MATERI WEBINAR TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN AGLAONEMA
Oleh
Ir. Edhi Sandra MSi 1&2)
Ir Hapsiati 2)
Aziza Zahra S Hut 2)
1). Dosen IPB
University, 2)
Pemilik Esha Flora
1. Pendahuluan
Assalamuálaikum warohmatullohi
wabarokatuh. Selamat pagi. Bapak dan Ibu, kakak, adik dan semua peserta webinar
yang saya sayangi karena Allah. Terima kasih banyak atas perhatian dan kesediaan
waktunya untuk bergabung dalam acara ini. Saya tahu banyak teman, sahabat,
senior, guru, mohon maaf saya tidak dapat menyapa satu-persatu secara langsung,
tapi menyapa dari hati sambil melihat list daftar peserta. Terima kasih juga
saya sampaikan kepada Ibu Desi Maulida, Pak Fifit dan semua anggota tim panitia
yang sudah menyiapkan acara ini sehingga sukses. Dan terima kasih kami sampaikan
pada Ibu Indrijani Greg Hambali, Bapak Gunawan dan Bapak Solimin atas foto-foto
aglaonemanya. Dan juga tak lupa saya sangat berterima kasih pada mantan pacar,
temen kuliah sekelas di IPB, istri saya
Ir. Hapsiati, karena sebenarnya beliaulah yang sehari-hari terjun di dalam
menghadapi semua permasalahan kultur jaringan yang dihadapi Esha Flora sejak
awal, beliaulah yang tahu detail, teknik, trik dan strategi yang sudah kami
lakukan dalam mengkulturkan berbagai jenis
tanaman sejak tahun 1994. Dan Ananda Azizah Zahra yang telah banyak
membantu menyiapkan materi dan PPT ini.
Sangat beragamnya latar belakang
pendidikan peserta webinar ini yang pendaftar sudah mencapai lebih dari 1.700
orang, saya berusaha agar yang saya sampaikan dapat diterima oleh kebanyakan
peserta ini. Oleh sebab itu bila ada para ahli, para peneliti, para praktisi
yang merasa belum puas, atau kurang detail, kurang lengkap, silahkan nanti kita
bisa lengkapi dan detailkan lebih lanjut di luar acara webinar ini, saya sangat
terbuka dan sangat senang bila kita dapat terus bersilaturahmi.
Saya sangat berharap bahwa kita tidak
berhenti hanya sampai di acara webinar ini, alangkah baiknya bila kita bisa
bergerak, melakukan sesuatu yang real yang dapat meningkatkan kemampuan,
eksistensi dan daya saing kita, Indonesia dengan negara lain. Saya berharap
kita dapat berkumpul untuk dapat saling bersinergi, saling bantu, saling
menolong untuk saling menguntungkan. Saya, Esha Flora dan IPB University siap
bersinergi dengan siapapun untuk dapat mewujudkan eksistensi Indonesia, dan
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat luas.
Diri kita mempunyai kelebihan dan
kelemahan serta keterbatasan masing-masing, untuk mewujudkan suatu yang
spektakuler membutuhkan usaha yang sangat besar dan menuntut berbagai persyaratan
yang kemungkinan akan sulit untuk dapat kita kerjakan sendiri. Bila kita ikhlas
untuk dapat saling melengkapi saling menguntungkan untuk berbagai pengetahuan,
pengalaman dan teknologi. Insya Allah, rejeki tidak akan tertukar, dan sudah ada
takarannya masing-masing, tidak perlu dikhawatirkan.
Bila ada yang merasa belum terjawab,
atau ada sesuatu yang perlu disampaikan silahkan kontak saya, sebaiknya di WA
saja dulu, khawatir sedang ada tugas. HP/WA saya : 08128213720, email : edhisms@gmail.com . Ir
Hapsiati HP/WA: 0817154375 Atau ke kontak person Esha Flora, Ira Azizah Zahra
HP/WA : 085716049525. Bila ada yang perlu dipelajari tentang kuljar silahkan
lihat Youtube Esha Flora, Instagram Esha Flora, FB Esha Flora, Blog Esha Flora.
Atau bila ada yang dekat dengan sekretariat Esha Flora, silahkan bisa datang
langsung ke Esha Flora alamat: jalan Kemuning VI, Blok M VI no 9 Taman
Cimanggu, RT 02, RW 10, Kelurahan Kedung Waringin, Kecamatan Tanah Sareal
Kotamadya Bogor 16164.
2. Strategi Pencapaian Tujuan Webinar ini
Dalam rangka mencapai tujuan webinar
ini. Dan mendapatkan hasil yang seoptimal mungkin, maka waktu yang ada dalam
webinar akan disampaikan intisari, pokok atau prinsipnya dan selebihnya untuk
Tanya jawab, agar dapat mengakomodir pertanyaan peserta. Dan bila tidak
terjawab, silahkan ditanya via chat, sehingga insya Allah akan dijawab
kemudian. Bahkan bila kurang paham juga silahkan kontak pantia atau saya, atau
Esha Flora. Di samping itu kami juga akan bagikan materi dan ppt nya sehingga
dapat dipelajari lebih lanjut. Banyak hal yang sangat menarik dan bisa kita
kerjakan untuk meningkatkan kompetensi dan eksistensi kita semua, dan itu
membutuhkan langkah real untuk mencobakannya dan melaksanakannya secara
langsung.
Peserta dalam acara webinar ini banyak
yang awam dengan kultur jaringan, dan Esha Flora sudah sejak tahun 1994 sudah
merintis mendalami kultur jaringan skala rumah tangga, dan sudah banyak suka
duka, jatuh bangun dalam merintis kultur jaringan skala rumah tangga. Dan Esha
Flora berusaha agar semua pihak yang ingin merintis kultur jaringan dapat
terbantu oleh Esha Flora, silahkan bisa di lihat di sosmed kami. Banyak hal
yang dipersepsikan negative tentang kultur jaringan ternyata tidak seperti itu,
karena ternyata bisa diantisipasi dan dimodifikasi sehingga benar-benar kultur
jaringan skala rumah tangga dapat dilakukan oleh siapapun.
Demikian pula dengan kultur jaringan
aglaonema ini, insya Allah, Esha Flora siap membantu, sudah sejak 1996 Esha
Flora sudah mengkulturkan aglaonema yang pada waktu itu kultur jaringan
aglaonema belum banyak dikerjakan orang. Kita perlu cara yang berbeda untuk
dapat berhasil. Kalau cara yang biasa /sama tidak berhasil maka jangan sampai
seperti keledai terperosok dalam lubang yang sama pada jalan yang sama. Dan
saat ini Esha Flora sudah mengkulturkan beberapa jenis aglaonema.
