RINGKASAN: Eka Primawati. E34101035. Perbanyakan Cendana (Santalum album Linn.) secara Kultur In-vitro dengan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Sitokinin (BAP dan Kinetin). Dibimbing oleh: Ir Edhi Sandra, M.Si. dan Mia Kosmiatin, S.Si, M.Si.
Cendana (Santalum album Linn.) merupakan hasil hutan kayu yang khas dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Timor Timur (Timtim). Tanaman ini mempunyai nilai ekonomis tinggi, karena dapat menghasilkan minyak atsiri dengan aroma spesif1k, sebagai bahan dasar parfum, sabun dan kemenyan serta mempunyai khasiat sebagai obat pereda kejang, mual dan demam. Keberadaan Cendana sekarang merupakan tanaman langka, hal ini tercatat dalam IUCN Red List 1994 merupakan Threatened Species. Oleh sebab itu segera dilakukan tindakan budidaya, salah satunya melalui kultur in-vitro dengan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) Sitokinin yaitu BAP (6-benzylaminopurine), Kinetin (6¬furfurylaminopurine) dan kombinasinya. Supaya mendapatkan perbanyakan Cendana optimal, maka penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian zat pengatur tumbuh kelompok Sitokinin yaitu BAP, Kinetin atau kombinasinya pada perbanyakan Cendana.
Kegiatan Penelitian berlangsung di Unit Kultur Jaringan Laboratorium Konservasi Tumouhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB, selama 5 bulan mulai dari bulan Mei sampai September 2005. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 1 faktorial yaitu pemberian ZPT berupa BAP, Kinetin dan kombinasinya, diberikan pada media Murashige and skoog (MS) terdiri atas 10 perlakuan dengan masing-masing perlakuan 10 ulangan. Perlakuan Al (BAP 0 mg/I : Kinetin 0 mg/I), A2 (BAP 0.5 mg/I : Kinetin 0 mg/I), A3 (BAP I mg/I : Kinetin 0 mg/I), A4 (BAP 1.5 mg/I : Kinetin 0 mg/I), AS (BAP 2.0 mg/I : Kinetin 0 mg/I), A6 (BAP 0 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I), A7 (BAP 0.5 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I), A8 (BAP 1.0 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I), A9 (BAP 1.5 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I), dan AIO (BAP 2.0 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I). Peubah-peubah yang diamati dan diukur adalah pengamatan visual, jumlah tunas, jumlah buku, tinggi dan jumlah daun.
Berdasarkan hasil pengamatan visual terjadi kontaminasi, namun cukup rendah sebesar 17%. Eksplan berupa pucuk yang digunakan menunjukan gejala pencoklatan terutama pada bagian yang dipotorig. Terdapat pertumbuhan kalus, namun tidak mendominasi pada setiap perlakuan, hanya terdapat pada beberapa eksplan pada perlakuan A9 (BAP 1.5 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I). Kerontokan daun terjadi hingga mencapai presentase 15.61%, kemudian dilakukan tindakan subkultur dengan dilakukan penambahan Glutamin sebanyak 100 mg/I pada media. Persentase rata-rata kerontokan daun mengalami penurunan sebesar 6.70%.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ZPT Sitokinin yaitu BAP memberikan pengaruh berbeda sangat nyata, sedangkan Kinetin dan kombinasinya tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah tunas. Nilai rata-rata
pertambahan jumlah tunas terbesar terdapat pada perlakuan A9 yaitu media MS dengan penambahan BAP1.5 mg/I dan Kinetin 0.2 mg/I dengan angka sebesar 1.40, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada perlakuan Al (BAP 0 mg/I : Kinetin 0 mg/1) dan A3 (BAP 1 mg/1 : Kinetin 0 mg/1) dengan angka sebesar 0.00.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ZPT BAP memberikan pengaruh berbeda sangat nyata, sedangkan Kinetin dan kombinasinya tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan jumlah buku. Nilai rata-rata pertambahan jumlah buku terbesar terdapat pada perlakuan A9 (BAP 1.5 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I) yaitu 4.40, sedangkan pada perlakuan A6 (BAP 0 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I) memberikan pengaruh terhadap rata-rata pertambahanjumlah buku terendah sebesar 1.50.