Oleh :Ir. Edhi Sandra MSi
- Kepala Unit Kultur Jaringan Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB Bogor
- Kepala Laboratorium Bioteknologi Lingkungan PPLH LPM IPB Bogor
- Pemilik Esha Flora
Pendahuluan
Budidaya pohon baru mulai ramai setelah permintaan terus meningkat
sementara ketersediaan kayu di alam semakin langka. Pada awal budidaya
pohon orang hanya sekedar menanam bibit pohon di lahan untuk kemudian
dibiarkan tumbuh secara alami. Ternyata hasilnya sangat beragam
kualitas dan produktivitasnya.
Kemudian dalam rangka
meningkatkan hasil atau meningkatkan produktivitas maka diperhatikanlah
semua faktor yang berkaitan dengan pertumbuhan pohon seperti keadaan dan
kesesuaian lahan, kualitas benih dan bibit, pemupukan dan penanganan
hama penyakit.
Budidaya yang memperhatikan
faktor lingkungan dan kebutuhan tanaman secara alami menghasilkan
pertumbuhan yang cukup baik. Pertumbuhan pohon dapat tumbuh dengan
optimal, tapi karena masih bersifat alamiah, maka ”optimalnya”
juga alamiah. Manusia berusaha terus untuk meningkatkan keuntungannya.
Pertanyaannya bisakah hasilnya ditingkatkan lagi? Untuk menjawab ini
maka kita perlu bijaksana, secara teoritis ilmiah, jawabannya bisa, tapi
dalam pelaksanaannya kita perlu berhati-hati karena sudah berkaitan
dengan modifikasi, inovasi dan perubahan yang tidak alamiah lagi.
Apakah hal ini diperkenankan? Sepanjang perubahan ini sudah
mengantisipasi semua dampak negatif terhadap lingkungan sekitar maka
boleh-boleh saja.
Perlakuan, inovasi dan modifikasi
dilakukan dalam rangka pertumbuhan pohon dapat berlangsung lebih cepat
lagi, dalam hal ini diperlukan ”Penguasaan teori dasar yang dikembangkan dalam bentuk perlakuan terapan”, dan juga sangat
tergantung pada manajemen pelaksanaan di lapangnya sanggup atau tidak
untuk melaksanakan yang diharuskan dalam rencana teori dasar tersebut.
Di bawah ini telah di inventarisasi beberapa perlakuan yang sangat
penting dalam meningkatkan laju pertumbuhan pohon. Secara umum Produksi
akhir ditentukan oleh 3 kelompok yaitu:
P = G + H + M
Keterangan:
P : Produktivitas
G: Genetik pohon
H: Lingkungan
M: Manajemen
Dengan memperhatikan itu semua maka dibuatlah perlakuan seperti dibawah ini:
1. Seleksi Bibit Unggul
Bibit
secara umum dapat berasal dari benih dan vegetatif. Bibit yang berasal
dari benih, akan memiliki keanekaragaman sifat, yang merupakan variasi
dari gabungan kedua induknya. Variasi ini akan membuat keberadaan bibit
menjadi tidak seragam dan kualitasnya tidak terjamin. Oleh sebab itulah
maka perlu diseleksi bibit unggul yang berasal dari varias yang muncul
dari benih tersebut, atau kalau memang sudah ada indukan unggulnya maka
dapat diambil bibit yang berasal dari bagian vegetatifnya agar sifatnya
sama persis dengan induknya. Dengan demikian kita mengurangi peluang
tidak baik dari bervariasinya bibit yang berasal dari benih. Pada
kondisi tertentu hal ini dapat meningkatkan produktivitas sampai 20 -
40%.
