SUBKULTUR DALAM KULTUR JARINGAN TANAMAN
Ir. Edhi Sandra MSi. 1)
Ir Hapsiati 2)
Azizah Zahra S Hut 3)
1). Dosen Konservasi Keanekaragaman
Tumbuhan DKSHEFahutan IPBUniversity
Kepala unit Kultur Jraingan Divisi
DKKKSHEFahutan IPBUniversity
Kepala BioteknologiLingkungan
PPLHLPPMIPB University
Kepala SUA Konervasi IPB University
Pendiri Esha Flora, Plant And Tissue
Culture
2). Pemilik dan Pendiri Esha Flora,
Plant And Tissue Culture
3) Pemilik dan Manajer Humas dan Promosi
Pendahuluan
Pengertian subkultur dalam hal ini
adalah pemindahan kultur dari botol kultur yang satu ke botol kultur lainnya,
dengan berbagai tujuan. Oleh sebab itulah maka dalam mengerjakan subkultur kita
harus mengetahui tujuannya terlebih dahulu dan menyiapkan semua kebutuhan untuk
subkultur tersebut. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan persentase
keberhasilan di dalam subkultur
Banyak hal-hal sederhana dalam subkultur
jaringan tanaman yang perlu diperhatikan yang seringkali lepas dari evaluasi,
atau lupa terfikirkan, sehingga pada akhirnya berdampak pada hasil yang kurang
baik, hasil yang kurang optimal bahkan seringkali menyebabkan kerugian dan
kegagalan.
Banyak persepsi dan pemahaman yang
keliru terkait pertumbuhan eksplan dan subkultur sehingga laboran atau praktisi
melakukan kegiatan kultur jaringan yang salah, sehingga lambat laun kultur
berangsur mati. Membenarkan persepsi dan pemahaman yang salah ini sangat
penting agar kita dapat memberikan perlakuan antisipasi yang benar dan dapat
meningkatkan peluang tumbuhnya eksplan.
Persentase
Keberhasilan
Di Esha Flora persentase keberhasilan
subkultur secara umum adalah kisaran 80 % - 100 %. Sedangkan persentase
keberhasilan inisiasi pada kisaran 0% - 10 % saja. Hal ini bisa dipahami bahwa
untuk inisiasi, bahan eksplan belum steril, apalagi bahan eksplan yang berasal
dari alam, dari hutan, maka bisa dipastikan di dalam eksplan tersebut terdapat
mikroba indofet, mikroba yang ada di dalam eksplan tersebut, hal inilah yang
menyebabkan eksplan seringkali kontaminasi setelah diinisiasi beberapa waktu.
Berbeda dengan inisiasi maka subkultur,
pada umumnya kondisi sudah steril sehingga peluang keberhasilan sangat tinggi.
Tapi banyak juga kemungkinan kultur tanaman yang sebenarnya masih mengandung
mikroba di dalam jaringannya, mikroba tersebut belum sempat keluar saat
inisiasi awal, dan sudah pulih atau sembuh lukanya sehingga mikroba tidak dapat
keluar dan mengkontaminasi media. Tapi saat disubkultur, bahan subkultur
dipotong-potong dan luka akhirnya mikroba yang masih ada di dalam kultur
tanaman akan keluar dan mengkontaminasi media kultur.
Persiapan
subkultur
Persiapan yang perlu dilakukan dalam
merencanakan subkultur adalah mengindentifikasi keperluan apa saja yang
diperlukan sesuai tujuan subkultur yang akan dilakukan dan menyiapkan semua
perlengkapan yang diperlukan. Terutama sekali di dalam menyiapkan perlengkapan
untuk subkultur adalah ketersedian media kultur steril yang sesuai dengan
keperluannya, dan biasanya di dalam melakukan subkultur kita perlu menyedikan
beberapa formula media kultur steril untuk mengantisipasi ragam bentuk sediaan
kultur yang ada yang perlu di subkultur ke media yang sesuai.
