KEHEBATAN KULTUR JARINGAN
DAN
PELATIHAN KULTUR JARINGAN ESHA FLORA
Oleh
Ir Edhi Sandra MSi
Ir. Hapsiati
Azizah Zahra S. Hut
Pendahuluan
Esha Flora Plants and Tissue Culture
adalah lembaga yang bergerak dalam bidang bioteknologi khususnya Kultur Jaringan
Tanamann (Plant Tissue Culture). Kultur
Jaringan Tanaman adalah suatu teknologi budidaya tanaman di dalam botol kultur
yang steril yang seluruh faktor yang diperlukan bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman diberikan dengan baik dan kontinu. Formula media tumbuh
yang lengkap, maupun kondisi lingkungan seperti sinar, kelembaban di dalam
botol yang terjamin dan suhu.
Kultur Jaringan Tanaman di pakai untuk
mewakili semua teknologi budidaya tanaman lainnya seperti : kultur meristem,
kultur anther, kultur embrio, kuktur sel dll. Demikian pula metode dan
teknologi yang menggunakan teknologi kultur jaringan sangat beragam, dan semua
memerlukan kultur jaringan untuk dapat menumbuhkannya. Teknologi yang dilakukan
dalam kultur jaringan ada yang bersifat sekedar perbanyakan tanaman, tanpa
adanya perubahan genetic, maka dalam hal ini tidak ada perubahan genetic, semua
seragam sesuai dengan tetuanya. Di sisi lain kultur jaringan bisa digunakan
untuk sarana melakukan bioteknologi yang bersifat merekayasa genetika, seperti
transfer gen, fusi protoplas, mutasi, poliploid, semua teknologi tersebut
berdampak pada perubahan genetika suatu tanaman. Oleh sebab itu maka hasilnya
masuk kategori GMO (Genetical Modified
Organism).
Berkaitan dengan itu maka kultur jaringan hanyalah sarana/
fasilitas/ kendaraan untuk melaksanakan suatu teknologi sehingga tidak dapat
dikatakan bahwa kultur jaringan tidak baik atau tidak ramah lingkungan. Orang
yang berkata seperti berarti dia tidak memahami mengenai kultur jaringan
tanaman.
Persepsi
Masyarakat Terhadap Kultur Jaringan Tanaman
Bioteknologi Kultur Jaringan Tanaman
dianggap suatu teknologi yang sangat sulit, mahal dan tidak dapat dilakukan
oleh sembarang orang. Biasanya kultur jaringan hanya ada dan dapat dilakukan
oleh perusahaan yang besar. Perguruan tinggi yang terkenal. Lembaga penelitian
pemerintah. Dengan semua peralatan serba impor, dan fasilitas yang serbah ..”
wah “ mewah dan sangat mahal. Biaya yang
diperlukan untuk membuat suatu laboratorium kultur jaringan sampai ratusan juta
bahkan milyar. Semua bahan-bahan di impor dari luar negeri. Dan yang dapat
melakukan kultur jaringan hanyalah Ahli-ahli kultur jaringan Tanaman dan
bioteknologi yang pulang dari luar negeri.
Semua hal tersebut memang merupakan
fakta pada umumnya, dan memang kemampuan bioteknologi kultur jaringan juga
sangat spektakuler. Tapi melihat semua hal di atas maka banyak pihak yang
mengurungkan niat dan rencananya untuk dapat mengembangkan kultur jaringan
tanaman.
Manfaat
Kultur Jaringan Tanaman
1.
Hanya
Membutuhkan Ruangan yang Relatif Kecil
Kemampuan teknologi kultur jaringan yang
sedemikian spektakuler, sangat hebat mampu melakukan dan menghasilkan sesuatu
yang sangat membantu dalam persaingan bisnis tanaman. Bioteknologi kultur
jaringan mampu menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah besar, seragam, seratus
persen berkualitas, dan tidak terbatas oleh iklim dan penghambat lingkungan lainnya.
Kultur Jaringan dapat menghasilkan bibit unggul varitas baru dengan metode
pemuliaan. Dapat menyimpan plasma nutfah (sumber daya genetic dalam botol
kultur). Bisa mengkoleksi ribuan jenis kultur tanaman hanya dalam suatu ruangan
yang tidak terlalu besar (sebagai gambaran ruangan 4 x 5 m, dapat menampung
sekitar 50.000 kultur, apalagi bila di efisienkan dengan rak yang tembus
pandang, penggunaan cermin pada dinding ruangan inkubasi kultur jaringan dan
penggunaan lampu LED pita/sumbu maka dapat menampung 100.000 kultur.
