Hama salah satu kendala pembudidayaan anggrek. Ia mengintai tanaman anggrek setiap saat. Bila kurang waspada, tidak hanya kerusakan yang menimpa anggrek kesayangan Anda, melainkan juga kematian. Semua itu dapat ditimbulkan oleh serangan alat mulut tusuk dan isap serta alat mulut gigi dan kunyah dari hama serangga, tungau dan keong. Berikut deskripsi hama anggrek, sebagaimana yang diungkapkan Ir. Yos Sutiyoso dalam kumpulan makalah seminar anggrek sehari.
Hama Serangga.
1. Kumbang gajah (Orchidophilus aterrimus, Coleoptera)
Kumbang ini banyak terlihat setelah usai hujan dan berada di pucuk bulb Dendrobium yang masih vegetatif. Cara menyerangnya dengan menggigit pucuk daun. Setelah dua hari, pucuk yang digigit terlihat mulai menguning dan melayu. Bila pucuk membuka, maka daun yang terbentuk akan terlihat rombeng dan banyak kehilangan butir hijau daun. Bila titik tumbuh pucuk terserang, maka bulb tersebut terhenti pertumbuhannya.
Kumbang ini biasanya juga meletakkan telurnya di pucuk atau pada permukaan bulb yang akan menetas. Selanjutnya larva akan menggerek dan memakan jaringan di dalam bulb tersebut hingga berongga. Maka terputuslah aliran air dan hara dari akar ke daun, sehingga daun menguning, gugur dan bulb menjadi gundul.
Larva berganti kulit beberapa kali di dalam bulb, kemudian berubah menjadi pupa. Seminggu kemudian berubah bentuk lagi menjadi kumbang. Ditembusnya kulit bulb untuk membuat lubang keluar, kemudian kawin dan meletakkan telur kembali sebagai lanjutan daur hidupnya.
Bila kita melihat lubang pada bulb Dendrobium, maka itu berarti hama tidak berada dalam bulb lagi. Namun begitu lubang pada bulb ini mungkin saja menjadi pintu gerbang serangan oleh penyakit cendawan atau bakteri, sehingga bulb menjadi busuk.
2. Kutu Parlatoria (Palratoria proteus, Homoptera)
Kutu ini sering menyerang tanaman anggrek terestris, misalnya aranthera’James Storie’, Arachins’Maggie Oie’, dan sebagainya. Pada umunya daun yang terserang hama ini, penuh dengan kutu berwarna kuning kecokelatan dan sering disangka kotoran serta hanya terdapat di permukaan bawah. Di sekitar tempat kutumelekat, daun menguning lalu berbercak cokelat, menghitam dan gugur.
Kutu ini bentuknya agak lonjong dan berperisai yang merupakan jaringan mati, sehingga sulit ditembus insektisida. Meskipun dengan insektisida sistemik hama dapat terkendali dengan baik, tetapi kutu yang mati masih tetap melekat pada daun.
Hama ini berkembangbiak dengan cepat, terutama pada musim kemarau. Di musim hujan, larvanya dapat terbasuh oleh hujan yang deras. Penyiraman juga membasuh larva ini, sehingga jatuh dari permukaan daun dan mati.
3. Kutu Putih (Pseudococcus spp, Homoptera)
Kutu ini menyerang anggrek Phalaenopsis diketiak sekitar titik tumbuhnya, kadang-kadang menyerang akar Dendrobium didalam media pot. Juga terdapat pada batang dan daun sebelah bawah Cattleya, Dendrobium, dan sebagainya. Larvanya kecil dan ringan serta rajin berkeliaran, sehingga dapat menyebar atas areal yang lebih luas.
Dengan mencocokkan kedalam jaringan tanaman, diisapnya isi sel. Daun dan jaringan tanaman menjadi kuning dan akhirnya gugur, sehingga tanaman menjadi gundul. Setelah mendapat tempat yang baik, maka kutu putih menetap ditempat itu, kemudian membuat selaput putih pada badannya. Selanjutnya tanaman akan menderita, karena seekor kutu betina dapat menghasilkan sekitar 300 butir telur yang diletakkan selama dua minggu.
4. Kutu Tudung (Chrysomphalus tingi, Homoptera)
Bentuknya bulat dan meninggi ditengahnya. Telur diletakkan di bawah perisainya. Setelah menetas, larvanya keluar dari bawah perisai secara bertahap, kemudian berkeliling mencari tempat mencocokkan moncongnya.
Selanjutnya daun Cattleya maupun bulbnya akan menjadi kuning karena jaringan tanaman diisap habis oleh kutu. Bila serangannya parah, maka daunmenjadi cokelat, kering dan kemudian gugur.