Kapan
Subkultur Harus Dilakukan
Pertanyaan ini seringkali muncul dan ditanyakan,
hal ini berarti bahwa yang menanyakan tersebut belum memahami maksud dan tujuan
subkultur serta karakteristik situasi kondisi kultur tanamannya. Tidak ada
keharusan bahwa subkultur itu harus setelah sekian bulan dan sebagainya, tapi
hal ini disesuaikan dengan tujuan dan kondisi kultur tanamannya.
Ragam
Tujuan Subkultur
Subkultur tidak hanya sekedar untuk
memperbanyak saja. Sama halnya dengan kultur jaringan bukan hanya sekedar
teknologi untuk perbanyakan saja tapi masih banyak pula tujuan dari kultur
jaringan. Saya membagi tujuan subkultur seperti dijelaskan dibawah ini.
1.
Penyelamatan
2.
Perbanyakan
3.
Peremajaan
4.
Penjarangan
5.
Perlakuan
6.
Pemilahan
1.Penyelamatan
adalah subkultur yang dilakukan dengan tujuan untuk menyelamatkan eksplan yang
terkontaminasi. Bila yang terkontaminasi adalah di media dan tidak menempel
pada eksplan maka dalam subkulturnya bisa langsung di pindahkan ke media kultur
steril yang baru, tanpa harus diproses sterilisasi lagi. Tapi bila kontaminasi
menempel pada eksplan, maka eksplan diproses sterilisasi seperti awal inisisi lagi.
Penyelamatan juga bisa dilakukan pada eksplan yang mengalami browning yang
berat, sehingga media di sekitar eksplan sudah mencoklat pekat, dalam hal ini
akan menghalangi penyerapan bahan makanan dari media ke eskplan. Penyelamatan
juga bisa dilakukan bila :
a. Ekplan mengalami sebagian kematian,
tinggal titik tumbuh yang sudah mulai menumbuhkan tunas baru tapi batang bawah
yang ke media kultur mengalami kematian atau sakit, sehingga harus cepat
diselamatkan untuk diambil mata tunasnya saja yang sudah menumbuhkan tunas
untuk di tanam di media baru.
b. Eksplan/ kultur tanaman secara tidak
sengaja lepas dari media karena botol di bolak-balik saat di lihat oleh
orang. Berarti bahwa eksplan/kultur
tanaman yang lepas tersebut sudah tidak kontak dengn baik lagi dengan media hal
ini akan kurang baik bagi pertumbuhan eksplan/kultur tanaman. Oleh sebab itulah
perlu di subkultur untuk ditanam atau di benamkan sedikit ke media agar kontak
dengan media bagus sehingga proses penyerapan makanan dapat terjadi dengan
baik.
2.Perbanyakan
adalah subkultur dengan tujuan agar kultur dapat cepat bermultiplikasi. Semakin
cepat waktu subkultur yang dilakukan akan semakin cepat hasil perbanyakan
subkulturnya. Subkultur untuk tujuan perbanyakan bisa terdiri dari :
perbanyakan stek mata tunas, perbanyakan embrio somatik, perbanyakan kalus,
perbanyakan jaringan. Dalam hal ini masing-masing memerlukan formula media yang
berbeda-beda.
3.Peremajaan
adalah subkultur yang bertujuan untuk meremajakan sifat kultur tanaman yang
akan dihasilkan. Dalam hal ini biasanya subkultur dilakukan pada kultur tanaman
yang sudah tua yang sudah kehabisan bahan makanan dari media kulturnya, dan
kultur tanaman sudah terlalu tua.
4.Penjarangan
adalah subkultur yang bertujuan untuk mengurangi jumlah individu dalam suatu
populasi kultur akibat dari pertumbuhan sehingga populasi terlihat berjejal
padat, hal ini akan kurang baik bila di diamkan karena akan bersaing kebutuhan faktor
pertumbuhan. Hal ini biasanya dilakukan
pada kultur biji anggrek. Kultur semai biji anggrek biasanya dijarangkan sampai
3-4 kali subkultur agar pertumbuhan individu dapat tumbuh dengan baik.
