Terima kasih telah menonton, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya Edi Sandra, dosen IPB University dan
pemilik Esha Flora Alhamdulillah kali ini kita
akan bicara terkait dengan kultur jaringan media
cair Kultur jaringan media cair merupakan follow
up dari teknologi jaringan Karena dengan menggunakan
media cair ini dan juga penggunaan alat
Kecepatan multiplikasi tanaman bisa 100 kali lipatnya.
Dan ini sangat penting di dalam kita bersaing
di dalam memproduksi tanaman, terutama terkait dengan ekspor.
Kegiatan ekspor atau produksi kultur jaringan ini, di
level dunia, terutama untuk Taiwan misalnya, itu dalam
waktu setahun mereka sudah bisa membanjiri Indonesia dengan
jumlah ratusan ribu tanaman kultur.
Demikian juga Thailand.
Dan kita jangan kalah,
karena sebenarnya kita mempunyai...
Kemampuan untuk itu tinggal bagaimana mengkonversinya
dalam bentuk industri, itu yang masih
harus banyak kita pelajari lebih lanjut.
Dalam kaitan pembelajaran media kultur jaringan cair
ini, maka belum banyak yang tahu.
Kalau biasanya kita menggunakan media kulti jaringan
itu adalah media padat, maka perbanyakan tanamannya
tadi itu sangat tergantung kepada kultur atau
bagian tanaman yang bersih.
...hubungan dengan media padat tersebut.
Kalau dengan media cair, maka semua sel, semua jaringan
yang terkena media cair itu bisa melakukan difusi atau
osmosis makanan itu langsung ke selnya tersebut.
Sehingga tidak harus melalui sel atau jaringan
yang kontak dengan media padat tadi.
Itulah yang menyebabkan kenapa media cair
ini bisa menjadi lebih cepat.
Apalagi kalau di dalam teknologinya tadi
itu menggunakan alat yang memberikan.
Peluang untuk masuknya udara, tapi terfilter.
Dan alat untuk media cair ini bisa berupa seker.
Seperti yang Anda lihat di sini,
ini adalah seker atau pengocok.
Ini kerjasama Esha Flora
dengan Universitas Bandar Lampung.
Ini adalah seker yang berbasiskan IoT.
Sehingga dalam pelaksananya nanti bisa kita kontrol
melalui HP atau laptop dari jarak jauh.
Dan kita bisa mengembangkannya bisa
lebih dalam jumlah besar. Karena bisa terkontrol.
14 juta bibit dalam waktu 4 tahun.
Demikian juga ke Turki, ke Arab Saudi, itu
permintaannya jutaan bibit dalam waktu beberapa tahun.
Sehingga kalau kita tidak mempersiapkan itu, maka
kita akan ketinggalan dengan negara-negara yang memang
sudah mengembangkan putus jaringan ini.
Insya Allah ke depannya hal ini menjadi
sangat dimungkinkan, karena sebenarnya ini tinggal kemauan
kita untuk merubah dan men-setting lab kita
tadi itu, yang tadinya secara manual.
Dengan menggunakan manusia, maka
sekarang dengan menggunakan alat.
Jadi dengan menggunakan media cahaya dan alat-alat
ini, mampu mengurangi tenaga kerja subkultur tadi
itu, yang biasanya konvensional oleh manusia, maka
bisa dikerjakan oleh mesin secara otomatis.
Sehingga ke depannya diharapkan, produksi kultur jaringan
di Indonesia mampu bersaing di level dunia.
Dan terkait dengan produksi juga kita mampu
mengembangkan metabolit sekunder, karena ini bisa digocok
sehingga pembuatan kultur jaringan di Pengembangan produksi
bahan obat alam itu bisa menjadi sangat
dimungkinkan dan bisa menjadi dalam jumlah besar.
Nah, dalam pelaksanaannya di Indonesia, penggunaan
media cair ini masih belum umum.
Karena pelaksanaan kultu jaringan itu masih dilaksanakan
secara konvensional, secara manual, yaitu kerja orang
untuk memperbanyak secara subkultur manual.
Dan ini ke depannya harusnya sudah
mulai kita tinggalkan untuk sekalian.
...industri karena akan memotong biaya atau kos produksi
yang sangat besar dan juga mengurangi human error.
Sehingga pelaksanaan dengan menggunakan media
cair ini perlu kita biasakan, perlu kita aplikasikan.
Demikian dari Eshflora mari kita berupaya agar
kita tidak ketinggalan di level dunia. Terima kasih.