Untuk memulai usaha kultur jaringan
aglaonema, maka bisa dimulai dari yang termudah dan pengembangannya dilakukan
secara bertahap, selangkah demi selangkah. Dalam kultur jaringan tahapan yang
paling sulit adalah inisiasi yaitu memasukkan bagian dari suatu tanaman ke
dalam botol kultur dalam kondisi steril, keberhasilan 0 – 10% saja. Oleh sebab itulah kita perlu saling berbagi, saling membantu. Esha Flora mempunyai koleksi
kultur tanaman sebanyak 300 jenis berbagai tanaman. Anda bisa langsung beli
dari Esha Flora, kultur sterilnya, dan kemudian diperbanyak dan selanjutnya
ditingkatkan ke arah pemuliaan, ke arah mutasi dan sebagainya. Jangan kaget harga
tanaman dalam kultur biasanya 10 x lipat dari harga normal di luar kultur,
karena kultur steril memang sulit untuk mendapatkannya (sebagian besar perusahaan
kultur jaringan tidak akan menjual kultur tanamannya, karena dapat menjadi
ancaman bagi perusahaannya, karena bila perusahaan menjual kultur tanamannya
maka pihak lain akan mudah memperbanyaknya. Esha Flora tidak berfikir demikian,
maka justru Esha Flora menjual ragam kulturnya, sekitar 300 jenis tanaman
kultur agar dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak, seperti mahasiswa untuk
riset, sekolah untuk praktek, perusahaan untuk pengembangan bisnis, farmasi
untuk mengembangkan kandungan organik/ bahan obat di dalam kulturnya, ahli mikrobiologi untuk
melihat pengaruh mikroba terhadap pertumbuhan tanaman), tapi begitu sudah
didapatkan maka dapat diperbanyak untuk seterusnya. Dan sebaiknya anda focus
pada satu atau dua jenis kultur tanaman saja agar dapat merencanakannya sesuai
dengan kapasitas yang memadai. Untuk skala rumah tangga sebaiknya dipilih
jenis-jenis kultur tanaman yang mempunyai nilai komersial tinggi. Dan untuk
skala industri bisa diusahakan jenis-jenis yang memang dibutuhkan dalam jumlah
besar, tapi harga tidak terlalu tinggi. Contoh kultur tanaman bernilai komersial
tinggi adalah aglaonema, anggrek, monstera variegata, anthurium, tumbuhan obat,
tanaman langka harga berkisar dari Rp. 75.000 – Rp. 250.000 dan harga di dalam
botol kultur bisa mencapai Rp. 750.000 – Rp. 2.500.000. Dan untuk tanaman industri
seperti pisang, porang, jati, nanas, sengon kisaran harga sekitar di luar
adalah Rp. 7.500 sampai 15.000 di dalam botol kultur berkira Rp. 75.000 – Rp.
150.000.
3. Tip dan Saran
1). Jangan dirasa tapi direncanakan dan
dilaksanakan. Rasa mampu melewati dimensi waktu, dimensi ruang, dimensi kuantitas, 2). Selangkah demi
selangkah. Dan focus pada setiap langkah kita. 3). Focus pada pemecahan
masalah, jangan focus pada masalah. Kalau kita focus pada masalah maka masalah
yang akan dijadikan acuan dan kita tidak akan pernah bisa maju atau memecahkan
masalah. Tapi bila kita focus pada solusi maka dengan berbagai dasar ilmiah,
logika maka kita berusaha untuk mencari solusinya. 4). Sukses adalah buah dari
ketekunan, keuletan, dan daya tahan terhadap masalah dan hambatan yang
istiqomah dalam waktu yang panjang. 5). Semua harus berlandaskan logika dan
ilmiah & Logical frame work
(tahapan kegiatan yang logis dan ilmiah). 6). Out of The Box (berfikir yang tidak biasa), kreatif dan inovatif.
7). Catat yang didapat, dan lakukan yang dicatat. 8). Tidak bisa itu relative, tergantung
persyaratannya. 9). Anda perlu cek and
recek, jangan percaya begitu saja. Termasuk dengan yang saya sampaikan (bukan
dalam kaitan berbohong, atau data palsu
tapi karena terlalu banyaknya faktor yang menentukan keberhasilan,
terlalu beragamnya komponen yang digunakan, dan kita bermain dengan mahluk hidup
yang setiap individunya sangat khas dan unik, tidak ada yang sama, kesemuanya berpengaruh dalam hasil yang di
dapat). 10). Kesalahan dalam menarik kesimpulan adalah awal dari kegagalan.
Kesalahan dalam menarik kesimpulan membuat kita berfikiran tidak bisa, akhirnya
kita memutuskan untuk menghentikan upaya yang kita lakukan
4. Kultur Jaringan Aglaonema
Kultur Jaringan adalah suatu teknologi
budidaya tanaman di dalam botol kultur yang semua faktor kebutuhannya dipenuhi,
dan dalam kondisi steril/aseptik. Kenapa harus steril / aseptik, karena media
kultur adalah media tumbuh yang sangat subur untuk tumbuhnya semua mahluk hidup
termasuk mikroba. Bahkan mikroba akan tumbuh sangat cepat melebihi kecepatan
tumbuhnya eksplan (eksplan adalah bagian tanaman yang di tanam di dalam botol
kultur), sehingga dapat menginvasi dan menutupi eksplan yang berdampak pada
matinya eksplan. Atau bila mikroba patogen akan berdampak matinya eksplan
karena busuk.
1). Permasalahan umum.
Permasalahan kultur jaringan secara umum
adalah terdiri dari dua kelompok yaitu permasalahan teknis (kontaminasi, browning,
viabilitas dan aklimatisasi) dan non teknis (manajemen, sdm, pemasaran, kelangkaan
pembeli dan order).
2). Permasalahan khusus : masalah
inisiasi. Karantina kultur jaringan, perendaman antibiotik, sterilisasi di luar
laminar, dan sterilisasi di dalam laminar; (kelangkaan eksplan, hambatan teknis
kuljar, dan tren pasar/kesiapan jual) ;
4.1. Karantina Kultur Jaringan Esha Flora
Karantina dalam kultur jaringan berbeda
dengan definisi karantina dalam bidang pertanian secara umum, karantina dalam
kultur jaringan bertujuan untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam
menginisiasi suatu tanaman. Kenapa karantina diperlukan?. 1). Adanya
kontaminasi yang berada dari dalam eksplan itu sendiri (kontaminasi sistemik,
hal ini tidak cukup hanya dengan memberikan perlakuan sterilisasi permukaan
yang selama ini dilakukan dalam teknis kultur jaringan) menuntut untuk
membersihkannya sebelum eksplan tersebut diambil dari tanamannya. 2). Ada suatu
kondisi yang mikroba jauh lebih kuat dibandingkan eksplan yang sangat lemah,
rentan dan dalam kondisi stres, sehingga saat diberi perlakuan sterilisasi,
maka eksplannya yang terlebih dahulu mati dibanding mikrobanya. Oleh sebab
itulah kita perlu menarik mundur prosesnya yaitu dengan mensterilisasi bahan
indukan eksplan.
Bahan indukan eksplan adalah indukan
yang digunakan untuk diambil eksplannya untuk dikulturkan. Definisi indukan ini
bukan seperti indukan dalam dunia pertanian, tapi indukan yang disediakan dalam
kondisi yang dapat mendukung keberhasilan pengambilan eksplan. Indukan yang
diperlukan dalam hal ini adalah indukan dengan morfologi yang relatif kecil,
bersifat muda atau jouvenil, dan sedikit mengandung metabolit sekunder. Bahan
indukan eksplan bisa berupa bibit dari hasil stekan, bibit hasil cangkokan,
bibit hasil splitan yang kemudian diberi perlakuan untuk menyiapkan eksplan
agar peluang sterilisasi dapat berhasil dengan baik. Jadi sebenarnya di dalam
perlakuan karantina bahan indukan eksplan tidak hanya sekedar mengeliminir atau
meniadakan mikroba tapi juga ada perlakuan lain yang berdampak pada peningkatan
keberhasilan dalam menginisiasi eksplan tersebut.
