Ringkasan: Andre Lukmana Budhiarto. E33104029. Teknik Perbanyakan Bibit Jelutung (Dyera costulata) Melalui Kultur Jaringan Dibawah Bimbingan Ir. Edhi Sandra, M.Si.
Kultur jaringan merupakan salah satu teknik budidaya untuk mendapatkan tanaman baru yang sama dengan induknya, produksi bibit dalam jumlah besar dan bebas dari hama dan penyakit. Berdasarkan etimologi, kultur jaringan berasal dari kata tissue culture. Tissue atau jaringan adalah kelompok sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama, sedangkan culture atau kultur adalah budidaya, Dengan demikian kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat dan karakter yang sama seperti induknya.
Menurut Darmono (2003) kultur jaringan adalah teknik pengisolasian bagian tanaman seperti organ, jaringan, sel, dan protoplast yang selanjutnya ditumbuhkan dalam media buatan secara aseptic atau bebas hama dan penyakit, sehingga bagian-bagian tersebut berregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Oleh karena itu teknik kultur jaringan disebut juga sebagai kultur aseptic atau kultur in vitro.
Jelutung merupakan salah satu jenis pohon raksasa dengan diameter batang mencapai 240 cm dan tinggi lebih dari 45 m, berbatang lurus dengan percabangan pertama dimulai pada ketinggian sekitar 30 m. Kayu jelutung bersifat lunak dan berwarna putih dengan tekstur permukaan agak rata, halus dan licin (DEPHUT 2004).
Biji jelutung mempunyai warna coklat tua dan bersayap. Sekilas biji jelutung hamper mirip dengan biji mahoni, tetapi lebih besar. Warna biji tanpa seludang biji berwarna putih. Jelutung (Dyera constulata) menghasilkan getah sekitar 1,25 kg atau 2,5 kali lebih banyak dari Dyera laxiflora yang hanya menghasilkan 0,5 kg getah. Di Kalimantan dari satu pohon jelutung atau pantung rata-rata dapat menghasilkan pantung seberat setengah pikul atau rata-rata produksi getah jelutung sebanyak 50 kg/pohon/tahun.
Teknik kultur jaringan menggunakan eksplan biji jelutung memang sangat jarang, akan tetapi dengan teknik ini, produksi bibit jelutung akan lebih berkualitas. Tahapan dari kultur jaringan secara secara garis besarnya meliputi: penyediaan bahan tanaman (eksplan) dari induk terpilih; sterilisasi eksplan yang akan ditanam pada media inisiasi; penanaman pada media untuk penggandaan atau multiplikasi tunas; penanaman pada media untuk perakaran atau pembentukan planlet; dan aklimatisasi (Murashige 1974; George & Sherrington 1984).
Meskipun perbanyakan melalui teknik kultur jaringan saat ini masih sangat terbatas dikarenakan membutuhkan jumlah dana yang tidak sedikit dan terbatasnya sumberdaya manusia yang berkompeten, kultur jaringan kelak akan menjadi semacam teknologi maju dan tepat guna yang dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di Indonesia, serta menjadi sarana untuk melestarikan spesies-spesies pohon di Indonesia.
Kultur jaringan merupakan salah satu teknik budidaya untuk mendapatkan tanaman baru yang sama dengan induknya, produksi bibit dalam jumlah besar dan bebas dari hama dan penyakit. Berdasarkan etimologi, kultur jaringan berasal dari kata tissue culture. Tissue atau jaringan adalah kelompok sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama, sedangkan culture atau kultur adalah budidaya, Dengan demikian kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat dan karakter yang sama seperti induknya.
Menurut Darmono (2003) kultur jaringan adalah teknik pengisolasian bagian tanaman seperti organ, jaringan, sel, dan protoplast yang selanjutnya ditumbuhkan dalam media buatan secara aseptic atau bebas hama dan penyakit, sehingga bagian-bagian tersebut berregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Oleh karena itu teknik kultur jaringan disebut juga sebagai kultur aseptic atau kultur in vitro.
Jelutung merupakan salah satu jenis pohon raksasa dengan diameter batang mencapai 240 cm dan tinggi lebih dari 45 m, berbatang lurus dengan percabangan pertama dimulai pada ketinggian sekitar 30 m. Kayu jelutung bersifat lunak dan berwarna putih dengan tekstur permukaan agak rata, halus dan licin (DEPHUT 2004).
Biji jelutung mempunyai warna coklat tua dan bersayap. Sekilas biji jelutung hamper mirip dengan biji mahoni, tetapi lebih besar. Warna biji tanpa seludang biji berwarna putih. Jelutung (Dyera constulata) menghasilkan getah sekitar 1,25 kg atau 2,5 kali lebih banyak dari Dyera laxiflora yang hanya menghasilkan 0,5 kg getah. Di Kalimantan dari satu pohon jelutung atau pantung rata-rata dapat menghasilkan pantung seberat setengah pikul atau rata-rata produksi getah jelutung sebanyak 50 kg/pohon/tahun.
Teknik kultur jaringan menggunakan eksplan biji jelutung memang sangat jarang, akan tetapi dengan teknik ini, produksi bibit jelutung akan lebih berkualitas. Tahapan dari kultur jaringan secara secara garis besarnya meliputi: penyediaan bahan tanaman (eksplan) dari induk terpilih; sterilisasi eksplan yang akan ditanam pada media inisiasi; penanaman pada media untuk penggandaan atau multiplikasi tunas; penanaman pada media untuk perakaran atau pembentukan planlet; dan aklimatisasi (Murashige 1974; George & Sherrington 1984).
Meskipun perbanyakan melalui teknik kultur jaringan saat ini masih sangat terbatas dikarenakan membutuhkan jumlah dana yang tidak sedikit dan terbatasnya sumberdaya manusia yang berkompeten, kultur jaringan kelak akan menjadi semacam teknologi maju dan tepat guna yang dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di Indonesia, serta menjadi sarana untuk melestarikan spesies-spesies pohon di Indonesia.