Hama Tungau
Tungau (mite, Inggris, mijt, Belanda) Pada umunya berkembang pesat pada musim kemarau. Di musim hujan, nimfanya mudah terbasuh oleh hujan bila berada di permukaan daun sebelah atas. Dapat pula terbasuh oleh air siraman, sehingga kebun yang rajin disiram dengan banyak air akan sedikit serangannya.
Alat mulutnya bersifat tusuk dan isap, akan menyebabkan bintik-bintik kuning pada daun, yang kemudian mencokelat, akhirnya daun mulai mongering dan gugur.
Hama tungau ini terdiri dari tungu merah (Tenuipalpus pacificus, Acarina) dan tungu jingga (Dolichotetranachus vandergooti, Acarina). Tungau merah biasanya berkeliaran diseluruh permukaan daun disebelah bawah, mengakibatkan daun seperti bergambar peta dengan adanya garis-garis putih keperakan yang berliku-liku. Sedangkan tungau jingga terutama menyerang ketiak daun Dendrobium yang terdapat di antara pelepah dengan batang/bulb, menyebabkan pelepah bagian teratas dan pada pangkal helai daun terlihat bercak hitam.
Hama Keong (Mollusca)
Telur menetas menjadi keong kecil, terutama di awal musim hujan. Pada akhir musim hujan, ukuran badannya telah meningkat pesat. Itulah sebabnya untuk wilayah Indonesia bagian Timur, termasuk Pulau Jawa, sehingga keong mengganas di antara bulan Maret hingga Mei. Setelah itu bila musim kemarau tiba, keong akan mengalami kekeringan dan biasanya menurun kegiatan serangannya.
Hama keong ini terdiri dari keong telanjang (Vaginula bleekeri, Mollusca), keong setengah telanjang (Parmarion popularis, Mollusca), keong berumah (Achatina fulica, Mollusca).
Keong telanjang bentuknya seperti lintah, sering disebut “lesispo” (Jawa) atau “Limus sakeureut” (Sunda). Aktif berkeliaran menyerang tanamna di malam hari. Keong ini rakus sekali makan daun-daun Phalaenopsis dan jenis-jenis daun lunak lainnya.
Berbeda dengan keong setengah telanjang yang memiliki benjolan yang agak mengeras di punknya. Dimusim hujan, bila malam kelembapannya tinggi, keluarlah keong ini dari rerumputan atau dari media pot, kemudian menyerang tanaman.
Selanjutnya adalah keong rumah, sering disebut keong racun, keong ini pun hanya aktif di malam hari. Segala macam tanaman dimakannya. Telurnya berbentuk pipih bulat dan biasanya diletakkan di antara sampah. Kerakusannya menyebabkan kerugian yang sangat besar, terutama diakhir musim hujan, ketika ukurannya telah besar dan kebutuhan makanannya meningkat.
Hama Serangga.
1. Kumbang gajah (Orchidophilus aterrimus, Coleoptera)
Kumbang ini banyak terlihat setelah usai hujan dan berada di pucuk bulb Dendrobium yang masih vegetatif. Cara menyerangnya dengan menggigit pucuk daun. Setelah dua hari, pucuk yang digigit terlihat mulai menguning dan melayu. Bila pucuk membuka, maka daun yang terbentuk akan terlihat rombeng dan banyak kehilangan butir hijau daun. Bila titik tumbuh pucuk terserang, maka bulb tersebut terhenti pertumbuhannya.
Kumbang ini biasanya juga meletakkan telurnya di pucuk atau pada permukaan bulb yang akan menetas. Selanjutnya larva akan menggerek dan memakan jaringan di dalam bulb tersebut hingga berongga. Maka terputuslah aliran air dan hara dari akar ke daun, sehingga daun menguning, gugur dan bulb menjadi gundul.
Larva berganti kulit beberapa kali di dalam bulb, kemudian berubah menjadi pupa. Seminggu kemudian berubah bentuk lagi menjadi kumbang. Ditembusnya kulit bulb untuk membuat lubang keluar, kemudian kawin dan meletakkan telur kembali sebagai lanjutan daur hidupnya.
Bila kita melihat lubang pada bulb Dendrobium, maka itu berarti hama tidak berada dalam bulb lagi. Namun begitu lubang pada bulb ini mungkin saja menjadi pintu gerbang serangan oleh penyakit cendawan atau bakteri, sehingga bulb menjadi busuk.
2. Kutu Parlatoria (Palratoria proteus, Homoptera)
Kutu ini sering menyerang tanaman anggrek terestris, misalnya aranthera’James Storie’, Arachins’Maggie Oie’, dan sebagainya. Pada umunya daun yang terserang hama ini, penuh dengan kutu berwarna kuning kecokelatan dan sering disangka kotoran serta hanya terdapat di permukaan bawah. Di sekitar tempat kutumelekat, daun menguning lalu berbercak cokelat, menghitam dan gugur.
