Show Mobile Navigation

Artikel Terkini

Berlangganan Artikel Kuljar Via Email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Pendaftaran

kuljar pule pandak
Showing posts with label kuljar pule pandak. Show all posts
Showing posts with label kuljar pule pandak. Show all posts

11 June 2010

Pengaruh pH Media Kultur Jaringan Terhadap Pertumbuhan Pule Pandak (Rauwolfia serpentina Benth ex Kurtz )

Esha Garden - Friday, June 11, 2010
RINGKASAN: Yulia Fitriani. E03496032  Pengaruh pH Media Kultur Jaringan Terhadap Pertumbuhan Pule Pandak (Rauwolfia serpentina Benth ex Kurtz ). Dibawah bimbingan Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS dan Ir. Edhi Sandra, M. Si. 

Salah satu pembiakan tumbuhan obat dapat dilakukan dengan cara kultur jaringan, metode tersebut merupakan salah satu alternatif dari metode pembiakan vegetatif yang mempunyai kelebihan antara lain: I) menumbuhkan organ atau bagian tanaman dalam  kondisi aseptik bebas gangguan hama dan penyakit, 2) digunakan untuk perbanyakan tanaman secara cepat dalam jumlah yang banyak, 3) tidak memerlukan tempat yang luas karena biakan tanaman ditempatkan dalam  botol-botol serta tidak tergantung musim (Fatkurrohyani, 1998). 

Pemilihan pule pandak dalam penelitian ini dikarenakan tumbuhan tersebut merupakan salah satu spesies tumbuhan obat tropika yang memiliki kandungan metabolik sekunder pada  bagian akar berkhasiat obat dan tergolong tanaman langka, saat mi usaha budidaya dan penyediaan bahan baku belum mencukupi permintaan konsumen (Zuhud dan Siswoyo, 1995).

Tujuan dan penelitian mi adalah untuk mengetahui tingkat  pH media yang optimal bagi pertumbuhan  pule pandak (R. serpentina Benh)  secara kuantitatif dengan menggunakan metode kultur jaringan. 

Penelitian dilaksanakan di Unit Kultur Jaringan Laboratorium Konservasi Tumbuhan Jurusan Kouservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan.  Institut Pertanian Bogor, Pemilihan media yang digunakan dalam penelitian adalah media MS penuh, larutan ini  telah dimodifikasi dengan penambahan vitamin,  asam amino, sukrosa (3Ogr/l), arang aktif (1,0 mg/I), hormon IBA (1,0 mg/I), agar-agar (6 gr/l)   dan beberapa perlakuan tingkat  pH  meliputi pH 4, pH 5, pH 6, pH 7, pH 8, dan pH 9.  Masing-rnasing terdiri dan 10 ulangan, media MS dibentuk dalam bentuk padat dimana larutan  dituangkan dalam botol-botol kultur sebanyak 30 mI/botol dan ditutup rapat dengan alumunium  foil.   Peralatan yang digunakan dalam penelitian terlebih dahulu disterilisasikan deugan cara di autoklaf dengan tekanan 17,5 psi suhu 121 °C selama 1 jam. 

Bahan tanaman yang digunakan adalah pucuk tanaman pule pandak hasil  sub kultur dengan panjang eksplan sebesar 2 cm, sebelum dilaksanakan penanaman ke dalam botol kultur bahan yang diperlukan disterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan baycline (natrium  hipoklorit 5 %), dan dibilas dengan menggunakan aquades.

Pengamatan diarahkan pada deskripsi kondisi eksplan (pertumbuhan eksplan, pembentukan akar, kalus dan daun, warna daun, bentuk perakaran serta kondisi media).  Sedangkan jumlah berakar, jumlah berkalus dan berat basah serta berat kering sebagai pendekatan kuantitatif.   Pengambilan data dilaksanakan selama tiga bulan terliitung bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2000.


Dan hasil penelitian diketahui bahwa peubah jumlah kultur yang hidup, kultur yang terkena kontaminan pada berbagai tingkat perlakuan pH menunjukkan keberhasilan hidup eksplan pule pandak sebesar 40 %, nilai standar deviasi sebesar 1,789, Dengan persentase kontaminan cendawan sebesar 48,34 %, nilai standar deviasi sebesar 1,472 dan persen keniatian sebesar 1,67 %, nilai standar deviasi sebesar 0,408.