Perlakuan yang
diberikan dalam proses karantina Kultur Jaringan Esha Flora:
1. Meniadakan mikroba yang ada di dalam
bahan indukan eksplan (kontaminasi sistemik). Untuk dapat
memberantas semua mikroba di dalam bahan indukan eksplan maka kita harus dapat
memberantas semua mikroba yang berbeda karakter nya yang ada di dalam bahan
indukan eksplan tersebut. Bahan yang
dapat membunuh mikroba yang bisa masuk ke dalam jaringan tanaman (eksplan)
tanpa membunuh tanaman itu sendiri adalah antibiotik. Dan untuk membunuh semua spektrum
mikroba maka tidak cukup hanya menggunakan satu jenis antibiotik. Ada beberapa
ragam mikroba berdasar kelompoknya yaitu bakteri gram postif, bakteri gram
negative dan fungi/cendawan. Untuk itu diperlukan kombinasi seperti berikut: streptomicine 50 mg/100 ml, amoxiline 50
mg/100 ml, dan kloramfenicol 50 mg/ 100 ml. Prinsip pemberiannya adalah
harus diberikan secara kontinu sampai semua mikroba tersebut mati semua, oleh
sebab itulah perlakuan yang diberikan adalah dengan menyemprotkan, menyiram
pada pangkal batang, menyemprotkan pada mata tunas secara berulang-ulang pagi
sore setiap hari selama 3 bulan..
Sebaiknya tanaman bahan indukan eksplan di tanam di media yang steril dan
lingkungan yang terlindung dari lingkungan luar.
2. Meningkatkan kesehatan dan kebugaran
tanaman
dengan memberikan asupan gizi yang memadai. Ada 10 komponen yang penting bagi pertumbuhan tanaman: 1). Sumber energi,
2). Unsur hara makro dan mikro, 3) mineral (wujud sama dengan unsur hara tapi
fungsional berbeda dalam metabolisme), 4). Vitamin, 5). Asam amino, 6). Asam
lemak, 7). Hormon, 8). Enzim, 9). Organik lain, 10) Hayati (mikroba). Kesehatan
dan kebugaran meningkat maka daya tahan tanaman terhadap penyakit juga akan
meningkat hal ini yang seringkali dilupakan oleh banyak para peneliti dan
pelaku budidaya tanaman.
3.
Mempercepat
pertumbuhan tanaman. Dengan cepatnya pertumbuhan tanaman
berarti terjadi pembelahan sel yang sangat cepat pada sel-sel dan jaringan
meristem dan meristematik. Pembelahan sel yang cepat ini terutama di daerah
meristem diharapkan melebihi kecepatan invasi mikroba (bisa mikroba
patogen/penyakit atau bisa juga mikroba indofit) yang ada di dalam tanaman tersebut. Usahakan pertumbuhan titik tumbuh bisa
mencapai 2 titik tumbuh (indikator dua daun) dalam satu minggu. Dan dalam pengambilan bahan eksplan yang
diambil hanya 2 titik tumbuh yaitu 1 titik tumbuh apikal, dan satu lagi titik
tumbuh lateral yang umur selnya diharapkan kurang dari satu minggu,
sehingga diharapkan peluang untuk bebas mikroba akan lebih besar, apalagi sudah
kita beri perlakuan antibiotik dan gizi yang lengkap. Bahan eksplan adalah
bagian tanaman yang akan diproses sterilisasi dalam insiasi untuk kultur
jaringan, sedangkan eksplan adalah bagian tanaman yang sudah siap dikulturkan
di dalam botol kultur, setelah proses sterilisasi tersebut, maka sebagian bahan
eksplan yang mati dan rusak kita potong dan yang bersihnya itulah eksplan yang
dikulturkan. Bagian yang mati dan rusak karena proses sterilisasi dapat
menghambat proses penyerapan unsur hara sehingga mempengaruhi pertumbuhan
eksplan. Tapi juga bahayanya bila di dalam eksplan tersebut masih ada
mikrobanya maka mikroba tersebut dapat keluar dari eksplan dan mengkontaminasi
media. Komposisi hormon yang digunakan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan pembelahan sel adalah: BAP 2 mg/l, TDZ 0,5
mg/l, GA3 0,5 mg/l.
4.2. Perendaman Antibiotik selama lebih dari
24 jam.
Kegagalan para pengkultur, atau
rendahnya tingkat keberhasilan di dalam inisiasi kultur jaringan tanaman
disebabkan hampir tidak ada satupun mahluk hidup di dunia ini yang bebas dari
mikroba. Hampir semuanya mengandung mikroba di dalam dirinya. Sedangkan di
dalam sterilisasi bahan eksplan para praktisi focus pada sterilisasi permukaan
eksplan, tidak ada yang secara serius berusaha untuk menghilangkan mikroba dari
dalam bahan eksplan tersebut. Saat ini sudah mulai banyak yang melakukan perlakuan
antibiotik dalam mensterilisasi eksplan, tapi dalam penggunaan masih kurang
tepat. Acuan dasar yang digunakan di dalam sterilisasi seringkali tidak
mendasar. Sebagai contoh bila ditanya kenapa menggunakan antibiotik, lama waktu
perendamannya hanya 15 menit atau 20 menit atau 30 menit. Jawabnya: oh itu yang
dikatakan literature. Bila dikejar terus pada orang yang tahu dan menggunakan
logika dalam penentuan lamanya perendaman antibiotik mengatakan bahwa bila
menggunakan perendaman antibiotik lebih dari 30 menit, maka eksplan akan
terlalu lama dalam kondisi terendam, sehingga berpengaruh terhadap respirasi
eksplan, sehingga akan menyebabkan menurunnya viabilitas eksplan tersebut,
apalagi kalau lebih lama lagi. Jadi ya sudah 30 menit saja, Jadi dasarnya
coba-coba saja. Hal ini boleh saja, bila memang tidak ada info ilmiah tentang
hal tersebut, masalahnya kontaminasi tetap tinggi sehingga pemberian perlakuan
30 menit tersebut tidak efektif, tidak berpengaruh signifikan. Tahukah anda
bahwa ternyata ada diliteratur disebutkan bawa efektifitas kinerja antibiotik adalah sekitar 7 – 12 jam. Jadi
kalau perlakuan yang kita berikan kurang dari waktu tersebut pasti tidak akan
berpengaruh./ tidak efektif. Lalu
bagaimana?. Ingat di atas yang saya sampaikan. Jangan focus pada masalah. Kalau
kita focus pada masalah jadinya begini: oh ya eksplan bila direndam lama dalam
suatu larutan maka akan menyebabkan menurunnya viablitias akibat tidak dapat
berespirasi dengan baik, ya sudah kalau gitu perlakuannya dilakukan sampai
batas yang tidak menyebabkan kematian. Akhirnya seperti itu solusinya karena
kita focus pada masalah. Dan itu salah besar. Padahal diketahui bawa
efektifitas kerja antibiotik di dalam membunuh mikroba adalah 7 – 12 jam. Hal
ini harus kita laksanakan, hal ini yang harus kita jadikan patokan kalau kita
ingin agar kontaminasi sistemik dapat terberantas dengan baik. Lalu kita cari
solusi dari masalah ini, yaitu akibat perendaman yang terlalu lama maka eksplan
akan tidak dapat berespirasi dengan baik, maka solusinya: 1). digunakan air
beroksigen tinggi, sehingga kandungan di dalam air tinggi sehingga eksplan
tetap dapat berespirasi dengan baik walaupun di rendam di dalam air.2). kita
buat aerator dan diberi penyaring steril (bisa menggunakan penyaring air minum
yang banyak dijual di swlayan, bisa menggunakan bahan kain filter HEPA, bisa
beli di glodok atau online, atau bisa menggunakan masker yang berwarna hijau
yang biasa dipakai di laboratorium. Prinsipnya filter tersebut harus berukuran
0,3 mikron sehingga mikroba tidak dapat lewat filter tersebut), sehingga udara
yang masuk adalah udara yang sudah steril. Larutan (yang mengandung formula
antibiotik) yang digunakan untuk sterilisasi diberi aerator steril tersebut dan
eksplan disterilisasi selama satu hari/24 jam. Bahkan kami pernah melakukan
perendaman antibiotik seperti ini selama 3 hari dan eksplannya tetap sehat
hijau dan bugar, mengkilat.
