RINGKASAN: Ajat Sudrajat. NRP E03400012. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Benzylaminopurin (BAP) Terhadap Pertumbuhuan Zodia (Evodia suaveolens Scheff) Secara Kultur In Vitro. Dibawah bimbingan Ir. Edhi Sandra, M.Si. dan Ir. Rismita Sari, M.Sc.
Zodia memiliki nama latin Evodia suaveolens Scheff. Tanaman ini berasal dari famili Rutaceae dan diduga berasal dari Papua. Habitus tanaman ini berupa perdu dengan tinggi dari 0,3 – 2 meter dan panjang daun dewasa 20-30 cm. Sebagai salah satu tanaman yang memiliki kandungan obat dan didukung dengan berkembangnya industri obat-obatan tradisional serta kecenderungan masyarakat didalam maupun di luar negeri menggunakan berbagai jenis kosmetik dan obat berbahan alami (herbal). Maka perkembangan tumbuhan obat di Indonesia cukup baik dan menjanjikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar konsentrasi Benzylaminopurn (BAP) terbaik sebagai zat pengatur tumbuh tunas zodia (E. suaveolens Scheff). Penelitian ini dilakukan di unit kultur jaringan Laboratorium Konservasi Tumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pengambilan data dilaksanakan selama 12 minggu (September –Desember 2004). Eksplan yang digunakan adalah pucuk zodia, sebelum ditanam disterilisasi terlebih dahulu Menggunakan HgCl2 dan kloroks. Media yang digunakan adalah media MS (Murashige and Skoog) dengan penambahan sitokinin (BAP konsentrasi 0.0 mg/l (koontrol). 0.5 mg/l, 1.0 mg/l, 1.5 mg/l dan 2.0 mg/l.
Parameter yang diukur berupa pertumbuhan vegetatif eksplan meliputi jumlah daun, jumlah tunas dan tinggi tunas. Selain itu, kontaminasi, warna daun dan pertumbuhan kalus (secara visual). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan ulangan yang sama. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan uji F yang selanjutnya dilakukan uji Duncan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.
Selama pengamatan, terdapat pertumbuhan yang tidak diinginkan atau vitrifikasi pada sebagian kultur. Vitrifikasi tampak dari bentuk daun berupa penebalan dan ukurannya lebih panjang, yang terjadi pada daun paling bawah dan terbentuknya masa tunas yang bergerombol. Perubahan warna daun menjadi putih kecoklatan (transparan) terjadi pada semua perlakuan sejak minggu pertama setelah tanam. Hal ini diduga disebabkan pH pada media mengalami peningkatan dengan berkurangnya unsur hara pada media.
Kontaminasi terjadi pada media kontrol dan media dengan penambahan BAP pada konsentrasi 1.5 mg/l. Kontaminasi diduga terjadi karena kesalahan teknis setelah prosess otoklaf tutup botol kultur tidak dikencangkan kembali sehingga pada waktu penanaman kontaminan masuk dalam botol kultur.
Kalus terbentuk pada pangkal eksplan dan daun bahkan ada eksplan yang hampir semua daunnya terderadasi menjadi kalus. Eksplan berkalus yang paling sedikit yaitu pada perlakuan tanpa penambahan BAP (kontrol) sebesar 2,86% dan paling banyak pada konsentrasi BAP yang tinggi menyebabkan sekumpulan sel aktif membelah dan tidak terorganisir.
Pengaruh pemberian konsentrasi BAP terhadap parameter yang diamati terlihat bahwa pada tingkat konsentrasi yan berbeda memberikan pengaruh yang berbeda-beda. Berdasarkan analisis uji lanjut berganda Duncan terhadap rata-rata tinggi tunas, jumlah tunas dan jumlah daun menunjukan bahwa perlakuan penambahan BAP 1.0 mg/l secara keseluruhan/umum merupakan konsentrasi yang cocok untuk media pertumbuhan zodia.
Berdasarkan masing-masing parameter yang diuji maka untuk rata-rata tinggi tunas, ditunjukan bahwa perlakuan penambahan BAP 2.0 mg/l berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Penambahan BAP 0.5 mg/l dan 1.5 mg/l, tidak berbeda nyata terhadap kontrol begitupun dengan penambahan BAP 1.0 mg/l akan tetapi perlakuan ini juga tidak berbeda dengan perlakuan penambahan BAP 2.0 mg/l. Hal itu menunjukan bahwa konsentrasi BAP 2.0 mg/l dengan nilai rata-rata 5,29 mm merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan tinggi tunas zodia.