2. Perbanyakan Bibit Kuljar (teknologi )
Bibit
unggul hasil seleksi yang sudah di dapatkan perlu diperbanyak sesuai
dengan kebutuhan. Perbanyakan bibit dalam jumlah besar, seragam,
berkualitas sangat lambat bila dilakukan secara konvensional. Dan
hasilnya belum tentu seragam pula. Oleh sebab itulah maka perlu
dilakukan perbanyakan secara kultur jaringan agar bibit yang dihasilkan
100% merupakan bibit unggul yang telah terseleksi. Hal ini dapat
meningkatkan dan menjamin produksi dengan lebih baik, karena semua
individu yang di tanam terjamin berkualitas unggul
3. Pembuatan Poliploid (metode dan ramuan 1)
Secara
alamiah maka ekspresi tumbuhan ditentukan oleh gen nya bila gen yang
mengatur dan menentukan ekspresi tersebut kita lipatgandakan maka
ekspresi yang muncul menjadi berlipatganda juga. Hal ini lah yang dapat
dilakukan dalam meningkatkan produktivitas, termasuk produksi biomasa
kayu. Dengan melipatgandakan kromosom maka ekspresi morfologi yang
muncul juga berlipat ganda, termasuk juga kemampuan di dalam
menghasilkan metabolit sekunder juga akan berlipat ganda juga. Oleh
sebab itulah maka Poliploid ini sangat cocok di dalam meningkatkan
produksi gubal gaharu.
Untuk membuat pohon yang
poliploid adalah tidak mudah, diperlukan waktu sekitar 2 tahun untuk
kegiatan menyeleksi, perbanyakan, perlakuan poliploid, pemurnian,
perbanyakan dan uji coba atau tes bila dianggap perlu. Begitu di
dapatkan pohon yang poliploid maka sifat tersebut bersifat permanen,
oleh sebab itulah maka kita perlu memperbanyaknya terlebih dahulu agar
varitas raksasa tersebut tidak habis.
Dampak dari
berlipatnya morfologi tersebut adalah tercapainya diameter pohon
tertentu dengan waktu yang lebih cepat atau dengan waktu tanam yang sama
akan dihasilkan diameter pohon yang lebih besar. Hal ini sangat
penting karena dapat memotong biaya produksi budidaya sangat besar.
4. Pembentukan Struktur Akar Tunjang + Pemberian mikoriza
(metode + mikoriza)
Pada
saat aklimatisasi, yaitu dikeluarkannya bibit dari botol kultur ke
luar, maka pertumbuhan akar dapat bervariasi, untuk memastikan bahwa
struktur akar berada dalam kondisi yang terbaik maka sebaiknya dilakukan
pembentukan struktur akar bagi bibit yang kondisi akarnya kurang
optimal, dengan demikian nantinya diharapkan akar dapat tumbuh dengan
baik dan optimal di dalam menjalankan tugasnya.
Proses
penyapihan setelah selesai aklimatisasi, yaitu dari kompot ke polibag
sebaiknya juga dibarengi dengan pemberian mikoriza. Pemberian mikoriza
ini sangat membantu di dalam mencukupi kebutuhan unsur hara makro
khususnya N/P. Pemberian mikoriza ini sangat menguntungkan karena hanya
diberikan satu kali dalam pertumbuhan pohon tersebut dan berdampak
seterusnya selama pohon tersebut hidup.
5. Efisiensi Energi Pertumbuhan (metode + ramuan 2)
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran pohon. Pada dasarnya pertumbuhan
pohon disebabkan oleh membelah, membesar dan menebalnya sel. Energi
yang dihasilkan dari proses fotosíntesis akan dialokasikan untuk
pertumbuhan. Oleh sebab itulah kalau kita dapat mengarahkan dan mengatur
agar pertumbuhan mengarah pada bagian yang diinginkan maka hasilnya
akan lebih optimal.