Dengan menambahkan 2 tahapan dalam
sterilisasi bahan eksplan maka Esha Flora sejak tahun 1996 sudah berhasil
mengkulturkan aglaonema. Dalam hal ini diperlukan menggabungkan semua hal yang
dapat meningkatkan keberhasilan dalam mengkulturkan aglaonema.Kami sampaikan
disini agar dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau pembanding agar
keberhasilan di dalam mengkulturkan lebih baik lagi. Dalam hal ini mohon maaf
bagi yang awam mungkin terlalu rumit ya.
Strategi Agar Inisiasi dan kultur
jaringan aglaonema dapat berhasil dengan baik: (Kasus Projek Kultur Jaringan aglaonema
tahun 1996). Kebetulan adik kelas dari
IPB mendapat projek kultur jaringan aglaenoma oleh pemda setempat. Dan karena
dia tidak mempunyai fasilitas kultur jaringan maka menggundang Esha Flora untuk
kerjasama. Direncanakanlah strategi agar peluang keberhasilkan kultur jaringan
aglaonema ini berhasil. Pada saat itu belum ada yang mengkulturkan aglaonema
karya Pak Greg Hambali. Dalam perencanaan dibuat sedemikian rupa agar semua
hambatan dapat diatasi dengan baik yaitu:
1. Persen
keberhasilan di dalam menginisiasi sangat kecil hanya sekitar 0 – 10% saja.
Oleh sebab itu maka diperlukan bahan eksplan yang banyak. Agar dapat efisien
dan murah maka dibuatlah strategi dengan mengadakan bahan indukan eksplan yang
akan diberi perlakuan karantina kultur jaringan dan akan di ambil eksplannya
setelah minimal 2 bulan perlakuan karantina dan bahan eksplan yang digunakan
adalah 1 tunas apikal dan 1tunas lateral dibawahnya. Sehingga bahan indukan
eksplan dapat dipakai terus dengan menumbuhkan tunas –tunas baru, setiap tumbuh
2 mata tunas diambil demikian seterusnya. Dan untuk bahan indukan eksplan yang
dikarantina ini, menghabiskan biaya cukup besar pada waktu itu yaitu sekitar 60
juta yang diberi perlakuan karantina indukan eksplan
2. Khawatir
kalau proses karantina kultur jaringan belum efektif maka dilakukan perendaman
antibiotik selama 24 jam. Baru kemudian disterilisasi seperti biasa dan ditanam
di botol kutlur yang sudah dipastikan tidak kontaminasi.
3. Menggunakan
PPM (Plant Preservative Mixture) di
media kultur untuk menghambat pertumbuhan mikroba.
4. Dilakukan
penyelamatan eksplan dengan segera begitu diketahui kontaminasi yang terlihat
secara visual, kalau bisa begitu terlihat setitik, maka langsung diselamatkan,
sehingga tidak menyebabkan berkembangbiak dan menghasilkan spora (pada
jamur/cendawan).
5. Bila
kontaminasi yang menempel pada eksplan, disterilisasi ulang dengan bahan
sterilan yang tidak menyebabkan iritasi yaitu antibiotik atau PPM. Bila
ternyata kontaminasi akibat mikroba sistemik, dengan indikator, steril diawal
insiasi tapi setelah beberapa waktu kontaminasi lagi dan seragam untuk semua
eksplan. Biarkan eksplan sepanjang tidak mematikan eksplan, begitu eksplan
sudah menumbuhkan tunas baru maka eksplan yang sudah tumbuh tunas tersebut
diambil tunas pucuknya saja dan jangan sampai terkena bagian yang
terkontaminasi di bagian bawahnya. Demikian dilakukan berulang dengan
menggunakan media yang menggunakan PPM atau bisa juga kita buat sendiri formula
antibiotiknya: streptomicine 50 mgl/100ml, amoxiline 50 mg/100ml dan
kloramfenicol 50 mg/100ml.
6. Dilakukan
subkultur dalam waktu yang relative cepat, tidak menunggu lama, begitu sudah
menumbuhkan satu atau dua tunas baru, cepat di potong dan disubkultur. Dengan
demikian akan mempercepat jumlah perbanyakan, menjaga kultur tanaman tetap
jouvenil, dan menghambat invasi mikroba di dalam kultur tanaman.
7. Dari
sekian banyak eksplan yang digunakan dari indukan bahan eskplan yang di
karantina, sudah dilakukan ratusan inisiasi eksplan dan setelah bulan kedua
alhamdulillah sekitar 40% berhasil didapatkan kultur aglaonema steril. Dari
kultur aglaonema yang steril itulah dapat diperbanyak terus sampai saat ini
menjadi koleksi Esha Flora.
8. Melakukan
penguatan dan menutup botol kultur dengan sangat kuat dan rapat agar tidak ada
peluang masuknya udara ke dalam botol
kultur. Dari pengamatan yang dilakukan kontamiansi terjadi secara seporadis
sejalan dengan waktu satu dua dan tiga botol, seakan tidak terlihat tapi bila
dikumpulkan dalam satu bulan bisa mencapai 300 – 500 botol kultur. Pernah kami
hitung bahwa kerugian yang ditimbulkan dari kontminasi satu botol adalah
sekitar Rp. 5.000, berarti total kerugian sekitar Rp. 1.500.000 – 2.500.000/
bulan. Dan kalau kita menguatkan tutup botolnya maka satu botol diperlukan
hanya sekitar Rp. 500, total biaya yang diperlukan hanya Rp. 150.000 – 250.000.
Tapi karena terkesan merepotkan, maka seringkali para praktisi enggan
melakukannya, tapi sebenarnya sangat penting untuk keberhasilan kultur
jaringan.
Alhamdulillah kami berhasil
mengkulturkan aglaonema hasil silangan Pak Greg Hambali, yang pada waktu itu
dianggap mustahil karena sudah banyak yang mencoba tapi gagal. Bukan karena
kami lebih hebat, tapi perencanaan yang baik, usaha yang lebih keras dan tekun
akan membuahkan hasil.
Cara menutup botol kultur (ukuran kecil/
botol obat) yang kuat dengan bahan
seadanya:
1. Setelah
kultur tanaman di tanam maka tutup botol kultur dengan plastik dan karet
sebanyak 2 karet dengan jumlah lilitan 4-6 kali.
2. Setelah
selesai tanam maka di ruang kerja tutup botol kultur dikuatkan lagi dengan
aluminium foil dan plastik dan dikaretkan lagi sebanyak 5 karet masing-masing
4-6 lilitan
3. Di
lapis dengan palstik wrap agar tidak ada peluang masuknya udara dari sela-sela
tutup plastik, sehingga tutup plastik rapat menempel pada botol.