5.Perlakuan
adalah subkultur ke media kultur steril baru yang sudah diberi perlakuan
tertentu. Subkultur untuk keperluan perlakuan biasanya terkait dengan kesamaan
bahan kultur awal sebagai bahan eksplan yang seragam untuk perlakuan penelitian
sehingga dapat dianalisa perbedaan pertumbuhan dari perlakuan yang diberikan.
Subkultur untuk keperluan perlakuan terdiri dari dua macam, yang pertama diberi
perlakuan dan langsung dilihat bagaimana pertumbuhan kultur tersebut di media
perlakuan tersebut. Kedua, adalah subkultur ke media perlakuan untuk waktu
tertentu, setelah kultur terpapar/ terkena/ terpengaruh oleh perlakuan, maka
kultur harus segera dipindahkan ke media pertumbuhan normal. Biasanya dalam hal
ini disebabkan bahwa media perlakuan bersifat menghambat dan akan dapat
mematikan ekplan atau kultur bila tidak dipindahkan ke media normal kembali. Contoh
dalam hal ini adalah pemberian perlakuan kolkisin pada media kultur untuk
tujuan poliploid. Eksplan di masukkan ke media perlakuan kolkisin sekitar 2 – 3
bulan untuk kemudian dipindahkan kembali ke media pertumbuhan normal.
6.Pemilahan
adalah subkultur yang dilakukan dengan mengambil bagian kultur tanaman tertentu
sesuai dengan karakter bagian kultur tanaman dan harus seragam pengambilan
bagian kultur tersebut agar hasil subkultur dari bagian kultur tanaman tersebut
bersifat seragam dengan karakter/sifat yang diinginkan. Misalnya untuk
mendapatkan hasil bibit kultur jaringan yang memiliki kualitas pembungaan dan
pembuahan yang baik, cepat berbunga dan berbuah, pertumbuhan baik, masih muda
tapi sudah berbunga dan berbuah dan viabilitas bagus, maka dalam hal ini bagian
kultur yang kita ambil adalah tunas mudanya saja atau pucuk-pucuknya saja yang
diambil dari kultur yang sudah berumur di atas 6 bulan. Dan sebaliknya untuk
menghasilkan kultur dengan metabolit sekunder yang tinggi maka yang diambila
pada saat subkultur adalah, bagian pangkal dari kultur yang berasal dari botol
kultur yang umurnya sudah diatas 6 bulan bahkan lebih dari satu tahun misalnya,
maka kultur yang akan dihasilkan seragam dengan kemampuan menghasilkanmetabolit
sekunder yang tinggi.
SubkulturYang
Efisien Dan Efektif
Pada saat kita mensubkultur suatu kultur
tanaman tertentu, maka sebenarnya dalam satu botol kultur akan terjadi beberapa
bentuk morfologi pertumbuhan yang terjadi pada kultur tanaman yang ada dalam
satu botol kultur tersebut. Misalnya kita mau mensubkultur tanaman untuk
persiapan aklimatisasi, maka suda mulai kita seleksi dan siapkan kultur tanaman
yang sudah tinggi/panjang untuk di bentuk kearah individu tunggal, atau masuk
ke fase perakaran misalnya. Jadi bagian kultur tanaman yang batangnya sudah
agak tinggi di subkultur dan dimasukkan
ke bagian perakaran dan pemanjangan individu. Tapi dalam botol kultur tersebut,
tidak semua bentuk kultur tanaman berupa batang pucuk yang sudah mulai
memanjang, tapi bisa pula dalam bentuk misalnya embrio somatik, atau mungkin
ada kalus. Lalu apakah bentukan kultur ini dibuang atau dibiarkan, tentunya
sekalian disubkultur tapi sesuai dengan bentukan morfologinya untuk yang embrio
somatik di masukkan dalam media embrio somatik, dan yang kalus dimasukkan ke
media kalus dst.
Dengan demikian semua bahan kultur
tanaman steril tidak ada yang terbuang semua bisa disubkultur sesuai dengan
kondisinya. Berarti bahwa di dalam kita mensubkultur maka kita harus menyiapkan
berbagai formula media yang mungkin akan kita temui, walau misalnya tujuan
subkultur adalah untuk perakaran, misalnya.