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ZPT BAP memberikan pengaruh berbeda sangat nyata, Kinetin memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dan kombinasinya memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap tinggi eksp1an. Dapat dilihat nilai rata-rata pertambahan tinggi terbesar terdapat pada perlakuan A9 yaitu media MS dengan penambahan kombinasi BAP 1.5 mg/1 dan Kinetin 0.2 mg/I menunjukkan angka pertambahan tinggi sebesar 1.40 em, sedangkan nilai rata-rata pertambahan tinggi terendah terdapat pada perlakuan A6 dengan pemberian Kinetin 0.2 mg/1 menunjukkan angka pertambahan 0.48 em.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ZPT BAP, Kinetin dan kombinasinya memberikan pengaruh terhadap pertambahan jum1ah daun tahap ke-1. Rata-rata pertambahan tinggi terbesar terdapat pada perlakuan A3 yaitu Media MS dengan penambahan BAP 1 mg/I dengan angka pertambahan sebesar 13.20 helai, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada perlakuan A6 (BAP 0 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I) dengan angka sebesar 2.80 helai.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pemberian ZPT Kinetin memberikan pengaruh berbeda sangat nyata, sedangkan BAP dan kombinasinya tidak berpengaruh terhadap pertambahan jum1ah daun pada tahap ke-2 pengamatan. Rata-rata pertambahan jumlah daun terbesar' terdapat pada perlakuan A4 yaitu media MS dengan penambahan BAP 1.5 mg/I dengan nilai sebesar 4.30 he1ai, sedangkan pertambahan jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan A6 (BAP o mg/I : Kinetin 0.2 mg/1) dengan ni1ai 0.50 helai.
Seeara umum perlakuan A9 dengan pemberian ZPT kombinasi yaitu BAP 1.5 mg/I dan Kinetin 0.2 mg/I menunjukkan nilai rata-rata pertambahan terbaik pada peubah jum1ah tunas, jumlah buku dan tinggi eksp1an Cendana. Rata-rata pertambahan jum1ah daun tahap ke-1 ni1ai tertinggi terdapat pada perlakuan A3 dengan pemberian BAP konsentrasi 1 mg/1, sedangkan pertambahan jum1ah daun tahap ke-2 nilai tertinggi terdapat pada perlakuan A4 dengan BAP konsentrasi 1.5 mg/I. Penambahan Glutamin 100 mg/1 pada media dengan penambahan BAP dan Kinetin berhasil mengurangi kerontokan daun.
Cendana (Santalum album Linn.) merupakan hasil hutan kayu yang khas dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Timor Timur (Timtim). Tanaman ini mempunyai nilai ekonomis tinggi, karena dapat menghasilkan minyak atsiri dengan aroma spesif1k, sebagai bahan dasar parfum, sabun dan kemenyan serta mempunyai khasiat sebagai obat pereda kejang, mual dan demam. Keberadaan Cendana sekarang merupakan tanaman langka, hal ini tercatat dalam IUCN Red List 1994 merupakan Threatened Species. Oleh sebab itu segera dilakukan tindakan budidaya, salah satunya melalui kultur in-vitro dengan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) Sitokinin yaitu BAP (6-benzylaminopurine), Kinetin (6¬furfurylaminopurine) dan kombinasinya. Supaya mendapatkan perbanyakan Cendana optimal, maka penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian zat pengatur tumbuh kelompok Sitokinin yaitu BAP, Kinetin atau kombinasinya pada perbanyakan Cendana.
Kegiatan Penelitian berlangsung di Unit Kultur Jaringan Laboratorium Konservasi Tumouhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB, selama 5 bulan mulai dari bulan Mei sampai September 2005. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 1 faktorial yaitu pemberian ZPT berupa BAP, Kinetin dan kombinasinya, diberikan pada media Murashige and skoog (MS) terdiri atas 10 perlakuan dengan masing-masing perlakuan 10 ulangan. Perlakuan Al (BAP 0 mg/I : Kinetin 0 mg/I), A2 (BAP 0.5 mg/I : Kinetin 0 mg/I), A3 (BAP I mg/I : Kinetin 0 mg/I), A4 (BAP 1.5 mg/I : Kinetin 0 mg/I), AS (BAP 2.0 mg/I : Kinetin 0 mg/I), A6 (BAP 0 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I), A7 (BAP 0.5 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I), A8 (BAP 1.0 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I), A9 (BAP 1.5 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I), dan AIO (BAP 2.0 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I). Peubah-peubah yang diamati dan diukur adalah pengamatan visual, jumlah tunas, jumlah buku, tinggi dan jumlah daun.