Sedangkan untuk jumlah tunas dan jumlah daun, media yang cocok digunakan adalah media dengan penambahan konsentrasi BAP 1.0 mg/l, dengan nilai rata-rata jumlah tunas dan jumlah daun secara berurutan adalah 2,43 pucuk dan 8,43 helai daun. Hal ini sesuai dengan hasil analisis bahwa untuk jumlah daun yang yang memberikan penguruh berbeda nyata satu-satunya adalah media dengan penambahan konsentrasi BAP 1.0 mg/l dengan nilai rata-rata 8,43 helai daun. Sedangkan untuk jumlah tunas, perlakuan pemberian konsentrasi BAP 1.5 mg/l menunjukan pengaruh yang tidak berbeda terhadap kontrol. Tetapi media dengan konsentrasi BAP 0.5 mg/l, BAP 1.0 mg/l dan BAP 2.0 mg/l memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol dengan nilai rata-rata jumlah tunas sebanyak 2,00 pucuk (BAP 0.5 mg/l) dan 2,43 pucuk (BAP 1.0 mg/l dan BAP 2.0 mg/l).
Kesimpulan yang dapat diambil adalah 1) Penambahan zat pengatur tumbuh BAP pada media dengan berbagai konsentrasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter pertumbuhan yaitu tinggi tunas, jumlah tunas, dan jumlah daun. 2) Media yang ditambahkan BAP dengan konsentrasi 2.0 mg/l merupakan media pertumbuhan zodia yang cocok dilihat dari parameter tinggi tunas dengan nilai rata-rata tinggi tunas 5,29 mm. 3) Penambahan BAP 1.0 mg/l pada media merupakan konsentrasi yang cocok untuk pertumbuhan zodia dengan nilai rata-rata 2,43 pucuk dan 8,43 helai daun apabila dilihat dari parameter jumlah tunas dan jumlah daun. 4) Secara umum/keseluruhan BAP 1.0 mg/l yang ditambahkan ke dalam media Murahige & Skoog merupakan konsentrasi yang cocok untuk media pertumbuhan zodia.
Sedangkan sebagai saran dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan : 1) Menggunakan konsentrasi BAP pada interval yang lebih sempit (0.25 mg/l). 2) Menggunakan kombinasi penambahan zat pengatur tumbuh lainnya. 3) Menggunakan jenis eksplan zodia lainnya.
Zodia memiliki nama latin Evodia suaveolens Scheff. Tanaman ini berasal dari famili Rutaceae dan diduga berasal dari Papua. Habitus tanaman ini berupa perdu dengan tinggi dari 0,3 – 2 meter dan panjang daun dewasa 20-30 cm. Sebagai salah satu tanaman yang memiliki kandungan obat dan didukung dengan berkembangnya industri obat-obatan tradisional serta kecenderungan masyarakat didalam maupun di luar negeri menggunakan berbagai jenis kosmetik dan obat berbahan alami (herbal). Maka perkembangan tumbuhan obat di Indonesia cukup baik dan menjanjikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar konsentrasi Benzylaminopurn (BAP) terbaik sebagai zat pengatur tumbuh tunas zodia (E. suaveolens Scheff). Penelitian ini dilakukan di unit kultur jaringan Laboratorium Konservasi Tumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pengambilan data dilaksanakan selama 12 minggu (September –Desember 2004). Eksplan yang digunakan adalah pucuk zodia, sebelum ditanam disterilisasi terlebih dahulu Menggunakan HgCl2 dan kloroks. Media yang digunakan adalah media MS (Murashige and Skoog) dengan penambahan sitokinin (BAP konsentrasi 0.0 mg/l (koontrol). 0.5 mg/l, 1.0 mg/l, 1.5 mg/l dan 2.0 mg/l.
Parameter yang diukur berupa pertumbuhan vegetatif eksplan meliputi jumlah daun, jumlah tunas dan tinggi tunas. Selain itu, kontaminasi, warna daun dan pertumbuhan kalus (secara visual). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan ulangan yang sama. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan uji F yang selanjutnya dilakukan uji Duncan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.
Selama pengamatan, terdapat pertumbuhan yang tidak diinginkan atau vitrifikasi pada sebagian kultur. Vitrifikasi tampak dari bentuk daun berupa penebalan dan ukurannya lebih panjang, yang terjadi pada daun paling bawah dan terbentuknya masa tunas yang bergerombol. Perubahan warna daun menjadi putih kecoklatan (transparan) terjadi pada semua perlakuan sejak minggu pertama setelah tanam. Hal ini diduga disebabkan pH pada media mengalami peningkatan dengan berkurangnya unsur hara pada media.