Variasi
Somaklonal Hasil Subkultur
Bila kita tidak melakukan pemilahan di
dalam melakukan subkultur berulang, atau kita mensubkultur semua bahan kultur
yang ada maka sebenarnya bibit hasil subkultur berulang yang tanpa dilakukannya
pemilahan akan mengalami variasi somaklonal yang disebabkan oleh adanya variasi
umur dan fisiologi. bila secara garis
besar umur di bagi menjadi 2 kelompok besar yaitu muda dan tua. Dan untuk
yang fisiologis juga dibagi 2 kelompok yaitu remaja (jouvenil) dan dewasa
(mampu bereproduksi), maka hasil cloning yang di dapat ada variasi:
1.Muda
– Remaja : adalah karakter
seperti karakter biji, umur panjang, lama berbunga, pertumbuhan tinggi. Karakter ini sangat bagus untuk
jenis-jenis pohon yang dipanen batangnya.
Pemilahan : ambil
pucuk-pucuknya saja dari kultur yang umurnya belum lebih dari 6 bulan.
2.Muda
– Dewasa : masih muda,
baru tumbuh tapi sudah bisa menghasilkan bunga dan buah hal ini sangat bagus
untuk tanaman buah dan bunga
Pemilahan : ambil
pucuk-pucuknya saja dari kultur yang umurnya lebih dari 6 bulan atau lebih.
3.Tua -
Remaja : umur tua lambat, kerdil, tidak berbunga dan
berbuah, karakter ini sangat cocok untuk bonsai, atau tanaman yang ingin
dikerdilkan tapi juga tidak memerlukan bunga dan buahnya
Pemilahan : ambil bagian
pangkal dari kultur yang umurnya masih atau kurang dari 6 bulan.
4.Tua -
Dewasa : umur tua, kerdil, pertumnbuhan lambat tapi
berbunga dan berbuah, sangat baik untuk tanaman buah hutan tropis yang umurnya
panjang dan berbunga dan berbuahnya lama, seperti matoa, kecapi, duku dll,
pemilahan ini juga bagus untuk mendapatkan kultur dengan tujuan metabolisme
sekunder
Pemilahan : ambil bagian
pangkal kultur yang umur kulturnya sudah lebih dari 6 bulan atau lebih.
Subkultur Dan
Kualitas Kultur
Faktor
subkultur yang mempengaruhi kualitas kultur adalah :
1.
Pemilahan di dalam subkultur sangat
menentukan keseragaman cloning bibit yang dihasilkan. Bila di dalam subkultur
tidak dilakukan pemilahan bagian ekspan yang diambils esuai dengan tujuannya
maka di dalam bibit yang dihasilkan terdapat 4 ragam variasi bibit kultur yang
dihasilkan.
2.
Jumlah subkultur yang berulang kali
menentukan kualitas bibit kultur yang dihasilkan. Tapi mengenai hal ini bukan
berarti bahwa permasalahan ini tidak dapat diatasi dan kita harus selalu
mengambil bahan eksplan baru agar kualitas sama seperti awal, padahal tidak
harus seperti itu, kita bisa tetap mengambil eksplan dari bahan kultur yang ada
hanya perlu tau apa saja yang perlu diperhatikan.
3.
Waktu inkubasi menentukan jumlah
perbanyakan bibit yang dihasilkan dalam satu kali subkultur. Semakin cepat
subkultur dilakukan akan semakin banyak jumlah hasil perbanyakan subkulturnya
4.
Ukuran ekspan yang diambil dan
disubkultur menentukan konsekuensi keberhasilan terkait dengan kontaminasi dan
viabilitasnya.
5.
Subkultur kalus sebaiknya tidak lebih
dari 3 bulan, bahkan sebaiknya di bawah 1 bulan dan yang diambil adalah bagian
yang sel-selnya baru tumbuh, syukur-syukur bila ada embrio somatiknya maka
ambil embrio somatik yang paling ujung/ tumbuh terakhir
6.