Berdasarkan hasil pengamatan visual terjadi kontaminasi, namun cukup rendah sebesar 17%. Eksplan berupa pucuk yang digunakan menunjukan gejala pencoklatan terutama pada bagian yang dipotorig. Terdapat pertumbuhan kalus, namun tidak mendominasi pada setiap perlakuan, hanya terdapat pada beberapa eksplan pada perlakuan A9 (BAP 1.5 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I). Kerontokan daun terjadi hingga mencapai presentase 15.61%, kemudian dilakukan tindakan subkultur dengan dilakukan penambahan Glutamin sebanyak 100 mg/I pada media. Persentase rata-rata kerontokan daun mengalami penurunan sebesar 6.70%.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ZPT Sitokinin yaitu BAP memberikan pengaruh berbeda sangat nyata, sedangkan Kinetin dan kombinasinya tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah tunas. Nilai rata-rata
pertambahan jumlah tunas terbesar terdapat pada perlakuan A9 yaitu media MS dengan penambahan BAP1.5 mg/I dan Kinetin 0.2 mg/I dengan angka sebesar 1.40, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada perlakuan Al (BAP 0 mg/I : Kinetin 0 mg/1) dan A3 (BAP 1 mg/1 : Kinetin 0 mg/1) dengan angka sebesar 0.00.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ZPT BAP memberikan pengaruh berbeda sangat nyata, sedangkan Kinetin dan kombinasinya tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan jumlah buku. Nilai rata-rata pertambahan jumlah buku terbesar terdapat pada perlakuan A9 (BAP 1.5 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I) yaitu 4.40, sedangkan pada perlakuan A6 (BAP 0 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I) memberikan pengaruh terhadap rata-rata pertambahanjumlah buku terendah sebesar 1.50.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ZPT BAP memberikan pengaruh berbeda sangat nyata, Kinetin memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dan kombinasinya memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap tinggi eksp1an. Dapat dilihat nilai rata-rata pertambahan tinggi terbesar terdapat pada perlakuan A9 yaitu media MS dengan penambahan kombinasi BAP 1.5 mg/1 dan Kinetin 0.2 mg/I menunjukkan angka pertambahan tinggi sebesar 1.40 em, sedangkan nilai rata-rata pertambahan tinggi terendah terdapat pada perlakuan A6 dengan pemberian Kinetin 0.2 mg/1 menunjukkan angka pertambahan 0.48 em.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ZPT BAP, Kinetin dan kombinasinya memberikan pengaruh terhadap pertambahan jum1ah daun tahap ke-1. Rata-rata pertambahan tinggi terbesar terdapat pada perlakuan A3 yaitu Media MS dengan penambahan BAP 1 mg/I dengan angka pertambahan sebesar 13.20 helai, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada perlakuan A6 (BAP 0 mg/I : Kinetin 0.2 mg/I) dengan angka sebesar 2.80 helai.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pemberian ZPT Kinetin memberikan pengaruh berbeda sangat nyata, sedangkan BAP dan kombinasinya tidak berpengaruh terhadap pertambahan jum1ah daun pada tahap ke-2 pengamatan. Rata-rata pertambahan jumlah daun terbesar' terdapat pada perlakuan A4 yaitu media MS dengan penambahan BAP 1.5 mg/I dengan nilai sebesar 4.30 he1ai, sedangkan pertambahan jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan A6 (BAP o mg/I : Kinetin 0.2 mg/1) dengan ni1ai 0.50 helai.
Seeara umum perlakuan A9 dengan pemberian ZPT kombinasi yaitu BAP 1.5 mg/I dan Kinetin 0.2 mg/I menunjukkan nilai rata-rata pertambahan terbaik pada peubah jum1ah tunas, jumlah buku dan tinggi eksp1an Cendana. Rata-rata pertambahan jum1ah daun tahap ke-1 ni1ai tertinggi terdapat pada perlakuan A3 dengan pemberian BAP konsentrasi 1 mg/1, sedangkan pertambahan jum1ah daun tahap ke-2 nilai tertinggi terdapat pada perlakuan A4 dengan BAP konsentrasi 1.5 mg/I. Penambahan Glutamin 100 mg/1 pada media dengan penambahan BAP dan Kinetin berhasil mengurangi kerontokan daun.