Cara-cara yang sering digunakan untuk mengatasi kontaminasi kultur yang persisten sebagai berikut:
1) Pencucian ulang dengan sodium hipoklorit konsentrasi rendah, seperti menggunakan pemutih pakaian 5% ( setara dengan 0,25% NaOCI). Pembuatanya dengan cara melarutkan 5mL pemutih pakaian dan 95 akuades.
2) Penggunaan media yang mengandung antibiotic.
3) Penggunaan eksplan berukuran sekecil mungkin seperti meristem dengan beberapa primordial daun.
4) Pemotongan bagian teratas eksplan yang telah tumbuh. Bagian teratas saja yang disubkulturkan , sedangkan bagian bawahnya dibuang atau diaklimatisasi. Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang hingga kontaminasi teratasi.
Beberapa peneliti menganjurkan penggunaan campuran antibiotic sebagai berikut:
1) 25 mg / ml cefotaksim + 25 mg/ml tetrasiklin + 6 mg / ml rifampisin + 6 mg / ml polymixin B ( Young , dkk, 1984).
2) 20 mg / ml rifampisin + 20 mg / ml trimethoprim ( Pollock, dkk, 1983).
3) 20 mg / ml gentamisin + 20 mg / ml kanamisin + 30 mg/ ml Khlor-tetrasiklin + 60 mg / ml khloramfenikol + 75 mg / ml rifampisin + 750 mg / l benomil ( Enjalric, dkk, 1988).
Namun, penggunaan antibiotik dalam media lebih cenderung berfungsi sebagai bakteriostatik daripada sebagai bakterisida. Di samping itu, terjadinya keracunan oleh antibiotic dan kemungkinan berkembangnya populasi bakteri yang resisten terhadap antibiotic membatasi penggunaan antibiotic untuk mendapatkan eksplan yang bebas dari mikroorganisme.
Akhir- akhir ini , telah berkembang suatu paradigma baru yang menarik dari kasus kontaminasi kultur oleh bakteri, yaitu bahwa kontaminsai tersebut tidak selalu merugikan prtumbuhan tanaman yang dikulturkan. Beberapa jenis bakteri endofitik dalam eksplan telah terbukti tidak merugikan pertumbuhan kultur, tetapi justru dapat memacu pertumbuhan tanaman yang dikulturkan.
Menurut Prof. Alvarez, seorang bakteriologis dari University of Hawaii , di Hawaii, sejenis bakteri telah diseleksi, dikembangkan, dan digunakan untuk kokultivasi dengan kultur Anthurium dengan tujuan meningkatkan kebugaraan dan pertumbuhan kultur bunga bernilai ekonomi tinggi.
1) Pencucian ulang dengan sodium hipoklorit konsentrasi rendah, seperti menggunakan pemutih pakaian 5% ( setara dengan 0,25% NaOCI). Pembuatanya dengan cara melarutkan 5mL pemutih pakaian dan 95 akuades.
2) Penggunaan media yang mengandung antibiotic.
3) Penggunaan eksplan berukuran sekecil mungkin seperti meristem dengan beberapa primordial daun.
4) Pemotongan bagian teratas eksplan yang telah tumbuh. Bagian teratas saja yang disubkulturkan , sedangkan bagian bawahnya dibuang atau diaklimatisasi. Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang hingga kontaminasi teratasi.
Beberapa peneliti menganjurkan penggunaan campuran antibiotic sebagai berikut:
1) 25 mg / ml cefotaksim + 25 mg/ml tetrasiklin + 6 mg / ml rifampisin + 6 mg / ml polymixin B ( Young , dkk, 1984).
2) 20 mg / ml rifampisin + 20 mg / ml trimethoprim ( Pollock, dkk, 1983).
3) 20 mg / ml gentamisin + 20 mg / ml kanamisin + 30 mg/ ml Khlor-tetrasiklin + 60 mg / ml khloramfenikol + 75 mg / ml rifampisin + 750 mg / l benomil ( Enjalric, dkk, 1988).
Namun, penggunaan antibiotik dalam media lebih cenderung berfungsi sebagai bakteriostatik daripada sebagai bakterisida. Di samping itu, terjadinya keracunan oleh antibiotic dan kemungkinan berkembangnya populasi bakteri yang resisten terhadap antibiotic membatasi penggunaan antibiotic untuk mendapatkan eksplan yang bebas dari mikroorganisme.
Akhir- akhir ini , telah berkembang suatu paradigma baru yang menarik dari kasus kontaminasi kultur oleh bakteri, yaitu bahwa kontaminsai tersebut tidak selalu merugikan prtumbuhan tanaman yang dikulturkan. Beberapa jenis bakteri endofitik dalam eksplan telah terbukti tidak merugikan pertumbuhan kultur, tetapi justru dapat memacu pertumbuhan tanaman yang dikulturkan.
Menurut Prof. Alvarez, seorang bakteriologis dari University of Hawaii , di Hawaii, sejenis bakteri telah diseleksi, dikembangkan, dan digunakan untuk kokultivasi dengan kultur Anthurium dengan tujuan meningkatkan kebugaraan dan pertumbuhan kultur bunga bernilai ekonomi tinggi.