Subkultur untuk jenis pohon yang sangat
lambat tumbuhnya juga jangan menunggu agar eksplan tum buh tinggi baru kemudian
di subkultur tapi usahakan subkultur tidak lebih dari 1 bulan, maksudnya
menjaga agar bahan eksplan selalu dalam kondisi jouvenil, baik sel atau jaringannya
yang memang jouvenil, juga tidak terimbas metabolit sekunder kearah kematian
(zat penghambat, dan etilen) fisiologi tua dari kultur yang umurnya sudah tua.
7.
Semakin kecil ukuran bahan eksplan yang
digunakan saat subkultur akan semakin kecil dampak fisiologis dan morfologi tua
(metabolit sekunder kearah kematian) dari bahan kultur indukannya. Sebagai
gambaran bahan eksplan apikal yang diambil sekitar dibawah 0,5 cm
Bagaimana
caranya agar jumlah banyaknya subkultur tidak mempengaruhi kualitas?
Banyak pihak yang menyampaikan bahwa
subkultur tidak boleh lebih dari 6 kali, yang lain bilang tidak boleh lebih 4
kali. Setelah itu maka mereka akan melakukan inisiasi lagi dari awal. Apakah
memang demikian? Apakah tidak bisa kita lakukan subkultur terus menerus dengan
kualitas yang sama seperti awalnya?
Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut
maka prinsipnya adalah sebagai berikut:
1.
Ingatlah selalu prinsip Totipotensi
yaitu seiap sel tumbuhan mengandung rangkaian genetik yang lengkap, jadi
satu sel tersebut cukup untuk dapat menjadi individu baru yang sama dengan
induknya. Dan setiap sel tersebut mengandung rangkaian gen yang lengkap dan
sama untuk semua sel vegetative dari individu tersebut.
2.
Kondisi fisiologi suatu mahluk hidup
ditentukan oleh fisiologi dari sel-sel atau jaringan yang membentuk individu
tersebut. Oleh sebab itulah bila individu tersebut didominasi sel-sel yang masih
muda maka dominasi sel-sel muda tersebut akan mendominasi sifat fisiologi dari
individu tersebut. Demikian pula sebaliknya bila suatu individu didominasi oleh
sel-sel yang sudah dewasa maka individu akan didominasivoleh sifat-sifat
dewasa.
3.
Disisi lain yang perlu juga diingat
bawa, misalnya suatu individu di dominasi oleh sel-sel yang sudah dewasa, tapi
bukan berarti bahwa di dalam individu tersebut tidak ada sel-sel yang muda,
demikian pula dengan sel-sel yang tua. Jadi sebenarnya di dalam suatu individu
terdapat ragam sel-sel yang berbeda sifat dan karakter fisiologinya tergantung
pada umur dan morfologi sel.
4.
Dan walaupun di dalam individu terdapat
variasi dan ragam fisiologi morfologi sel akan tetapi semua sel vegetative
mempunyai gen yang sama dari individu tersebut. Gen tersebut tetap tapi ekspresi
yang muncul dari suatu sel dipengaruhi oleh sifat dan karakter fisiologis dari
sel tersebut. Oleh sebab itulah bahwa karakter suatu sel atau eksplan atau
kultur belum tetntu disebabkan oleh perubahan genetic (mutasi), tapi juga
dimungkinkan oleh sifat fisiologis morfologis dari sel tersebut. Dan ekspresi yang muncul tersbut bisa di
kembalikan ke sifat dan karakter gen awal bila sifat dan karakter sel tidak
mempengaruhinya.
5.
Cara untuk mengembalikan sifat dan
karakter murni gen suatu mahluk hidup bisa dilakukan dengan cara kita berusaha
mengisolasi gen dalam suatu sel yang sifat dan karakter selnya belum
terekspresikan dan akan berdampak mempengaruhi karakter gennya. Untuk itu bisa
dilakukan dengan Metode Kultur Meristem. Dalam teknologi kultur meristem, bahan
eksplan yang diambil tidak boleh lebih besar dari 0,5 mm, jadi benar-benar
yang diambil dalam hal ini adalah sel meristem yang baru membelah dan belum
terekspresikan, dan belum terkontaminasi penyakit maupun virus.