Kontaminasi terjadi pada media kontrol dan media dengan penambahan BAP pada konsentrasi 1.5 mg/l. Kontaminasi diduga terjadi karena kesalahan teknis setelah prosess otoklaf tutup botol kultur tidak dikencangkan kembali sehingga pada waktu penanaman kontaminan masuk dalam botol kultur.
Kalus terbentuk pada pangkal eksplan dan daun bahkan ada eksplan yang hampir semua daunnya terderadasi menjadi kalus. Eksplan berkalus yang paling sedikit yaitu pada perlakuan tanpa penambahan BAP (kontrol) sebesar 2,86% dan paling banyak pada konsentrasi BAP yang tinggi menyebabkan sekumpulan sel aktif membelah dan tidak terorganisir.
Pengaruh pemberian konsentrasi BAP terhadap parameter yang diamati terlihat bahwa pada tingkat konsentrasi yan berbeda memberikan pengaruh yang berbeda-beda. Berdasarkan analisis uji lanjut berganda Duncan terhadap rata-rata tinggi tunas, jumlah tunas dan jumlah daun menunjukan bahwa perlakuan penambahan BAP 1.0 mg/l secara keseluruhan/umum merupakan konsentrasi yang cocok untuk media pertumbuhan zodia.
Berdasarkan masing-masing parameter yang diuji maka untuk rata-rata tinggi tunas, ditunjukan bahwa perlakuan penambahan BAP 2.0 mg/l berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Penambahan BAP 0.5 mg/l dan 1.5 mg/l, tidak berbeda nyata terhadap kontrol begitupun dengan penambahan BAP 1.0 mg/l akan tetapi perlakuan ini juga tidak berbeda dengan perlakuan penambahan BAP 2.0 mg/l. Hal itu menunjukan bahwa konsentrasi BAP 2.0 mg/l dengan nilai rata-rata 5,29 mm merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan tinggi tunas zodia.
Sedangkan untuk jumlah tunas dan jumlah daun, media yang cocok digunakan adalah media dengan penambahan konsentrasi BAP 1.0 mg/l, dengan nilai rata-rata jumlah tunas dan jumlah daun secara berurutan adalah 2,43 pucuk dan 8,43 helai daun. Hal ini sesuai dengan hasil analisis bahwa untuk jumlah daun yang yang memberikan penguruh berbeda nyata satu-satunya adalah media dengan penambahan konsentrasi BAP 1.0 mg/l dengan nilai rata-rata 8,43 helai daun. Sedangkan untuk jumlah tunas, perlakuan pemberian konsentrasi BAP 1.5 mg/l menunjukan pengaruh yang tidak berbeda terhadap kontrol. Tetapi media dengan konsentrasi BAP 0.5 mg/l, BAP 1.0 mg/l dan BAP 2.0 mg/l memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol dengan nilai rata-rata jumlah tunas sebanyak 2,00 pucuk (BAP 0.5 mg/l) dan 2,43 pucuk (BAP 1.0 mg/l dan BAP 2.0 mg/l).
Kesimpulan yang dapat diambil adalah 1) Penambahan zat pengatur tumbuh BAP pada media dengan berbagai konsentrasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter pertumbuhan yaitu tinggi tunas, jumlah tunas, dan jumlah daun. 2) Media yang ditambahkan BAP dengan konsentrasi 2.0 mg/l merupakan media pertumbuhan zodia yang cocok dilihat dari parameter tinggi tunas dengan nilai rata-rata tinggi tunas 5,29 mm. 3) Penambahan BAP 1.0 mg/l pada media merupakan konsentrasi yang cocok untuk pertumbuhan zodia dengan nilai rata-rata 2,43 pucuk dan 8,43 helai daun apabila dilihat dari parameter jumlah tunas dan jumlah daun. 4) Secara umum/keseluruhan BAP 1.0 mg/l yang ditambahkan ke dalam media Murahige & Skoog merupakan konsentrasi yang cocok untuk media pertumbuhan zodia.
Sedangkan sebagai saran dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan : 1) Menggunakan konsentrasi BAP pada interval yang lebih sempit (0.25 mg/l). 2) Menggunakan kombinasi penambahan zat pengatur tumbuh lainnya. 3) Menggunakan jenis eksplan zodia lainnya.