ABSTRAK: ENDAH DWI RAHAYU. Anoectochilus setaceus (Blume) Lindley. dan Anoectocilus formosanus Hayata pada Berbagai Konsentrasi Thidiazuron Secara In Vitro. Dibimbing oleh EDHI SANDRA dan LAZARUS AGUS SUKAMTO.
Anggrek teratai benang emas genus Anoectochilus diantaranya adalah Anoeclochilus setaceus dan Anoectochilus formosanus. Anggrek teratai benang emas dikenal sebagai tumbuhan hias juga dikenal sebagai tumbuhan obat dan bernilai ekonomi tinggi. Masyarakat melakukan eksploitasi secara besar-besaran, sehingga mengancam kelestariannya.
Perbanyakan anggrek teratai benang emas secara konvensional sangat sulit dikembangkan di lapang. Teknik in vitro atau teknologi kultur jaringan tumbuhan dapat membantu melestarikan tumbuhan obat yang terancam punah ini.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh zat pengatur tumbuh thidiazuron (TDZ) terhadap Anoectochilus setaceus dan Anoectochilus{ormosanus secara in vitro. Rancangan yang digunakan dalam menganalisa data hasil penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap dengan jumlah perlakuan 5 dan jumlah ulangan tidak sarna. Metode yang digunakan biasa disebut sebagai metode tetap dengan ulangan tidak sarna.
Pemberian konsentrasi TDZ tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada Anoectochilus setaceus dan Anoeclochilus formosanus tahap I akan tetapi berpengaruh nyata pada Anoeclochilus formosanus tahap 2 pada media kontrol.
Pemberian konsentrasi TDZ tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas pada Anoectochilus setaceus dan Anoectohilus formosanus tahap I akan tetapi berpengaruh nyata dengan jumlah tunas tertinggi pada konsentrasi TDZ 0,00 1 ppm pada Anoectochilus formosanus tahap 2.
Pengamatan terhadap parameter jumlah akar berpengaruh nyata pada Anoectochilus setaceus, tidak berpengaruh nyata pada Anoectochilus formosanus tahap I dan berpengaruh sangat nyata pada Anoeclochilus formosanus tahap 2. Pengaruh terbaik terhadap pembentukan jumlah akar Anoectochilus pada media kontrol.
Anggrek teratai benang emas genus Anoectochilus diantaranya adalah Anoeclochilus setaceus dan Anoectochilus formosanus. Anggrek teratai benang emas dikenal sebagai tumbuhan hias juga dikenal sebagai tumbuhan obat dan bernilai ekonomi tinggi. Masyarakat melakukan eksploitasi secara besar-besaran, sehingga mengancam kelestariannya.
Perbanyakan anggrek teratai benang emas secara konvensional sangat sulit dikembangkan di lapang. Teknik in vitro atau teknologi kultur jaringan tumbuhan dapat membantu melestarikan tumbuhan obat yang terancam punah ini.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh zat pengatur tumbuh thidiazuron (TDZ) terhadap Anoectochilus setaceus dan Anoectochilus{ormosanus secara in vitro. Rancangan yang digunakan dalam menganalisa data hasil penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap dengan jumlah perlakuan 5 dan jumlah ulangan tidak sarna. Metode yang digunakan biasa disebut sebagai metode tetap dengan ulangan tidak sarna.
Pemberian konsentrasi TDZ tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada Anoectochilus setaceus dan Anoeclochilus formosanus tahap I akan tetapi berpengaruh nyata pada Anoeclochilus formosanus tahap 2 pada media kontrol.
Pemberian konsentrasi TDZ tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas pada Anoectochilus setaceus dan Anoectohilus formosanus tahap I akan tetapi berpengaruh nyata dengan jumlah tunas tertinggi pada konsentrasi TDZ 0,00 1 ppm pada Anoectochilus formosanus tahap 2.
Pengamatan terhadap parameter jumlah akar berpengaruh nyata pada Anoectochilus setaceus, tidak berpengaruh nyata pada Anoectochilus formosanus tahap I dan berpengaruh sangat nyata pada Anoeclochilus formosanus tahap 2. Pengaruh terbaik terhadap pembentukan jumlah akar Anoectochilus pada media kontrol.