Tumbuhnya tunas lateral atau tunas
ketiak daun disebabkan dominasi apikal sudah berkurang, dan sistem
hormonal dari akar yang membawa hormon sitokinin lebih dominan sehingga
mulai tumbuhlah tunas samping. Tumbuhnya tunas samping ini tidak
diinginkan dalam budidaya pohon, karena akan mengurangi kualitas kayu
dengan munculnya mata kayu. Oleh sebab itulah tumbuhnya tunas samping
ini harus dicegah. Pada umumnya para pembudidaya melakukan pemipilan
tunas samping tersebut dan pemotongan cabang yang sudah terlanjur tumbuh
memanjang. Bila dicermati maka jumlah biomasa dari tunas
samping yang dipotong tersebut dalam satuan waktu tertentu dengan jumlah
pohon yang besar maka nilainya akan menjadi besar. Oleh
sebab itulah diusahakan agar tunas samping tidak sampai tumbuh, sehingga
alokasi energi dapat difokuskan pada pertumbuhan batang.
6. Pupuk Organik + Pupuk Hayati (metode + ramuan 3)
Pertumbuhan
yang baik membutuhkan berbagai macam bahan organik dasar. Oleh sebab
itulah maka ketersediaan bahan organik turut menentukan pertumbuhan yang
optimal. Ketersediaan bahan organik bisa dilakukan dengan membuat pupuk
organik sendiri. Dengan membuat pupuk organik sendiri maka kelengkapan
bahan organiknya dapat dilengkapi dengan lebih baik. Kelengkapan bahan
organik meliputi bahan-bahan organik seperti asam amino, vitamin,
mineral, asam lemak, hormon, enzim dll.
Pertumbuhan
pohon poliploid berdampak kepada kebutuhan bahan makanan yang juga akan
berlipat pula, oleh sebab itulah ketersediaan bahan makanan di lahan
tidak cukup disediakan secara alami karena proses penguraian atau
degradasi bahan makanan yang terjadi secara alami akan berjalan dengan
lambat. Oleh sebab itulah pembuatan pupuk organik siap pakai oleh pohon
perlu disediakan dengan baik. Demikian pula dengan menyediakan pupuk
hayatinya secara memadai pada lahan akan membuat dinamika dan proses
penguraian makanan untuk membantu ketersediaan makanan akan berjalan
dengan lebih baik
Seringkali pemberian jumlah bahan
makanan atau pupuk kompos hanya berdasarkan perkiraan, apalagi kebiasaan
yang ada proses pemupukan bahan organik hanya seadanya saja tidak
diberikan berdasarkan kebutuhan yang real. Menyediakan pupuk organik
dalam jumlah yang memadai tidaklah akan merugikan (dalam kaitannya
dengan biaya) asal pupuk tersebut tidak terbuang/ tercuci karena erosi.
7. Penguatan akar (metode + ramuan 4)
Akar adalah organ tumbuhan yang berperanan dalam mengangkut bahan
makanan dan air dari dalam tanah masuk ke dalam pohon terus disalurkan
ke atas sampai ke seluruh tajuk. Kemampuan mengangkut bahan makanan
ditentukan oleh:
a. Banyaknya akar (pembuluh akar).
b. Adanya leher akar, perubahan struktur anatomi dari akar ke batang membuat daya dorong atau tekanan yang sangat besar.
c. Adanya sistem kapileritas pada pembuluh batang, daya tarik setiap molekul air dan daya tarik kohesi dan adhesi.
d.
Lepasnya molekul air dari stomata daun pada saat proses transpirasi,
menarik molekul dibelakangnya. Jumlah stomata (banyaknya daun dan
tingginya proses transpirasi) sangat mempengaruhi jumlah air dan bahan
makanan yang dapat diangkut oleh pohon.
Dalam usaha
meningkatkan jumlah makanan dan air yang dapat diangkut oleh pohon maka
penambahan akar akan sangat diperlukan. Penambahan akar dapat menambah
jumlah akar sehingga berdampak pada kekuatan daya dorong akan tetapi
salurannya/pintunya yang dalam hal ini diperankan oleh leher akar,
tetap satu. Oleh sebab itulah perlu dilakukan penambahan atau pengadaan
akar yang langsung berhubungan dengan batang tapi bukan dari leher akar
yang sudah ada, hal ini akan memberikan tambahan kemampuan pohon dalam
mengangkut bahan makanan dan air.
