Sitokinin merupakan nama kelompok hormon tumbuh yang sangat penting sebagai pemacu pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur jaringan. Seperti halnya pada auksin, selain sitokinin alami juga terdapat sintetisnya yang tergolong dalam zat pengatur tumbuh. Kinetin adalah merupakan sitokinin yang pertama kali ditemukan oleh mahasiswa Profesor Skoog’s bernama Carlos Miller (1954) pada laboratorium di Universitas Wisconsin, yaitu senyawa sangat aktif yang terbentuk dari hasil penguraian sebagai DNA tua sperma ikan hering atau DNA yang diautoklaf yang menyebabkan terus tumbuhnya kalus tembakau.
Sitokinin alami ditemukan lebih dari 30 jenis yang terdapat dalam bentuk sitokinin bebas, sebagai glukosida atau ribosida. Berikut adalah 2 contoh sitokinin alami yang paling banyak digunakan dalam kulturjaringan, yaitu Zeatin (4-hydroksi-3-memethyl-trans-2-butenylaminopurine) dan 2-iP (N6-(2-isopentyl) adenin).
Dalam kegiatan kultur jaringan (kuljar) sitokinin telah terbukti dapat menstimulir terjadinya pembelahan sel, proliferasi meristem ujung, menghambat pembentukan akar, mendorong pembentukan kloropil pada kalus.
Bersama auksin untuk meningkatkan pembelahan sel dan menahan ketuaan (senescence). Sitokinin menahan menguningnya daun dengan jalan membuat kandungan protein dan klorofil seimbang dalam daun ( daun menguning ketika protein pecah dan klorofil rusak)
Zat pengatur tumbuh (hormon) selain sitokinin adalah auksin, giberelin, etilin dan asam absisak (ABA).
Untuk kebutuhan kultur jaringan dan pembelian hormon ini anda dapat menghubungi Eshaflora Plants Tissue Culture ...
Beberapa senyawa kimia yang analog dengan sitokinin alami bahkan beberapa mempunyai aktifitas sitokinin yang tinggi telah dapat dibuat sintetiknya. Sitokinin sintetik yang umum digunakan dalam kegiatan kultur jaringan adalah: kinetin (6-furfurylaminopurine), BAP atau BA (6-benzylaminopurine/6-benzyladenin), PBA (SD 8339) (6-benzylamino)-9-(2-tetrahydropyranyl)-9H-purine), 2C1-4PU (N-(2-cholo-4-pyridyl)-N’-penylurea), 2,6C1-4PU (N-(2,6-cholo-4-pyridyl)-N’-penylurea), thidiazuron (N-phenyl-N’-1,2,3-thiadiazol-5-penylurea).
Dalam kegiatan kultur jaringan (kuljar) sitokinin telah terbukti dapat menstimulir terjadinya pembelahan sel, proliferasi meristem ujung, menghambat pembentukan akar, mendorong pembentukan kloropil pada kalus.
Bersama auksin untuk meningkatkan pembelahan sel dan menahan ketuaan (senescence). Sitokinin menahan menguningnya daun dengan jalan membuat kandungan protein dan klorofil seimbang dalam daun ( daun menguning ketika protein pecah dan klorofil rusak)
Zat pengatur tumbuh (hormon) selain sitokinin adalah auksin, giberelin, etilin dan asam absisak (ABA).
Untuk kebutuhan kultur jaringan dan pembelian hormon ini anda dapat menghubungi Eshaflora Plants Tissue Culture ...