Rata-rata jumlah berakar sebesar 1,33, nilai standar deviasi 0,516 dan rata-rata jumlah berkalus sebesar 1,67, nilai standar deviasi 1,367, Persentasi berakar sebesar 13,34 % dan persen  berkalus sebesar 16,67 %.  Perhitungan rata-rata berat basah dan berat kering serta rendeman yang dihasilkan dari hasil  penimbangan menunjukkan nilai terbesar didapat pada media dengan perlakuan  pH 7 dengan rata-rata berat basah total 0,378 gram, nilai standar deviasi sebesar 0,595.

Rata-rata berat basah akar 1,110 gram, nilai standar deviasi sebesar 0. Rata-rata berat kering total 0,040 gram, nilai standar deviasi sebesar 0,059. Rata-rata berat kering akar 0,101 gram, nilai standar deviasi sebesar 0. Rendemen total 0,337 gram, nilai standar deviasi sebesar 0,287 dan rendemen akar 1,009 grain, nilai standar deviasi sebesar 0.

Respon eksplan terhadap rata-rata jumlah pertumbuhan daun yang paling optimum diperoleh dari media dengan perlakuan pH 6, sebanyak 8 daun. Persentase jumlah eksplan berdasarkan warna eksplan stek pucuk pule pandak terbaik diperoleh oleh media dengan perlakuan pH 5, pH 6, pH 7 dan pH 8 yaitu 100 % berwarna hijau kekuning-kuningan.


Dan hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa media dengan perlakuan pH 6 - 7 (netral) memberikan  respon pertumbuhan akar eksplan dan daun yang optimal dibandingkan perlakuan lainnya.


Ada beberapa hal yang perlu dikaji lebih mendalam, untuk itu dirasakan sangat penting untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan jenis media MS 1/2  atau penggunaan jenis media Iainnya dalam penelitian selanjutnya, penggunaan selang tingkat pH media yang relatif lebih sempit untuk lebih mengetahui tingkat pH yang optimum bagi tanaman tersebut, penambahan jumlah ulangan untuk menghindani bias dan pemilihan ZPT dengan konsentrasi yang berbeda terhadap stek pucuk pule pandak yang  memungkinkan lebih memacu pembentukan akar baik secara kuantitas dan kualitas, serta perlu pertimbangan lebih lanjut mengenai penggunaan arang aktif dalam penelitian selanjutnya.

Enhanced by Zemanta

Bookmark and Share

18 May 2010

Pemberian Ekstrak Bawang Merah, Liquinox Start, NAA, Rootone-F Untuk Aklimatisasi Stek Mini Pule Pandak

Esha Garden - Tuesday, May 18, 2010
Rauvolfia serpentinaImage by dinesh_valke via Flickr
RINGKASAN: NOFRIZAL M. Pemberian Ekstrak Bawang Merah, Liquinox Start, NAA, Rootone-F Untuk Aklimatisasi Stek Mini Pule Pandak (Rauvolfia serpentina Benth.) Hasil Kultur In Vitro. Dibimbing oleh EDHI SANDRA. dan ERVIZAL A.M. ZUHUD.

Pule pandak (Rauvolfia serpentina Benth.) merupakan salah satu jenis tumbuhan langka dan famili Apocynaceae yang mengandung senyawa alkaloid dan banyak digunakan masyarakat sebagai bahan obat diantaranya obat untuk mengatasi tekanan darah tinggi, disentri dan kurang nafsu makan. Salah satu usaha untuk menyelamatkan pule pandak dan kepunahan adalah dengan keg iatan konservasi ex-situ. Penelitian aklimatisasi stek mini pule pandak dilakukan untuk menjawab saiah satu permasalahan yang muncul seteiah perbanyakan dengan teknik kuitur janingan.

Penelitian dilakukan pada 26 Februari - 21 Mei 2007 di rumah kaca Pusat Konservasi Ex-Situ Tumbuhan Obat Hutan Tropika, Laboratorium Konservasi Tumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. B

ahan tanaman yang digunakan adalah stek mini pule pandak hasil kultur in vitro. Bahan perlakuan berupa ekstrak bawang merah 200 mIll, liquinox start 2 mI/i, NAA 2 mg/i, rootone-F dan gabungan NAA 2 mg/I dengan rootone-F.

Semua perlakuan dicampur juga dengan larutan byponex hijau 2 g/l kecuali rootone-F, yang diberikan pada saat perendaman stek dan perawatan. Media tanam berupa campuran arang sekam, pasir dan kompos (1:1:1).