8. Pembesaran batang (metode + ramuan 5)
Pertumbuhan diameter pohon dipengaruhi oleh pembelahan sel-sel kambium.
Sel-sel kambium yang membelah ke bagian dalam membentuk jaringan xylem /
kayu dan sel-sel kambium yang membelah ke bagian luar membentuk
jaringan floem /kulit. Kecepatan pembelahan sel kambium ditentukan oleh
berbagai faktor:
1. Sistem hormonal di dalam pohon tersebut. Pada
tumbuhan yang memiliki sistem hormonal yang baik maka pertumbuhannya
akan lebih cepat. Hormon GA3 mempercepat fase interkalari, fase
istirahat. Hormon pembentukan kalus (kinetin, 2,4D) membantu
mempercepat dan memperbanyak pembelahan sel.
2. Alokasi energi
pada individu pohon diprioritaskan berdasarkan sebaran hormonal, yang
dominan adalah bagian apikal, oleh sebab itulah biasanya proses
pertambahan tinggi menjadi prioritas. Pertumbuhan diameter akan
dialokasikan kalau ada kelebihan energi setelah dikurangi dengan
pertumbuhan apikal.
3. Semakin besar diameter pohon ,sebenarnya
semakin besar hambatannya, hal ini disebabkan jumlah sel-sel yang
terdapat pada bagian luar kambium membentuk lapisan kulit yang sebagian
sudah menjadi tua, dan mengalami penebalan dinding sel, hal ini membuat
tahanan yang cukup kuat untuk membelahnya sel-sel kambium. Apabila kita
melakukan sayatan sampai kelapisan kambium maka sebenarnya tahanan yang
disebabkan oleh adanya sel-sel dibagian luar kambium menjadi berkurang
sehingga pada bagian tersebut sel-sel kambium akan lebih mudah membelah
dan membentuk kalus. Bila peniadaan hambatan ini dibuat sedemikian rupa
sehingga kambium dapat membelah lebih cepat, yang pada akhirnya
berdampak pada bertambahnya diameter pohon. Penyayatan berkala kulit
pohon secara vertikal dari ujung atas sampai pangkal batang, akan
berdampak sangat nyata terhadap ukuran diameter batang.
4.
Pemberian zat kolkisin pada lapisan kambium diharapkan dapat membuat
kromosom kambium menjadi poliploid yang berdampak pada kecepatan
membelah sehingga peningkatan diameter akan lebih cepat.
9. Pengalokasian energi ke batang (metode + ramuan 6)
Energi yang dihasilkan dari proses fotosintesis dipakai untuk membiayai
pertumbuhan dan perkembangan pohon. Pertumbuhan lebih ke arah
kuantitas, sedangkan perkembangan lebih ke arah kualitas. Alokasi energi
untuk pertumbuhan dipakai untuk beberapa alokasi seperti pembelahan
sel, pembesaran sel, penebalan sel, disamping itu juga yang perlu di
ingat bahwa setiap sel pada pohon juga hidup dan bernafas, dan hal
tersebut juga membutuhkan energi.
Pada saat pohon
sudah mencapai tinggi bebas cabang yang memadai maka setelah
terbentuknya tajuk dengan maka alokasi energi pertumbuhan sebaiknya di
peruntukan bagi pembesaran batang, tapi secara alamiah tajuk juga akan
memperbesar dan meregenerasikan organ-organnya. Hal ini dipengaruhi
oleh adanya sistem hormonal auksin dan sitokinin pada ujung pucuk dan
ujung akar.
Agar pertumbuhan dapat di arahkan ke batang maka beberapa hal yang dapat dilakukan:
a.
Menyetop pertumbuhan vegetatif sehingga tidak terjadi pembelahan sel
baru, hal ini menyebabkan alokasi energi diperuntukan pada pembesaran
dan penebalan dinding sel.
b. Mengurangi alokasi makanan hasil
fotosintesis ke akar dengan membuat sayatan melintang tapi tidak merusak
kambium. Hal ini minimal akan memperlambat transportasi makanan dari
tajuk ke akar. Bila luka sudah sembuh maka transportasi makanan akan
pulih kembali dan dapat dilakukan penyayatan melintang kembali.