Kutu ini bentuknya agak lonjong dan berperisai yang merupakan jaringan mati, sehingga sulit ditembus insektisida. Meskipun dengan insektisida sistemik hama dapat terkendali dengan baik, tetapi kutu yang mati masih tetap melekat pada daun.
Hama ini berkembangbiak dengan cepat, terutama pada musim kemarau. Di musim hujan, larvanya dapat terbasuh oleh hujan yang deras. Penyiraman juga membasuh larva ini, sehingga jatuh dari permukaan daun dan mati.
3. Kutu Putih (Pseudococcus spp, Homoptera)
Kutu ini menyerang anggrek Phalaenopsis diketiak sekitar titik tumbuhnya, kadang-kadang menyerang akar Dendrobium didalam media pot. Juga terdapat pada batang dan daun sebelah bawah Cattleya, Dendrobium, dan sebagainya. Larvanya kecil dan ringan serta rajin berkeliaran, sehingga dapat menyebar atas areal yang lebih luas.
Dengan mencocokkan kedalam jaringan tanaman, diisapnya isi sel. Daun dan jaringan tanaman menjadi kuning dan akhirnya gugur, sehingga tanaman menjadi gundul. Setelah mendapat tempat yang baik, maka kutu putih menetap ditempat itu, kemudian membuat selaput putih pada badannya. Selanjutnya tanaman akan menderita, karena seekor kutu betina dapat menghasilkan sekitar 300 butir telur yang diletakkan selama dua minggu.
4. Kutu Tudung (Chrysomphalus tingi, Homoptera)
Bentuknya bulat dan meninggi ditengahnya. Telur diletakkan di bawah perisainya. Setelah menetas, larvanya keluar dari bawah perisai secara bertahap, kemudian berkeliling mencari tempat mencocokkan moncongnya.
Selanjutnya daun Cattleya maupun bulbnya akan menjadi kuning karena jaringan tanaman diisap habis oleh kutu. Bila serangannya parah, maka daunmenjadi cokelat, kering dan kemudian gugur.
Hama Tungau
Tungau (mite, Inggris, mijt, Belanda) Pada umunya berkembang pesat pada musim kemarau. Di musim hujan, nimfanya mudah terbasuh oleh hujan bila berada di permukaan daun sebelah atas. Dapat pula terbasuh oleh air siraman, sehingga kebun yang rajin disiram dengan banyak air akan sedikit serangannya.
Alat mulutnya bersifat tusuk dan isap, akan menyebabkan bintik-bintik kuning pada daun, yang kemudian mencokelat, akhirnya daun mulai mongering dan gugur.
Hama tungau ini terdiri dari tungu merah (Tenuipalpus pacificus, Acarina) dan tungu jingga (Dolichotetranachus vandergooti, Acarina). Tungau merah biasanya berkeliaran diseluruh permukaan daun disebelah bawah, mengakibatkan daun seperti bergambar peta dengan adanya garis-garis putih keperakan yang berliku-liku. Sedangkan tungau jingga terutama menyerang ketiak daun Dendrobium yang terdapat di antara pelepah dengan batang/bulb, menyebabkan pelepah bagian teratas dan pada pangkal helai daun terlihat bercak hitam.
Hama Keong (Mollusca)
Telur menetas menjadi keong kecil, terutama di awal musim hujan. Pada akhir musim hujan, ukuran badannya telah meningkat pesat. Itulah sebabnya untuk wilayah Indonesia bagian Timur, termasuk Pulau Jawa, sehingga keong mengganas di antara bulan Maret hingga Mei. Setelah itu bila musim kemarau tiba, keong akan mengalami kekeringan dan biasanya menurun kegiatan serangannya.
Hama keong ini terdiri dari keong telanjang (Vaginula bleekeri, Mollusca), keong setengah telanjang (Parmarion popularis, Mollusca), keong berumah (Achatina fulica, Mollusca).
Keong telanjang bentuknya seperti lintah, sering disebut “lesispo” (Jawa) atau “Limus sakeureut” (Sunda). Aktif berkeliaran menyerang tanamna di malam hari. Keong ini rakus sekali makan daun-daun Phalaenopsis dan jenis-jenis daun lunak lainnya.
Berbeda dengan keong setengah telanjang yang memiliki benjolan yang agak mengeras di punknya. Dimusim hujan, bila malam kelembapannya tinggi, keluarlah keong ini dari rerumputan atau dari media pot, kemudian menyerang tanaman.
Selanjutnya adalah keong rumah, sering disebut keong racun, keong ini pun hanya aktif di malam hari. Segala macam tanaman dimakannya. Telurnya berbentuk pipih bulat dan biasanya diletakkan di antara sampah. Kerakusannya menyebabkan kerugian yang sangat besar, terutama diakhir musim hujan, ketika ukurannya telah besar dan kebutuhan makanannya meningkat.