4. Kuatkan
lagi dengan menggunakan selolip agar tidak terjadi pengendoran karet yang berdampak
pada masuknya udara yang membawa debu dan mikroba.
Cara
menutup botol kultur yang seperti itulah yang dilakukan di Esha Flora dan
Alhamdulilah kultur tanaman aman, tidak kontaminasi walau kondisi laboratroium
kultur jaringan sekala rumah tangga, yang serba terbatas dan apa adanya.
Cara Evaluasi Dan Analisa Kontaminasi dan
Penyebabnya:
1. Bila
kontaminasi terjadi setelah tanam (1-3 hari setelah tanam), dan kontaminasi
dikelompokkan menjadi dua bagian: 1) menempel pada eksplan, maka hal ini
berarti proses sterilisasi eksplannya masih kurang baik atau eksplan masih
mengandung mikroba dari dalam eksplannya. 2). Bila kontaminasi pada media,
tidak pada eksplan berarti cara kerja saat penanaman kurang baik sehingga masih
ada masuknya mikroba saat proses penanaman
2. Bila
kontaminasi terjadi sekitar 1minggu atau satu bulan berikutnya, padahal awalnya
steril. Dalam hal ini juga dibagi menjadi dua kelompok: 1). bila kontaminasi
menempel pada eksplan, maka kontaminasi terjadi dari kontaminasi sistemik dari
dalam eksplan tersebut. 2). Bila kontaminasi terjadi di media tidak menmpel
pada eksplan maka kontaminasi diakibatkan bocornya tutup, atau tidak kuatnya
tutup sehingga dimungkinkan masuknya mikroba ke dalam botol kultur dan
mengkontminasi media.
3. Bila
kontaminasi terjadi setelah proses subkultur padahal sebelumnya tidak
kontaminan dan SOP menanamnya sudah dilakukan dengan benar, maka penyebab hal
ini juga disebabkan oleh kontaminasi sistemik yaitu kontaminasi yang berada
dari dalam eksplan. Pada kasus seperti ini, awalnya dulu saat diinisasi belum
atau tidak mengkontaminasi media karena kondisi mikroba yang ada di dalam sel
atau jaringan tidak sempat keluar dan luka eksplan akibat pemotongan sudah
kering dan sembuh sehingga mikroba masih tetap berada di dalam kultur tanaman
tersebut, sehingga saat dipotong saat subkultur, maka terjadi luka lagi dan
memberi kesempatan mikroba untuk mengkontaminasi media kembali.
5. Kelemahan dan Kelebihan Kultur Jaringan
Aglaonema
a. Kelemahan
: Sulit, biaya besar, lama, tidak pasti. Kelemahan kuljar aglaonema
keberhasilan rendah, eksplan langka dan mahal, rendahnya kemampuan menjaga
kualitas dan jaminan mutu (SOP kuljar aglaonema).
b. Kelebihan
: Banyak hal yang bisa dilakukan (bisa dilihat dari 2 sisi, sisi industri, dan
sisi hobies). Untuk hobies 1 kultur aglaonema bisa dijual 2 juta rupiah per
botol kultur, tidak perlu tempat yang luas. Dari segi industri, dapat
disediakannya bibit dalam jumlah besar, cepat, kontinu dan seragam
c.
Faktor kekuatan dalam dunia bisnis masa
depan
Untuk dapat bersaing dengan Negara maju
maka kita harus mempunyai strategi yang baik agar kelemahan kita dari segi
peralatan dan teknologi bisa kita atasi dan kita mampu eksis dalam bersaing
dengan Negara maju. Dan kita harus mempunyai keunggulan yang tidak dimiliki
oleh Negara lain.
d. Bisa
bersaing dengan Negara maju
a. Teknologi
kita kuasai
Teknologi harus dikuasai dan
dimodifikasi sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia yang sebagian besar
adalah golongan menengah ke bawah. Jadi teknologi tersebut harus dimodifikasi
sehingga dapat dilaksanakan oleh masyarakat menengah ke bawah, tapi dengan
kualitas yang sama
b. Biodiversity
kita miliki, yang tidak dimiliki oleh negara lain
Indonesia mempunyai keunggulan berupa
Biodiversity (keanekaragaman hayati yang sangat besar. Indonesia terkenal
sebagai Negara Mega Biodiversity), tapi sayangnya kita belum mampu
memanfaatkannya, kita belum mampu meningkatkan
kualitas dan nilai manfaat dari keanekaragam hayati tersebut, dalam hal
ini adalah tanaman hias. Oleh sebab itulah diperlukan ahli-ahli bioteknologi
untuk bisa memanfaatkan keanekaragaman tanaman hias tersebut untuk
kesejahteraan masyarakat luas.
c.
Gabungan kedua hal di atas kita dapat
menjual produk yang sangat eksklusif, dan menjadi kekuatan yang tidak terkalahkan.
Gabungan dari kedua faktor di atas
ditambah dengan kompaknya para pelaku tanaman hias di Indonesia, saling bantu,
saling bersinergi sehingga saling menguatkan, maka Indonesia akan sangat eksis
dan mampu bersaing dengan negara maju.
6. Perbanyakan Kultur Jaringan Aglaonema
a. Multiplikasi
mata tunas
Perbanyakan dalam kultur jaringan adalah
dengan cara memotong setiap mata tunas yang ada sehingga tanaman menjadi banyak
dan ditanam kembali dalam botol kultur yang formula medianya sama. Media kultur
yang digunakan secara umum bisa menggunakan media Murashige and Skoog (MS), karena media MS ini mempunyai toleransi
yang sangat luas bisa digunakan untuk menanam berbagai jenis tanaman. Walau
setiap tanaman memerlukan kondisi yang berbeda-beda hal ini bisa diantisipasi
dengan mengatur formula hormon, dan juga dukungan vitamin dan asam aminonya.
Esha Flora mempunyai 300 koleksi kultur jaringan tanaman sebagian besar
menggunakan media MS, sebagian menggunakan media WPM (Wood Plant Media) untuk
kultur pohon, VW (Vacin and Went)
untuk anggrek, PDA (Potato dextore Agar)
untuk mikroba.
Komposisi formula hormon untuk ke arah
multiplikasi tunas adalah BAP 0,1 - 0,5 mg/l, bila ingin ke arah embrio somatik
bisa menggunakan BAP 2 -4 mg/l + 2,4D 0,5 mg/l, bila ingin ke arah kalus
menggunakan BAP 4-8 mg/l, 2,4D 4 mg/l, GA3 0,5 mg/l
b. Kloning
Kloning adalah suatu metode perbanyakan
di dalam kultur jaringan yang menggunakan media cair, atau menggunakan
peralatan seperti TIS (Temporary
Immersion System), bioreactor, shaker atau kita bisa buat sendiri dengan
menggunakan aerator steril, yang sudah saya uraikan sebelumnya di atas.
Kesulitan dalam teknologi ini adalah menjaga agar sistem tetap steril, karena
media steril sangat cepat dan mudah terkontaminasi, sehingga kondisi laboratorium
harus benar-benar diperhatikan. kita bisa membuat ruang khusus untuk isolasi
sehingga saat tanam tidak ada debu yang beterbangan di dalam ruangan tersebut.