2.
Mempercepat
Pendewasaan atau Membuat Jouvenil Tanaman
Dengan Teknologi Pengaturan Fisiologis Sel/Jaringan Tanaman, maka kultur jaringan
dapat membuat bibit kultur yang cepat berbunga dan berbuah dengan mempercepat
proses pendewasaan sel dan jaringan kultur. Atau sebaliknya kultur tanaman yang
tua bisa di buat jouvenil (remaja kembali) dan dapat meningkatkan viabilitas
pertumbuhan tanaman seperti pertumbuhan tanaman dari biji.
3.
Membuat
Tanaman Bebas Virus
Dengan menggunakan Teknologi Kultur Meristem maka dapat dihasilkan bibit tanaman bebas
virus walaupun berasal dari tanaman yang terserang virus. Hal ini sangat
penting terutama untuk jenis-jenis unggul yang terserang virus di lapang. Maka
satu-satunya cara untuk membebaskan dari infeksi virus hanyalah dengan kultur
meristem.
4.
Membuat
Tanaman Raksasa (poliploid)
Dengan menggunakan Teknologi Poliploid di dalam kultur jaringan maka dapat dihasilkan
bibit tanaman yang bersifat raksasa (poliploid), dengan demikian ukuran dan
kualitasnya juga ikut berlipat. Dalam kasus ini tidak terjadi perubahan
sususnan asam nukleat sehingga tidak merubah susunan gen, berarti bahwa tidak
ada sifat gen baru yang dihasilkan, yang ada hanyalah penguatan sifat yang
sudah ada. Bila awalnya adalah jenis unggul maka setelah di buat poliploid akan
menjadi lebih unggul, tapi sebaliknya bila jelek maka hasilnya juga lebih
jelek. Oleh sebab itulah tanaman yang akan dibuat poliploid haruslah jenis yang
unggul.
5.
Membuat
Tanaman Mini (ukuran kecil/kerdil)
Dengan Teknologi kultur anther (kultur
polen) maka akan dihasilkan bibit tanaman yang bersifat hploid (1 n) dan
berukuran kecil/kerdil). Dan dari metode ini juga dimungkinkan untuk
menghasilkan bibit tanaman yang bersifat resesif unggul yang sebelumnya tidak
pernah muncul bila tergabung dengan sifat dominan saat kondisi biasa. Sifat
resesif unggul ini adalah sifat baru yang sebelumnya belum pernah muncul ke
dunia ini. Sifat mini dan resesif unggul ini bisa dikuatkan dengan memberikna
perlakuan teknologi poliploid sehingga sifat lebih kuat dan bersifat normal
(2n) (secara genetic disebut homozigot), dan bisa dikuatkan lagi menjadi
resesif raksasa dengan diberi perlakuan poliploid lagi.
6.
Memproduksi
Bahan Obat Langsung Dari Dalam Botol Kultur
Dengan Teknologi Metabolit Sekunder maka dapat dibuat agar kultur tanaman
tumbuh dengan biomasa besar dan menghasilkan bahan obat yang tinggi dengan
memberikan perlakuan yang dapat merangsang terproduksinya bahan metabolit
sekunder yang berkhasiat obat.
7.
Menidurkan
Tanaman di Dalam Botol Kultur
Dengan Konservasi In vitro, menggunakan Teknologi Pertumbuhan Minimal,
maka dapat dibuat agar tanaman tertidur di dalam botol sehingga dapat disimpan
dalam waktu yang cukup lama yaitu tahunan sehingga kita dapat mengoleksi
berbagai tanaman yang diinginkan. Bila diperlukan tinggal kita bangunkan dengan
memindahkan ke media kultur yang dapat menumbuhkannya kembali
8.
Menghasilkan
Variasi Genetik Yang Baru yang Belum Pernah Muncul
Dengan memanfaatkan Teknologi Variasi Somaklonal maka dapat dibuat sedemikian rupa
sehingga variasi genetic yang ada pada jenis-jenis liar/ asli alam muncul /
dibangunkan, sehingga sifat-sifat atau karakter yang belum ada sebelumhya dapat
muncul. Dalam teknologi budidaya konfensional hal ini tidak dimungkinkan
kecuali dengan hibridisasi.
9.