Berdasarkan pemahaman prinsip diatas
maka kita dapat mensubkultur tanpa batas tanpa harus merubah karakter gennya.
Oleh sebab itulah maka Program Esha Flora dalam merintis
koleksi keanekargaman hayati plasma nutfah Indonesia secara ilmiah sangat di mungkinkan.
Kita dapat mengkoleksi specimen hidup dengan cara di tidurkan (Metode
Pertumbuhan Minimal), dan bila diperlukan akan dibangunkan dan
diperbanyak dan dioptimalkan karakter gennya (Metode Kultur Meristem), bahkan
dapat kita muliakan dengan berbagai metode (poliploid, kultur anther, kultur
mutasi dll), bahkan dapat kita produksi bahan bioaktif langsung dari
dalam botol seperti Metode metabolit sekunder.
Jadi agar subkultur tidak merubah sifat
dan karakter eskpresi individu maka dalam melakukan subkultur seharusnya
menggunakan metode meristem, tapi bila sulit dan tidak dimungkinkan maka yang
dapat dilakukan adalah :
1.
Lakukan subkultur tidak lebih dari 1
bulan, maksudnya adalah agar umur sel di dalam kultur masih masuk dalam
kategori muda, dan sampai 3 kali subkultur masih masuk dalam kategiri muda.
Berdasar pengalaman, suatu sel akan mengalami sifat tua bila umur sudah lebih
dari 4 -6 bulan, maka karakter sel berubah menjadi dewasa dan terus berlanjut
ke tua sejalan dengan bertambahnya waktu.
2.
Dalam mengambil bahan eklsplan dari
kultur yang umurnya tidak lebih dari satu bulan tersebut , maka eksplan yang
diambil adalah tunas apikalnya saja atau boleh dengan satu tunas lateralnya,
jadi dua titik tumbuh dari ujung. Maksudnya adalah bahwa umur eksplan yang
diambil diharapkan tidak lebih dari 2 minggu.
3.
Bila terlihat terjadi penurunan sifat
atau kualitas pertumbuhan maka untuk selanjutnya maka bahan eksplan yang
diambil adalah tunas apikalnya saja dan yang diambil usahakan sekecil
mungkin, seperti kita mengambil kultur meristem. Hal ini akan membuang
berbagai sifat dan karakter sel yang lambat laun terimbas tua dengan
dilakukannya subkultur berulang, setelah dilakukan pengambilan seperti ini maka
diharapkan karakter kultur yang dihasilkan hampir sama dengan kultur meristem.
Dan dapat terus dilakukan subkultur.
Subkultur
Jenis Pohon
Subkultur pohon kita jangan sampai
terjebak dengan pertumbuhan eksplan yang lambat sehingga seksplan terlihat
masih kecil di dalam botol kultur. Tidak adanya pertumbuhan eksplan atau
tumbuhnya yang sangat lambat membuat ekplan bertambah sekitar 1 daun satu bulan
sehingga dalam waktu 4 bulan masih dalam bentuk kultur yang batang tunggal
dengan sekitar 4 daun. Hal menyebabkan botol kultur terlihat masih leluasa.
Dari sudut pandang media, memang media tersebut masih memungkinkan untuk di
pakai tumbuh oleh kultur pohon tersebut, tapi kalau kultur tersebut dibiarkan
dulu sampai terlihat agak panjang, maka dalam persepsi kita tidak akan terlalu
rugi karena media masih bisa dipakai tapi hasil subkultur hanya dapat di
potong-potong menjadi 4 eksplan saja.