Pengamatan dilakukan terhadap seluruh unit contoh yang ditanam, meliputi: persentase peluang hidup, persentase stek berakar, panjang akar, pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan perubahan warna daun. Pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan Percobaan Satu Faktor (Single Factor Experiments) dengan metode Rancangan Acak Lengkap (Completely Randomize Design).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan memiliki pengaruh nyata terhadap persentase peluang hidup dan parameter pertumbuhan pule pandak terutama dalam hal perakaran dan pertambahan tinggi tanaman.

Secara umum bibit terbaik yang dihasilkan dan akiimatisasi stek mini pule pandak berasal dan perlakuan kontrol dan kemudian diikuti oleh rootone-F. Ukuran akar terpanjang dthasilkan dan perlakuan rootone-F. Sedangkan untuk pertambahan tinggi tanaman tertinggi dihasilkan oleh perlakuan ekstrak bawang merah dan rootone-F.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan aklimatisasi stek mini pule pandak antara lain faktor hormon dan zat pengatur tumbuh, faktor lingkungan yang mencakup media perakaran, kelembaban, suhu, dan intensitas cahaya serta faktor bahan stek.

Kesimpulan yang dapat diambil dan penelitian mi adalah semua perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan akar dan pertambahan tinggi batang. Bibit terbaik dilihat dan rata-rata panjang akar dan pertambahan batang dihasilkan oleh rootone-F. Peluang hidup tertinggi dihasilkan oleh kontrol.


Kata kunci: pule pandak, ekstrak bawang merah, liquinox start, NAA, rootone-F, aklimatisasi, stek mini, kultur in vitro.

Bookmark and Share

Enhanced by Zemanta

09 May 2010

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Alkaloid Pule pandak

Esha Garden - Sunday, May 09, 2010
RINGKASAN: Muhammad Alam Firmansyah. E03497037. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Alkaloid Pule pandak (Rauwolfia serpentina Benth.) Hasil KuItur In vitro. Dibawah bimbingan Ir. Edhi Sandra, M.Si.

Pule pandak (Rauwolfia serpentina Benth.) merupakan salah satu spesies tumbuhan hutan tropika yang dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat dan tergolong langka di dunia. Menurut WHO (1994) dalam Siswoyo dan Zuhud (1995), spesies ini merupakan salah satu spesies yang termasuk dalam Hand book of Herbal Medicine Traditional Medicine Division. WHO-Genewa.

Sampai saat ini, kebutuhan bahan baku simplisia Pule pandak masih dipenuhi dari hasil pemanenan langsung di alam. Di sisi lain, kebutuhan akan bahan baku simplisia Pule pandak, baik dalam negeri maupun dan negara-negara industri farmasi, terus meningkat dan belum terpenuhi. Pada tahun 2000, permintaan akan bahan haku tersebut meneapai 6.898 kg dengan trend pertambahan sebesar 25,89 % per tahun (Data Olahan Balitro, 1990 dalam Sandra dan Kemala, 1994).

Untuk dapat mengimbangi tingkat permintaan bahan baku simplisia Pule pandak dan menyelamatkannya dari.
kepunahan, perlu dilakukan kegiatan konservasi maupun budidaya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memudahkan kegiatan tersebut. Salah satunya adalah dengan kultur in vitro sebagai alterrnatif penerapan teknologi yang dapat ditujukan untuk kepentingan budidaya ekonomis maupun konservasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT) terhadap pertumbuhan Pule pandak (Rauwolfia serpentina Benth.) hasil kultur in vitro. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang terbaik untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas Pule pandak (Rauwolfia serpentina Benth.).

Penelitian ini dilaksanakan di Unit Kultur Jaringan Laboratonum Konservasi Tumbuhan Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Pengambilan data primer dilakukan selama tiga bulan dari tanggal 5 September 2001 sampai tanggal 5 Desember 2001.

Media dasar yang digunakan pada pereobaan ini adalah media MS penuh dengan penambahan Zat Pengatur Tumbuh yaitu IBA 2 (2 mg/I), NAA 2 (2 mg/l), IBA 1 (1 mg/l) + NAA 1 (1 mg/l), BAP 1 (1 mg/I), BAP 1 (1 mg/I) + IBA 2 (2 mg/I), BAP 1 (1mg/I) + NAA 2 (2 mg/I), BAP 1 (1 mg/I) + IBA 1 (1mg/I) + NAA 1 (1 mg/l), BAP 2 (2 mg/I), BAP 2 (2 mg/I)+ lBA 2 (2 mg/I), BAP 2 (2 mg/I) + NAA 2 (2 mg/I), BAP 2 (2 mg/I) + IBA 1 (1mg/I) + NAA 1 (1 mg/I). Kultur diinkubasikan pada suhu 25"C - 28"C selama 3 bulan dengan intensitas cahaya normal.