Untuk media sama, demikian untuk formula hormon diarahkan kepertumbuhan embrio
somatik atau kalus,atau bisa juga dalam bentuk plb (Protocorm like body) adalah bentukan dari kultur anggrek yang baru
tumbuh, biasanya dari biji anggrek).
Eksplan yang digunakan sebaiknya adalah
meristem, sehingga cloning dengan menggunakan eksplan berupa meristem ini
dikenal dengan sebutan Mericlone.
Produk kultur jaringan tanaman dari hasil mericlone
mempunyai karakter yang sangat hebat yaitu: 1) bebas dari virus dan penyakit,
2), mempunyai sifat jouvenil, umur panjang, viabilitas tinggi, 3). Bibit yang
dihasilkan seragam dan berkualitas 100%.
Cara Membuat Dan Menggunakan Bioreaktor
Buatan Sendiri dari Aerator Aquarium:
1. Sediakan
botol kultur yang kedap dengan tutupnya yang dapat diautoclave, bisa
menggunakan botol Erlenmeyer besar (atau botol kultur yang besar lainnya) dan
menggunakan tutup karet anggrek yang di bolongi 2 buah, satu untuk masuknya
selang udara dari aerator steril yang kedua lubang untuk selang yang diberi lapisan
dakron atau bisa juga menggunakan syringe (filter steril). Botol ini tetap
wajib diautoclave setiap akan digunakan selama 1 jam.
2. Siapkan
aerator steril dengan menggunakan aerator yang biasa digunakan di aquarium tapi
pada lubang masuknya udara di lapis dengan filter steril sehingga udara yang
keluar dari alat tersebut steril. Selang disemprot dengan alkohol dan alat
dimasukkan dalam laminar dan disinari UV selama 1 jam.
3. Siapkan
media kultur dengan menggunakan media MS dan formula hormon BAP 4 mg/l, 2,4D 2
mg/l, GA3 0,5 mg/l, untuk antisipasi tumbuhnya mikroba, maka bisa di tambahkan
di media PPM (Plant Preservative Mixture)
sebanyak 1 ppm (part per million).
Sterilisasi dengan autoclave selama 30 menit
4. Gunakan
kultur tanaman aglaonema yang sudah steril dan dalam sediaan embrio somatik
atau kalus atau tunas kecil-kecil
5. Semua
proses pengerjaan penanaman dilakukan di laminar dalam kondisi steril dan penuh
kehati-hatian dan trampil (cepat, dan tepat, jangan sampai eksplan jatuh ke
lantai kerja laminar)
6. Tutup
botol kultur dengan rapat dan di lapis lagi dengan wrap dan selotip dan diletakkan
di ruang inkubasi yang steril
7. Konservasi In Vitro
Istilah konservasi In vitro ini,
dimunculkan karena selama ini konservasi jenis hanya ada dua macam, yaitu
konservasi in situ dan eksitu, maka saat ini ada lagi konservasi In vitro.
Konservasi In vitro adalah suatu usaha untuk mengkonservasi jenis di dalam botol kultur. Tanaman dalam kondisi hidup, tapi
efisien dan efektif. Dan bila diperlukan bahan tanamannya untuk bebagai
keperluan akan mudah untuk mendapatkannya. Sebagian para peneliti masih
meragukan apakah hal ini bisa karena melihat terjadinya perbedaan saat disimpan
atau disubkultur berulang. Padahal secara ilmiah hal ini bisa dipahami bahwa
perbedaan karakter yang terjadi bukan disebabkan oleh perubaan genetik, tapi
disebabkan oleh perubahan umur dan fisiologis tanaman tersebut, tapi genetiknya
tetap sama.
a.
Koleksi
dalam kultur (Metode Pertumbuhan minimal)
Salah satu kegiatan konservasi in Vitro
adalah menangkarkan, mengoleksi berbagai jenis kultur tanaman, dari berbagai
macam/ jenis atau dari berbagai daerah, dengan tetap memperhatikan dan menjaga
keaslian genetiknya. Dengan demikian bisa dikoleksi ribuan jenis kultur tanaman
yang terjaga keaslian genetiknya. Demikian pula kita bisa mengkoleksi berbagai
jenis aglaonema yang ada baik yang spesies maupun berbagai varietas aglaonema
yang telah di Hasilkan Pak Greg Hambali, karena kalau tidak maka berpeluang hilang
atau habis. Lalu apa gunanya di koleksi dan disimpan? Maka jawabannya ada pada
penjelasan bagian b di bawah ini.
Sebelum itu, yang perlu dipahami adalah
bahwa metode yang digunakan adalah Metode
Pertumbuhan Minimal, gunanya adalah bahwa kultur tanaman biasanya akan
harus disubkultur setiap 3-4 bulan karena medianya habis atau tua, hal ini
sangat merepotkan bila jumlah jenisnya sangat banyak dan beragam. Oleh sebab
itulah dibuat agar kultur tanaman tersebut bisa disimpan dalam waktu yang lama,
tapi tetap hidup dan keaslian genetiknya tetap terjaga dan bila diperlukan bisa
digunakan kapan saja.
Kondisi
dan Formula Media Pertumbuhan Minimal Untuk Konservasi In Vitro:
1. Menggunakan
media Murashige and Skoog.
2. Menggunakan
hormon pertumbuhan sangat rendah, yaitu BAP 0,1 mg/l, IBA 0,05 mg.l, GA3 0,05
mg.l, vitamin lengkap (bisa gunakan neurobion 1/3 pil), glisin 1 mg/l, casein
hidrolisat 100 mg.l pepton 100 mg/l , paclobutrazol, 0,5 mg/l, gula 25g/l, agar
7,5 g/l
3. Menggunakan
botol selai yang besar
4. Media
kultur yang digunakan sebanyak 40 ml/ botol kultur
5. Kultur
yang digunakan adalah kultur tanaman yang berukuran sedang, sehat, satu botol
kultur gunakan satu kultur tanaman saja
6. Kondisi
penyinaran redup atau intensitas sinar rendah sekitar 30 -40 % saja. Durasi
sinar 10 jam nyala-14 jam mati
7. Suhu
relative dingin sekitar 15 – 20 oC
8. Pada
kondisi tersebut kultur bisa disimpan sampai sekitar 5 tahunan. Penyelamatan
dilakukan bila terlihat kultur sudah tidak mampu lagi bertahan
Membangunkan Kultur Tanaman Yang Telah
Disimpan Dalam Konservasi In vitro;
1. Menggunakan
media MS, komposisi hormon BAP 2 mg/l, TDZ 0,5 mg/l, IBA 1 mg/l,GA3 1 mg/l.
2. Gunakan
media kultur yang subur dengan menambahkan vitamin yang lengkap, B1 5 mg/l, B2 2,5
mg/l B3 2,5 mg/l, B6 2,5 mg/l dan B12 2,5 mg/l, vitamin E 2,5 mg/l atau bisa
menggunakan vitamin B komplek IPI atau neurobion 1/3 untuk 1 liter media.
Tambahkan Glisin 1 mg/l, Casein hidrolisat 100 mg/l, pepton 100 mg/l, gula 35 g/l,
agar 6 g/l.
3. Penyinaran
40 – 60% dengan durasi penyinaran 14 jam nyala – 10 jam mati. Suhu sekitar 20 –
23 oC
4. Gunakan
botol kultur yang kecil, karena sekitar satu bulan berikutnya ambil pucuk
apikalnya saja (bila dimungkinkan ambil meristem apikalnya) dan disubkultur
kembali, demikian dilakukan berulang sampai 3 kali sampai pertumbuhannya normal
kembali.
b.
