Etilin Hormon Tumbuhan Mempercepat Proses Pematangan Buah
Etilin jumlahnya sangat rendah (kurang lebih 0,1 ppm, yaitu seperjuta dari volume bahan) dalam setiap bahan. Etilin merupakan satu-satunya hormon tumbuh yang bersifat gas bergerak secara difusi dan terbentuk pada setiap jaringan yang mengalami penuaan atau stress. Keberadaanya berkaitan dengan jumlah auksin alami pada tanaman, ada fenomena keseimbangan antara level auksin dan etilin.
Beberapa etilin sintetik telah mampu dibuat dan ditemukan, yang paling banyak digunakan dalam kegiatan kultur jaringan tanaman adalah ethephon (2-CEPA atau 2-choloroethylphosphonic acid).
Sel, jaringan ataupun organ dalam kultur in vitro selalu memproduksi etilin. Etilin selanjutnya dapat berakumulasi didalam wadah kultur dan dapat pula berdifusi melalui penutup botol. Sehingga jumlahnya akan sangat bervariasi tergantung ukuran wadah dan macam penutup wadah (kapas, busa, kasa, aluminium foil, parafilm dan lain-lain), selain itu juga tergantung pada tipe jaringan yang ditumbuhkan, berat jaringan dan juga media.
Pengaruh etilin terhadap sel, jaringan atau organ dalam kultur in vitro belum diketahui dengan jelas. Pengaruh etilin terhadap kalus, morfogenesis, pembentukan tunas adventif dan aksilar, pembentukan akar tidak begitu specifik. Artinya ada yang mendorong dan ada pula yang melaporkan sebaliknya, tentu ini tergantung terutama pada jenis tanaman dan konsentrasi dari etilinnya. Misalnya: etilin mampu mempengaruhi pertumbuhan kalus yang tidak terdiferensiasi dari eksplan batang (Wallace 1928; dan Evari, 1961).
Pengaruh fisiologis etilen adalah mendorong perkecambahan biji dan tunas, pembungaan tanaman, senescence buga dan daun, pembentukkan bunga betina pada tanaman berumah satu.
Pengaruh utamanya adalah mempercepat proses pematangan buah.
Etilin jumlahnya sangat rendah (kurang lebih 0,1 ppm, yaitu seperjuta dari volume bahan) dalam setiap bahan. Etilin merupakan satu-satunya hormon tumbuh yang bersifat gas bergerak secara difusi dan terbentuk pada setiap jaringan yang mengalami penuaan atau stress. Keberadaanya berkaitan dengan jumlah auksin alami pada tanaman, ada fenomena keseimbangan antara level auksin dan etilin.
Beberapa etilin sintetik telah mampu dibuat dan ditemukan, yang paling banyak digunakan dalam kegiatan kultur jaringan tanaman adalah ethephon (2-CEPA atau 2-choloroethylphosphonic acid).
Sel, jaringan ataupun organ dalam kultur in vitro selalu memproduksi etilin. Etilin selanjutnya dapat berakumulasi didalam wadah kultur dan dapat pula berdifusi melalui penutup botol. Sehingga jumlahnya akan sangat bervariasi tergantung ukuran wadah dan macam penutup wadah (kapas, busa, kasa, aluminium foil, parafilm dan lain-lain), selain itu juga tergantung pada tipe jaringan yang ditumbuhkan, berat jaringan dan juga media.
Pengaruh etilin terhadap sel, jaringan atau organ dalam kultur in vitro belum diketahui dengan jelas. Pengaruh etilin terhadap kalus, morfogenesis, pembentukan tunas adventif dan aksilar, pembentukan akar tidak begitu specifik. Artinya ada yang mendorong dan ada pula yang melaporkan sebaliknya, tentu ini tergantung terutama pada jenis tanaman dan konsentrasi dari etilinnya. Misalnya: etilin mampu mempengaruhi pertumbuhan kalus yang tidak terdiferensiasi dari eksplan batang (Wallace 1928; dan Evari, 1961).
Pengaruh fisiologis etilen adalah mendorong perkecambahan biji dan tunas, pembungaan tanaman, senescence buga dan daun, pembentukkan bunga betina pada tanaman berumah satu.
Pengaruh utamanya adalah mempercepat proses pematangan buah.