Menghasilkan
Bibit Mutasi Unggul
Dengan menggunakan Teknologi Mutasi dalam Kultur Jaringan maka dapat dihasilkan
varitas-varitas baru. Iradisai yang dilakukan dapat bermacam-macam yang
terpenting adalah rangsangan yang dapat menyebabkan mutasi seperti bahan kimia
ekstrim, bahan kimia logam, radisasi sinar, suhu tinggi, bahan obat keras, dll
10. Menghasilkan Bibit Variagata
Dengan Teknologi variegate Dalam Kultur Jaringan maka dapat dihasilkan
bibit kultur jaringan variegate, hal ini sangat menarik dan penting bagi para
kolekstor tanaman varigata. Dengan demikian bila kita dapat melakukannya maka
kita dapat mempunyai keunggulan dengan memiliki jenis varigata yang orang lain
tidak punya.
Penerapan
Teknologi Kultur Jaringan di Indonesia
Penerapan kultur jaringan di Indonesia
masih sangat terbatas pada pihak tertentu, jenis tanaman tertentu dan pada
umumnya belum tersebar di kalangan masyarakat luas. Kultur Jaringan hanyalah
sarana penelitian bagi para peneliti di perguruan tinggi dan lembaga
penelitian. Banyak hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan tapi tidak
tertransfer ke masyarakat luas dan tidak atau belum teraplikasi dalam bentuk industri
yang dapat memberi manfaat untuk mendongkrak dan mengungkit kualitas dan
produktivitas.
Perkembangan Bioteknologi kultur
jaringan di Indonesia tertinggal sekitar 30 tahun dibanding dengan negara
tetangga kita seperti Thailand dan Taiwan. Sebenarnya tertinggalnya Negara kita
disebabkan hasil-hasil penelitian kultur jaringan tidak sampai ke masyarakat
dan tidak diaplikasikan dalam bentuk industri real yang dapat mendukung
budidaya dan agribisnis tanaman. Ada
Wilayah Abu-Abu (Wilayah Tidak Bertuan) yang tidak atau belum tersentuh baik oleh para peneliti maupun para pengusaha.
Para peneliti menganggap bahwa aplikasi dan penerapan teknologi kultur jaringan
bukanlah tugas mereka. Peneliti hanya sibuk meneliti sesuai dengan bidang
profesinya dan menjawab permasalahan yang menarik bagi si peneliti tersebut. Di
sisi lain para pengusaha juga menganggap bahwa hasil penelitian yang belum
secara real memberikan pengaruh atau dampak yang menguntungkan maka dianggap
tidak siap ataiu belum siap sehingga sangat mengandung resiko kegagalan. Para
pengusaha lebih suka hal-hal yang jelas-jelas memberikan keuntungan yang pasti
dan cepat, tidak ingin investasi lagi untuk penelitian terapan dari suatu
teknologi baru yang belum jelas hasilnya.
Esha
Flora Masuk Ke Wilayah Abu-Abu
Menyadari hal ini dan pentingnya ada
pihak sukarelawan yang mau menangani hal ini agar ketertinggalan Indonesia
dalam aplikasi kultur jaringan menjadi semakin jauh maka Esha Flora sejak tahun
1996 sudah mulai membangun laboratorium kultur jaringan di rumah sangat
sederhana. Dengan tujuan agar Bioteknologi kultur jaringan dapat diaplikasikan
di Indonesia yang sebagian besar penduduknya adalah para petani konvensional
dengan kesejahteraan yang sangat terbatas. Oleh
sebab itulah orientasi penerpan dan aplikasi kultur jaringan oleh Esha Flora
adalah bagaimana “membumikan Teknologi Kultur Jaringan” agar dapat dilaksakan
dengan kondisi yang sanga terbatas dan seadanya, dengan biaya yang relative
murah dan sapa saja dapat melakukannya
Dengan berbekal pengetahuan dan
pemahaman tentang kultur jaringan. Dengan melakukan modifikasi, kreativitas dan
inovasi maka dilakukanlah usaha-usaha untuk membumikan kultur jaringan. Pada
awalnya satu dua tahun mengalami kegagalan yang sangat parah, hamper semua
kultur yang kami buat dalam kondisi sekala rumah tangga “sukses” seratus persen
kontaminasi semua, tapi kami tidak berputus asa terus mencoba dan mencoba . Dan
akhirnya kami menyadari hal-hal yang sebenarnya sederhana tapi sangat penting
dan seringkali kita remehkan dan tidak menjadi perhatian kita.
Pengalaman
kegagalan, pengalaman keberhasilan, percobaan-percobaan penelitian mahasiswa
IPB dan lainnya serta trik dan tip yang kami lakukan, kami buat dalam bentuk
paket yang kemudian kami susun dalam bentuk “Kurikulum Pelatihan KulturJaringan Esha Flora”.