Eksplorasi
keanekaragaman genetik aglaonema (Variasi somaklonal)
Koleksi beranekaragam aglaonema bisa
digunakan sebagai bahan untuk mengeksplorasikan keanekaragaman genetik
aglaonema. Dalam bahasa sederhananya kita dapat membuat beragam varietas baru
aglaonema tanpa harus menunggu hasil penyilangan untuk dapat mengoptimalkan hal
ini maka ada beberapa hal yang dilakukan.
Metode
Eksplorasi Keanekaragaman Genetik Aglaonema.
1. Koleksi
berbagai macam aglaonema yang ada. Perbanyak dan buat dalam bentuk kalus atau
embrio somatik. Untuk formula media kulturnya : Media MS, formula hormon BAP 4,
TDZ 2 mg/l, 2,4D 2 mg/l, GA3 2 mg/l. vitamin B komplek lengkap, asam amino: glisin
1 mg/l, casein hidrolisat 100 mg/l, peptong 100 mg/l.
2. Gunakan
berbagai rangsangan dan cara agar anekaragam sifat yang ada dalam gen bisa muncul.
Rangsangan bisa berupa kondisi ekstrim tertentu, misalnya suhu tinggi, radiasi
sinar tinggi, hormonal tinggi, atau menggunakan zat mutasi dan variegata. Dalam
fase ini memang yang terbaik menggunakan media cair, atau menggunakn alat TIS,
bioreactor atau shaker, atau menggunakan bioreaktor dengan aerator buatan
sendiri. Di medianya diberi larutan zat pembuat mutasi dan variegata, atau
poliploid, GA3 tinggi, EMS dll.
3. Setelah
perlakuan membangkitkan variasi gen maka kultur ditanam kembali di media padat
dan ditumbuhkan tunasnya dan dianalisa perubahan yang terjadi kemudian di
isolasi dan dimurnikan agar perubahan yang terjadi bersifat stabil dan
permanen.
4. Pemurnian
yang dilakukan adalah dengan cara mengambil satu tunas yang mengalami perubahan
yang unik dan langka dan itu diisolasi dan dimultiplikasi dengan menumbuhkan
tunasnya, jangan menggunakan kalus atau embrio somatik, akan dapat
membangkitkan ragam variasi yang baru, komposisi media untuk multiplikasi tunas
adalah Media MS, BAP 1 mg/l, TDZ 0,1 mg/l. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali
sampai tidak ada variasi lagi yang dimunculkan semua seragam dalam karakter
yang sama
8. Kultur jaringan Biji Aglaonema
Salah satu cara untuk mengeksplorasi
keanekaragaman genetik adalah dengan mengkulturkan biji dan kemudian
dibangkitkan variasi somaklonalnya, bahkan di beri rangsangan mutasi dan variegata,
maka hasilnya akan spektakuler.
Apa hebatnya biji. Biji adalah hasil
perpaduan antara dua tetua yaitu jantan dan betina, gabungan sifat dari
tetuanya tersebut akan menghasilkan segregasi gen yang akan menimbulkan ragam
variasi sifat yang dimunculkan pada keturunannya. Biji tersebut diinisiasi dan
dikulturkan kemudian di arahkan ke kalus atau embrio somatik dan dilakukan kloning
dengan shaker, atau TIS atau bioreaktor, atau bisa juga dengan media padat tapi
formulasi media diarahkan ke kalus dan embrio somatik seperti yang sudah saya
jelaskan sebelumnya di atas. Nah sediaan dalam bentuk kalus atau embrio somatik
ini merupakan sediaan yang sangat baik untuk diberi perlakuan rangsangan atau
perlakuan mutasi atau variegata. Yang harus selalu diingat bawa setelah diberi
perlakuan maka perlu dikloning lagi agar variasi keanekaragaman genetik dapat
lebih beragam lagi, kemudian baru ditumbuhkan tunasnya dan diseleksi yang
memiliki perubahan sifat/karakter yang unik, langka dan menarik. Jadi bagi yang
tertarik dengan penyilangan dan pemuliaan aglaonema maka gabungan antara
penyilangan aglaonema dengan kultur jaringan akan menghasilkan variasi
aglaonema yang sangat hebat.
9. Kultur Mutasi Aglaonema
Saat
ini sedang ramai mutasi dan variegata, bila
aglaonema bisa kita buat mutasi dan variegatanya maka harganya pasti
akan jauh berlipat ganda. Jadi caranya kita sediakan stok kultur aglaonema
dalam bentuk kalus atau embrio somatik kemudian kita beri perlakuan dengan zat
yang dapat menyebabkan mutasi dan variegata, yaitu: EMS, DMS, GA3,
Streptomicine, kanamicine, ekstrak tembakau, radiasi sinar gamma.
Pemberian zat mutasi
dalam kultur jaringan bisa dilakukan dengan beberapa cara:
1. Perendaman
bahan eksplan yang sudah steril ke dalam larutan zat pembuat mutasi dalam waktu
tertentu. Kemudian baru eksplan yang sudah direndam tersebut di tanam di media
kultur yang sudah disiapkan.
2. Zat
mutasi diberikan pada media kultur sehingga pada saat kultur tanaman di tanam
di media yang sudah ditambahkan zat mutasi diharapkan akan menyebabkan kultur
tanaman akan termutasi. Contohnya adalah EMS atau DMS atau Streptomicine,
kanamicine atau GA3, atau zat lain yang dapat berpengaruh terhadap asam nukleat
DNA.
3. Pada
zat pembuat poliploid (melipatgandakan kromosom maka pemberian zat di dalam
media dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 3 bulan maka kultur harus sudah
dipindahkan ke media normal kembali, karena bila tidak maka kultur di dalam
media yang diberi perlakuan kolkisin akan mati karena kolkisin masuk dalam
kategori zat penghambat, sehingga akan menghambat pertumbuhan ekplan, dan pada
akhirnya mematikan eksplan. Setelah ditumbuhkan di media normal maka diperbanyak
lagi untuk mengembangkan variasi somaklonalnya, baru kemudian ditumbuhkan
tunasnya, kemudian diamati yang memiliki perubahan yang unik. Langka, dan
menarik, terutama adalah terkait dengan ukurannya yang berkali lipat (raksasa),
kemudian diisolasi, dimultiplikasi,
isolasi lagi/ ambil lagi yang terbaik, multiplikasi demikian sampai
karakter yang dimunculkan stabil.
4. Pemberian
perlakuan radiasi sinar gamma adalah dengan cara, mengumpulkan kultur kalus
atau embrio somatik aglaonema, masukkan dalam satu botol kultur (biar agak
rapat/padat sehingga satu botol berisi kultur yang banyak kemudian tutup rapat
(semua dilakukan dalam kondisi steril), kemudian kultur yang sudah disiapkan
tersebut di bawa ke BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) bertempat di Pasar Jumat
Jakarta Selatan. Dengan intensitas radiasi sinar yang tingkat letal dosisnya
mencapai 60%. Dalam hal ini bisa konsultasi dengan oprator pelaksana di
sananya. Setelah itu kultur dibawa kembali dan dikulturkan kembali di media
kultur yang subur. Multiplikasi sampai jumlah yang banyak baru kemudian dilihat
variasi perubahan mutasi yang dimunculkan, isolasi dan dimurnikan. Seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya.