Parameter-parameter pertumbuhan eksplan Rauwolfia serpentine Benth. berupa tinggi total, jumlah tunas, jumlah daun, kalus, dan pucuk memberikan respon positif terhadap perlakuan yang diberikan. Tinggi percabangan dan perakaran tidak memberikan respon terhadap perlakuan.

Penggunaan zat pengatur tumbuh memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,05),>

Rata-rata tertinggi untuk parameter tinggi total diperoteh pada penggunaan IBA 2 ml/l, sedangkan rata-rata terendah diperoleh pada penggunaan BAP 2 mg/I + NAA 2 mg/I.

Rata-rata tertinggi untuk jumlah tunas adalah pada perlakuan dengan menggunakan BAP I, sedangkan rata-rata terendah adalah pada perlakuan BAP 2 + NAA 2.

Rata-rata tertinggi dari percabangan adalah pada perlakuan dengan menggunakan BAP 1, sedangkan rata-rata terendah pada perlakuan BAP 2 + NAA 2, yaitu O. Rata-rata tertinggi dari jumlah daun diperoleh dan perlakuan dengan menggunakan BAP1, sedangkan rata-rata terendah pada perlakuan dengan menggunakan BAP 2 + IBA 1 + NAA I.

Rata-rata tertinggi dari berat basah kalus diperoleh dari perlakuan dengan menggunakan BAP 2 + NAA 2, sedangkan terendah yaitu dengan menggunakan perlakuan kontrol, BAP 1, dan BAP 2, yaitu O. Rata-rata tertinggi dari berat kering kalus diperoleh dari perlakuan dengan menggunakan BAP.


2 + IBA 1 + NAA 1, sedangkan terendah yaitu dengan menggunakan perlakuan kontrol, BAP 1, dan BAP 2, yaitu O. Rata-rata tertinggi dari % kadar air kalus diperoleh dari perlakuan dengan menggunakan BAP 2 + NAA 2, sedangkan terendah yaitu dengan menggunakan perlakuan kontrol, BAP 1, dan BAP 2, yaitu O.

Rata-rata tertinggi untuk berat basah pucuk yaitu pada perlakuan NAA 2, sedangkan rata-rata terendah dari berat basah pucuk adalah BAP 2 + NAA 2. Rata-rata tertinggi untuk berat kering pucuk yaitu pada perlakuan BAP 2, Sedangkan rata-rata terendah dari berat kering pucuk adalah BAP 2 + IBA 1 + NAA 1. Rata-rata tertinggi untuk % kadar air pucuk yaitu pada perlakuan BAP 2 + IBA 1 + NAA I, sedangkan rata-rata terendah dari % kadar air pucuk adalah BAP I.

Berdasarkan hasil HPLC maka diketahui bahwa kadar Alkaloid tertinggi ditunjukkan pada perlakuan BAP 2 + IBA 1 + NAA 1. Sedangkan yang terendah adalah Kontrol, BAP 1, dan BAP 2 yaitu 0 karena memang tidak ada kalus dan akar. Alkaloid yang diuji di atas adalah dari golongan reserpine karena golongan yang lain tidak bisa diuji statistik karena umumnya O.

Hal baru yang ditemukan adalah tingginya kandungan alkaloid pada batang dan lebih tinggi dari alkaloid pada kalus.

Kandungan alkaloid yang cukup tinggi pada batang ini membutuhkan penelitian lebih lanjut. Apabila dikemudian hari memang teruji bahwa batang memiliki kandungan alkaloid yang tinggi pada berbagai perlakuan, maka penelitian ini menjadi terfokus pada batang dan akar. Karena batang tumbuh lebih cepat dibandingkan akar, maka industri yang memproduksi metabolit sekunder memiliki masa depan yang cerah. Satu hal yang tak kalah penting dengan hasil penemuan ini maka tidak ada satu bagian pun dari Pule pandak yang dibuang atau menjadi limbah karena semuanya bermanfaat.

Previous
Editor's Choice