ABA merupakan hormon tanaman yang secara alamiah disintesis dalam plastida atau kloroplas dan ditemukan pada berbagai jenis tanaman. ABA banyak diproduksi tanaman terutama bila tanaman berada dalam keadaan stress. ABA tergolong dalam zat penghambat tanaman atau inhibitor tanaman karena kerjanya pada umumnya berlawanan dengan hormon pendorong seperti auksin, sitokinin dan gibberillin.
Peran fisiologis ABA terutama dalam pengaturan stomata, dormansi tunas, dormansi biji dan absisi organ tanaman (misalnya: daun, bunga, buah).
Umumnya ABA dipakai di dalam kultur jaringan pada konsentrasi 5-50 mg/l. Pada beberapa jenis tanaman dilaporkan bahwa pemberian ABA dengan konsentrasi yang rendah mampu mendorong pembentukan kalus.
ABA didalam proses pembentukan embrio somatik dan benis somatik telah banyak dicobakan. Penambahan ABA pada kegiatan ini telah terbukti mampu mendorong pematangan embrio somatik dan pada benih mampu menginduksi dormansi. ABA juga diakui mampu meningkatkan ketahanan jaringan pada upaya preservasi plasma nutfah.
ABA juga berperan dalam proses morfogenesis sejumlah tanaman. Pertama dilaporkan oleh Heide (1968) yang melaporkan bahwa pemberian ABA berbagai variasi konsentrasi telah mampu mendorong pembentukan tunas pada kultur jaringan tanaman Begonia.
ABA didalam proses pembentukan embrio somatik dan benis somatik telah banyak dicobakan. Penambahan ABA pada kegiatan ini telah terbukti mampu mendorong pematangan embrio somatik dan pada benih mampu menginduksi dormansi. ABA juga diakui mampu meningkatkan ketahanan jaringan pada upaya preservasi plasma nutfah.
ABA juga berperan dalam proses morfogenesis sejumlah tanaman. Pertama dilaporkan oleh Heide (1968) yang melaporkan bahwa pemberian ABA berbagai variasi konsentrasi telah mampu mendorong pembentukan tunas pada kultur jaringan tanaman Begonia.