10. Ground cover + pupuk organik dan Hayati (metode)
Mengurangi persaingan makanan dengan gulma dapat dikurangi dengan
menanam tanaman kacang-kacangan penutup tanah ditambah dengan diperkaya
dengan pupuk hayati maka diharapkan dinamika dan ketersediaan makanan
pada lahan akan dapat berkelanjutan. Apalagi bila kita menambahkan pula
pupuk organik dalam jumlah yang memadai. Dalam teknis pelaksanaannya
dapat dibuat bio pori untk setiap pohonnya sehingga akan membantu
aerasi, masuknya air dan ketersediaan bahan makanan dan pupuk hayati.
11. Pendewasaan Pohon
Pada
saat pertumbuhan vegetatif maka alokasi energi ke pembelahan,
pembesaran dan penebalan sel. Setelah pertumbuhan vegetatif selesai maka
arah pertumbuhan ke pendewasaan pohon yang salah satu konsekuensinya
adalah dihasilkannya senyawa-senyawa kimia berupa metabolit sekunder.
Metabolit sekunder inilah yang bereaksi dengan mikroba fusarium sp yang
kemudian menghasilkan gubal. Berdasarkan perkembangan ilmu terbaru,
bahwa terbentuknya gubal dapat dibuat dengan memberikan suatu zat
induser yang akan menstimulir gubal. Oleh sebab itulah maka pohon harus
dibuat supaya dia menjadi dewasa dan banyak menghasilkan metabolit
sekunder. Proses pendewasaan pohon dengan memberikan perlakuan
penghambatan pertumbuhan dengan paklobutrazol dan penambahan pupuk
Phosphor.
12. Pemberian Perlakuan Untuk menginduksi Gubal Gaharu
Pemberian perlakuan terhadap pohon dalam rangka menginduksi gubal:
a. Memberikan perlakuan fusarium sp dengan berbagai cara (suntik, infus, dll)
b. Memberikan perlakuan zat induser baik melalui infus maupun di siram pada bagian
akar. Bahan induser yang dapat digunakan adalah asam formiat, dan asam
jasminum.
c. Memberikan perlakuan pelukaan pada bagian kayu
d. Memberi perlakuan oksigen pada pohon
13. Pemanenan berulang (metode + ramuan 7)
Setelah dilakukan pemanenan pohon, maka sebenarnya sisa bonggol pohon
yang ada masih dapat menumbuhkan pohon dengan baik dengan catatan tahu
teknik perawatannya. Hal ini sangat menguntungkan karena cadangan
makanan dan hormon yang ada di dalam bonggol dan akar di bawah tanah
mampu menumbuhkan tunas baru dengan cepat dan besar. Hanya di dalam
pelaksanaan teknisnya perlu dilakukan beberapa perlakuan agar batang
pohon yang baru tumbuh tersebut mampu tumbuh sebaik awal kita menanam
pohon, bahkan bisa lebih baik lagi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan berulang ini adalah:
- Pembentukan akar langsung dari batang yang tumbuh tersebut.
- Dominasi sistem hormonal dengan dominasi sitokinin dan giberelin, sehingga pada akhirnya pertumbuhan sel-sel muda pada batang yang baru tumbuh tersebut melebihi atau mendominasi sel-sel tua yang terdapat pada bonggol tersebut.
- Pada awal pertumbuhan trubusan baru dari bonggol yang telah dipanen kayunya, maka perlu dilakukan seleksi terhadap trubusan yang muncul, pilih satu yang terbaik dan tersehat, yang lainnya harus segera di potong dari pangkal batang atau pada bonggol agar tidak terjadi munculnya tunas-tunas baru dari trubusan yang dipotong tersebut.
Bogor, 25 Mei 2012