- Kepala Unit Kultur Jaringan Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB Bogor
- Kepala Laboratorium Bioteknologi Lingkungan PPLH LPM IPB Bogor
- Pemilik Esha Flora
Pendahuluan
Kelangkaan bahan baku kayu membuat nilai kayu menjadi sangat menarik untuk investor. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka perlu diperhatikan :
P = G + H + M
Keterangan :
P : produktivitas kayu
G : genetik pohon
H : lingkungan
M : manajemen
Dalam membudidayakan pohon, para pelaku sudah mulai melakukan pengkondisian lingkungan, agar cocok untuk tumbuhnya pohon yang akan di tanam. Faktor genetik atau bibit unggul sudah mulai diperhatikan. Para pelaku budidaya pohon tidak segan-segan mengeluarkan biaya lebih besar untuk bibit yang unggul, karena mereka tahu pada akhirnya mereka akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari yang biasanya. Perawatan yang baik juga sangat menentukan kualitas dan produktivitas kayunya.
Pada umumnya menanam pohon dilakukan dihutan dan dalam jumlah atau luasan yang sangat besar oleh sebab itu, seperti "tabu" bila dalam budidaya pohon harus dilakukan pemupukan dan perawatan. Seringkali terjadi kerancuan dalam pola fikir, karena jumlahnya dan luasannya yang sangat besar maka tidak perlu di pupuk atau di rawat, karena kalau dipupuk dan di rawat maka akan membutuhkan biaya yang sangat besar dan sangat merepotkan, dan hal ini tidaklah umum dan tidak wajar, biarkan alam yang menumbuhkan pohon tersebut. Pada kondisi alam yang sehat dan baik maka pertumbuhan tanaman dapat berjalan dengan baik, itupun tergantung pada kondisi tanah, kesuburan tanah dan siklus makanan dan silus ekologi yang ada di lokasi tersebut.
Disatu sisi ingin hasil yang fantastik tapi disisi lain inginnya enak saja menyerahkan ke alam. kalau memang mau menyerahkan pertumbuhan pohon ke alam maka syukurilah produktivitas yang dihasilkan oleh alam. Tapi bila menginginkan hasil yang lebih tinggi maka perlu adanya usaha atau input yang lebih besar lagi.
Mengenai biaya yang tidak wajar dalam budidaya pohon yang sangat intensif, akan memberikan konsekuensi hasil yang juga fantastik. Misalnya satu pohon jati genjah memerlukan biaya budidaya dan perawatan sampai panen 4 tahun dengan diameter 30 cm adalah Rp. 150.000, maka bila satu hektar di tanam 2000 bibit maka biaya menjadi:
2000 x Rp. 150.000 = Rp. 300.000.000.
Tapi bila di tahun ke empat satu pohon menghasilkan satu kubik kayu jati dengan harga per kubik Rp. 3.000.000, maka hasil yang akan di dapat adalah 2.000 pohon x Rp. 3.000.000 = Rp. 6.000.000.000.
Bila pohon Jabon maka hasilnya 2.000 pohon x Rp 1.000.000 (satu kubik kayu jabon) = Rp. 2.000.000.000
Saya tidak membicarakan nominal, tapi hanya memberikan ilustrasi bahwa bila kita harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi, sementara nanti akhirnya kita akan mendapatkan hasil yang jauh lebih tinggi maka hal tersebut bukanlah suatu masalah.
Di bawah ini saya uraikan pemikiran saya dalam membudidayakan pohon secara super intensif. Pemikiran ini merupakan gabungan dari berbagai faktor yang disinergikan agar pertumbuhan pohon menjadi optimal. Memang di dalam pelaksanaannya bukanlah suatu yang mudah, tapi bila hal tersebut dapat dilakukan maka hasil yang fantastik bukanlah hal yang mustahil.
Perlakuan yang dilakukan agar pohon tumbuh optimal :
1. Seleksi Bibit Unggul
2. Perbanyakan Bibit Kuljar (teknologi )
3. Pembuatan Poliploid (metode dan ramuan 1)
4. Pembentukan struktur akar tunjang + Pemberian mikoriza (metode + mikoriza)
5. Efisiensi energi pertumbuhan (metode + ramuan 2)
6. Pupuk Organik + hayati (metode + ramuan 3)
7. Penguatan akar (metode + ramuan 4)
8. Pembesaran batang (metode + ramuan 5)
9. Pengalokasian energi ke batang (metode + ramuan 6)
10. Ground cover + pupuk organik dan hayati (metode)
11. Pemanenan berulang (metode + ramuan 7)
Dengan dilakukannya kesebelas perlakuan di atas maka diharapkan produktivitas kayu akan jauh meningkat.
Demikian. Terima kasih
Bogor, 25 Mei 2012