05% dengan maksud dapat menghasilkan tunas yang baru yang dapat dijadikan eksplan, percobaan kedua yaitu dengan pembuatan media alternatif yang terdiri dari Hyponex Hijau 1gr, Vitamin B1 1ml, M-Dext 2ml, Mikroplus 1ml, Norid 0,5gr Gula 30gr, Tepung Tapioka 80gr.
Bahan eksplan yang ditanam yaitu dengan biji yang diambil langsung dari alam serta sub kultur pucuk dengan dua perlakuan.
Penggunaan media Alternatif didasarkan pada kandungan hara makro dan mikro yang terkandung didalam Hyponex Hijau dan ditambah penyehat tanaman M-Dext dan Mikroplus. Sedangkan ZPT terdapat dalam Vitamin B1 yang mengandung NAA. Norid sebagai arang aktif yang membantu pertumbuhan akar dengan memberi efek gelap pada media dengan pemadat Tapioka yang juga dapat memadatkan jika dengan pemanasan yang tepat, yaitu 90 0 C.
Media Alternatif lebih murah dan mudah didapat dan dapat menggantikan media lain misalnya MS yang tergolong mahal sehingga membutuhkan input dana yang besar jika menggunakannya. Media MS-0 kurang lebih membutuhkan dana sebesar Rp. 15.0000 perliter pembuatan media, sedangkan media laternatif hanya membutuhkan dana Rp 348 per liter pembuatan media.
Perlakuan I yaitu dengan sub kultur dari media MS-BAP ke media Alternatif, dan Perlakuan II yaitu sub kultur dari media Alternatif ke Media Alternatif. Parameter yang diamati adalah akar, tunas jumlah daun, dan kontaminasi. Hasil pada dua perlakuan menunjukan dari tingkat kontaminasi perlakuan II lebih baik yaitu dengan nilai P < 0.01 yang berarti sangat berbeda nyata. Hasil P sebesar 0.008. Perlakuan terhadap biji eksplan biji hanya dengan dua kali ulanga. Hal ini dikarenakan lebih memprioritaskan sub kultur dengan tujuan mendapatkan hasil kultur yang lebih baik yaitu dengan pemilihan jenis yang baik akan menghasilkan hasil kultur yang baik pula. Dari hasil yang didapatkan diketahui bahwa dengan media Alternatif dapat dijadikan media tumbuh bagi ekplan biji Mahkota Dewa sedangkan untuk sub kultur juga dapat tumbuh jika multiplikasi dilakukan dari media Alternatif ke Media Alternatif
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl.) merupakan tumbuhan perdu yang berasal dari Papua Nugini. Tinggi mencapai 1-2.5 m Tumbuh baik di ketinggian 100 – 1.200 mdpl. Berbunga pada April – Agustus. Buah merah marun. Berkat sosoknya yang baik maka banyak digunakan sebagai tanaman hias. Meskipun beracun tetapi jika diolah secara benar maka fungsinya dapat di jadikan sebagai obat berbagai macam penyakit.
Oleh sebab itulah banyak orang yang mencari untuk dikonsumsi sebagai obat. Karena permintaan yang semakin tinggi maka dikhawatirkan kelestarian dari tanaman ini akan terancam, tetapi mengingat khasiatnya banyak dibutuhkan orang maka dengan teknik pengembangbiakan secara kultur in vitro diharapkan mampu menyelesaikan kedua permasalahan tersebut.
Kajian tentang kultur in vitro harus semakin ditingkatkan mengingat keterbatasan modal yang harus dikeluarkan pada usaha tersebut, maka dengan penyediaan media Alternatif diharapkan mampu membantu dalam peningkatan pelestarian plasma nutfah, dan mampu melayani permintaan pasar serta mengurangi input dana yang dikeluarkan bagi usaha kultur in vitro.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Kultur Jaringan di Cimanggu Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Februari – April 2004.
Penelitian ini dilakukan dengan 2 kali percobaan, yaitu pertama dengan percobaan pendahuluan, dengan menanam eksplan biji pada media MS-BAP 0.05% dengan maksud dapat menghasilkan tunas yang baru yang dapat dijadikan eksplan, percobaan kedua yaitu dengan pembuatan media alternatif yang terdiri dari Hyponex Hijau 1gr, Vitamin B1 1ml, M-Dext 2ml, Mikroplus 1ml, Norid 0,5gr Gula 30gr, Tepung Tapioka 80gr.
Bahan eksplan yang ditanam yaitu dengan biji yang diambil langsung dari alam serta sub kultur pucuk dengan dua perlakuan.
Penggunaan media Alternatif didasarkan pada kandungan hara makro dan mikro yang terkandung didalam Hyponex Hijau dan ditambah penyehat tanaman M-Dext dan Mikroplus. Sedangkan ZPT terdapat dalam Vitamin B1 yang mengandung NAA. Norid sebagai arang aktif yang membantu pertumbuhan akar dengan memberi efek gelap pada media dengan pemadat Tapioka yang juga dapat memadatkan jika dengan pemanasan yang tepat, yaitu 90 0 C.
Media Alternatif lebih murah dan mudah didapat dan dapat menggantikan media lain misalnya MS yang tergolong mahal sehingga membutuhkan input dana yang besar jika menggunakannya. Media MS-0 kurang lebih membutuhkan dana sebesar Rp. 15.0000 perliter pembuatan media, sedangkan media laternatif hanya membutuhkan dana Rp 348 per liter pembuatan media.
Perlakuan I yaitu dengan sub kultur dari media MS-BAP ke media Alternatif, dan Perlakuan II yaitu sub kultur dari media Alternatif ke Media Alternatif. Parameter yang diamati adalah akar, tunas jumlah daun, dan kontaminasi. Hasil pada dua perlakuan menunjukan dari tingkat kontaminasi perlakuan II lebih baik yaitu dengan nilai P < 0.01 yang berarti sangat berbeda nyata. Hasil P sebesar 0.008. Perlakuan terhadap biji eksplan biji hanya dengan dua kali ulanga. Hal ini dikarenakan lebih memprioritaskan sub kultur dengan tujuan mendapatkan hasil kultur yang lebih baik yaitu dengan pemilihan jenis yang baik akan menghasilkan hasil kultur yang baik pula. Dari hasil yang didapatkan diketahui bahwa dengan media Alternatif dapat dijadikan media tumbuh bagi ekplan biji Mahkota Dewa sedangkan untuk sub kultur juga dapat tumbuh jika multiplikasi dilakukan dari media Alternatif ke Media Alternatif