Untuk
melihat mutasi yang terjadi ada kemungkinan tidak terlihat pada saat tanaman
masih kecil, jadi terpaksa kita harus melihat ekspresinya saat sudah di lapang,
saat sudah berbunga dan berbuah, apakah ada mutasi yang terjadi pada saat fase
bunga dan buah tersebut. Tapi yang perlu diingat bahwa kultur yang diaklimatisasi
harus memiliki stok kloningnya,sehingga bila diketahui adanya mutasi maka
diketahui bahwa tanaman tersebut berasal dari klon tersebut, dan bisa serta
siap diperbanyak.
10. Kultur Poliploid Aglaonema
Kultur Polipolid aglaonema adalah suatu
metode untuk membuat aglaonema menjadi raksasa, dengan melipatgandakan
kromosomnya dengan menggunakan zat yang disebut dengan ; Colchicine ( kolkisin). Pelipatgandaan kromosom merupakan peluang
yang sangat hebat untuk meningkatkan nilai komersial suatu tanaman
aglaonema. Berlipatgandanya kromosom
aglaonema juga berdampak pada berlipatgandanya zat pewarna daun yang juga
berdampak semakin kontras dan cerahnya warna dari aglaonema yang diberi
perlakuan mutasi poliploid. Jadi bila kita mempunyai tanaman aglaonema dengan
ukuran seperti daun Dieffenbachia sp, ukuran besar dan warna cerah menyala, wah
keren sekali. Hal yang perlu diingat bawa semua zat mutasi dan variegata
termasuk zat poliploid ini bersifat sangat berbahaya, bersifat karsinogenik,
bersifat mutagenik sehingga melakukan perlakuan harus dengan sangat super
hati-hati dan jangan dibuang sembarangan, harus disimpan dalam botol beling dan
simpan di tempat aman. Pelipatgandaan kromosom digunakan untuk memperbesar tanaman-tanaman
yang ukurannya kecil menjadi raksasa sehingga terlihat beda sendiri, hal ini
menyebabkan hal yang tidak biasa dan langka sehingga harganya akan mahal.
Konsentrasi yang digunakan di dalam
kultur jaringan adalah berkisar dari 1 – 2 mg/l. Di campurkan di media kultur
pada saat pembuatan media kultur. Dan ingat bahwa media perlakuan poliploid
hanya digunakan sebagai media perlakuan , dengan waktu perlakuan paling lama
sekitar 3 bulan atau sampai kultur sudah terhambat pertumbuhannya dan sudah mau
mati, hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi penghambatan pembelahan sel dan
ini juga mengindikasikan telah terjadinya penggandaan kromosom) Tapi saran saya
jangan terpaku pada hal tersebut silahkan bereksperimen, silahkan berfikir out of The Box.
11. Radiasi sinar gamma kultur Aglaonema
Radiasi sinar gamma merupakan mutasi
yang peluang mendapatkan ragam mutasinya paling besar, hal ini merupakan
peluang perlu dan dapat dikembangkan karena sebenarnya prosesnya tidak sulit
tinggal ketekunan untuk mengamati perubahan karakter yang muncul, dan memang
sebaiknya di munculkan sampai tanaman tersebut dewasa di lapang sehingga dapat
di analisa secara real. Radiasi sinar gamma pada kultur aglaonema seperti perlu
diprogramkan secara real sehingga di dapat varieasi yang spektakuler dan dapat
dijadikan modal untuk bersaing dengan negara lain. Kembali memang dalam hal ini
kita perlu saling bersinergi agar bebas dapat terbagi dan hasilnya dapat
dirasakan di masyarakat luas. Saya berharap dan menyarankan kita bisa melanjutkan
group ini untuk melakukan secara real yang saya sampaikan. Itu bila
diperkenankan dan semua pihak menginginkannya. Seperti pada group sebelah kami
sudah membentuk group khusus mutasi dan variegata yang akan membahas detail
tentang mutasi dan variegata, dan akan diadakan mentoring tentang pembuatan
mutasi dan variegata, dan hasil risetnya akan kembali disebar kesemua anggota
yang mengikuti mentoring tersebut. Mari kita bangkit, jangan hanya bermain di level
wacana saja, tapi kita harus bangun, bangkit dan buktikan bahwa Indonesia bisa
berbuat sesuatu yang spektakuler.
12. Strategi potong Jalan Untuk Berada Pada
Tingkat Persaingan Teratas
Saat ini saingan kita terkait dengan
tanaman hias aglaonema adalah Thailand, mereka setiap periode tertentu
menghasilkan ragam varietas aglaonema baru yang beragam dan jumlahnya cukup
banyak. Dan jumlah yang dihasilkan cukup banyak sehingga rutin para importer
tanaman hais rutin impor dari Thailand. Mungkinkan kita dapat menyaingi
Thailand? Insya Allah dengan perkenan Allah, Bisa. Kita jangan tergantung pada
pihak lain siapapun. Kita harus dapat mandiri dan dapat saling bantu untuk bisa
memperkuat agar menang dalam persaingan dengan negara lain.
Strategi yang ingin saya sampaikan adalah
kita kulturkan semua aglaonema terbaru baik yang dari Pak Greg Hambali maupun
dari Thailand, kemudian di konservasi In vitro, dan kemudian di bangkitkan
keanekaragaman genetiknya dengan menggunakan prinsip varieasi somaklonal,
kemudian diberi perlakuan mutasi dan variegata, bahkan bisa dilakukan kombinasi
perlakuan, misalnya di beri perlakluan mutasi dan variegata dengan (EMS, DMS,
streptomicine, kanamicine, GA3) kemudian kita kloning hingga banyak kemudian di
beri perlakuan radiasi sinar gamma agar varieasi mutasi menjadi lebih besar dan
beragam, kemudian di kloning lagi dan kemudian kloning tersebut kita beri
perlakuan poliploid agar nantinya tanaman mutasinya akan menjadi raksasa. Sedangkan bahan yang digunakan adalah bahan
aglaonema yang terbaru, maka akan dihasilkan mutasi dan variegata aglaonema
yang sangat spectakuler.
Penutup
Mohon maaf saya sedemikian bersemangat
berharap bahwa kita dapat berbuat untuk negeri ini, untuk kemaslahatan dan
kesejahteran masyarakat luas. Mohon maaf bila ada yang salah, dan khilaf, saya
hanya dapat menyampaikan sedikit ilmu yang telah didapat. Bukan berarti saya
lebih hebat, tapi karena kebetulan saya sudah lebih dulu belajar, bahkan masih
banyak yang bolong dan kurang disana sini. Saya hanya inghin menyampaikan yang
saya tahu, yang masih sangat kurang dan belum ada apa-apanya, saya khawatir
keburu meninggal tanpa sempat menyebarkan ilmu yang didapat sehingga menjadi
pertanggungjawaban saya di akhirat kelak.. Saya tahu disini banyak bapak dan
Ibu yang jauh lebih hebat, jauh lebih mumpuni, jauh lebih dalam ilmunya, mohon
maaf saya hanya ingin menggoncangkan dunia, mari kita bersama, mari Bapak dan
Ibu yang lebih mumpuni untuk turun gunung, untuk turut serta dalam mendampingi
masyarakat luas untuk menghasilkans sesuatu yang spektakuler. Semoga semua ini
diridhoi dan diberkahi Allah SWT. Aamiin ya Allah. Terima kasih.
Bogor, 25 Juni 2020