Padahal yang harus diingat bahwa semakin
lama kita menunda subkultur maka berarti di dalam botol kultur tersebut ada sel
yang umurnya lebih dari 4 bulan, bila jumlah sel yang umurnya lebih dari 4
bulan mendominasi sel-sel dari kultur tersebut maka kultur tersebut akan
mengeluarkan metabolit sekunder kearah kematian (zat etilen dan zat penghambat),
sehingga sel-sel mudanya pun akan terimbas fisiologis tua atau sifat kearah
kematian, maka lambat laun kutlur akan semakin lambat tumbuhnya dan lambat laun
mati.
Untuk menjaga tingkat viablitas atau
jouvenilitas sel eksplan pohon maka yang dijadikan acuan adalah waktu
subkultur, usahakan tidak mensubkultur lebih dari 1-2 bulan agar umur sel
sampai disubkultur kembali tidak lebih dari 2 bulan, hal ini akan menjaga agar
umur sel tetap muda, dan sifat sel masih bersifat jouvenil. Dan usahakan ambil
pucuk apikalnya saja, sedangkan bila kita mengambil mata tunas dibagian
bawahnya maka umur sel atau jaringan tersebut tidak lebih dari 3 bulan. Bila
kita melakukan ini (mejaga agar sifat dan karakter kultur tetap jouvenil, maka
subkultur dapat terus dilakukan.
Subkultur
kalus
Dalam mensubkultur kalus maka yang perlu
diperhatikan saat kita mensubkultur usahakan yang kita ambil untuk disubkultur
hanyalah sel-sel yang baru tumbuh saja, kalaupun kita mengambil bagian kalus
yang sudah ada sebelumnya maka total umur sel kalus tersebut jangan lebih dari
4 bulan. Jangan terperangkap pada “Media kultur masih leluasa untuk
pertumbuhan kalus”, tapi kalau memang umurnya sudah lebih dari 1 – 2 bulan
harus cepat di subkultur jangan menunggu sampai 4 bulan. Umur kalus adalah umur
sel, bukan umur individunya sehingga secara fisiologi dia akan lebih cepat tua.
Disatu sisi untuk memperbanyak dan
menjaga jouvenilitas maka diharapkan kalus dapat membelah lebih cepat dan lebih
banyak. Padahal membelah lebih cepat dan lebih banyak maka halini masuk dalam
kategori ”pertumbuhan vegetative” hal ini bertolak belakang dengan tujuan
terbentuknya embrio somatik, yang secara fisiologis seharusnya pertumbuhan vegetatif
melambat dan prioritas akan beralih ke pertumbuhan embrio somatik. Oleh sebab
itulah maka biasanya diberi zat penghambat. Zat yang berfungsi sebagai zat
penghambat dari hormon tunas adalah auksin, maka dapat digunakan hormon 2,4D,
atau bisa juga digunakan pickloram. Kalus menghambat pertumbuhan organ.
Pertumbuhan kalus akan sangat baik dalam pembentukan embrio somatik, tapi
pertumbuhan kalus yang tinggi justru menghambat pertumbuhan embrio somatik.
Oleh sebab itulah maka pertumbuhan yang tinggi yang awalnya dipakai untuk
pembelahan kalus diganti kearah pertumbuhan embrio somatik, maka pertumbuhan
yang tinggi, daya hambat kearah pembelahan kalus, dorongan yang kuat kearah
tunas, kesemua hal tersebut akan menyebabkan pertumbuhan embrio somatik.
Subkultur
Tanaman Variegata
Subkultur tanaman variegata akan
menghasilkan kultur varigata yang permanen bila, tanaman induk yang diambil
eksplannya memiliki variegata yang stabil. Variegata yang stabil adalah
variegata yang terjadi di meristem apikal sehingga setiap sel, jaringan dan
organ yang baru tumbuh mengalami variegata. Jadi bila tanaman induk memiliki
variegata yang stabil dari meristem apikalnya, maka bila kita mengambil eksplan
dari kultur meristem apikalnya maka semua kultur yang dihasilkan akan stabil.
Bila suatu tanaman variegatanya tidak
stabil, kadang muncul variegata kadang tidak maka kita harus cari variegata
yang berasal dari meristem dan bersifat stabil maka diharapkan semua kultur
dari meristem yang variegata akan bersifat stabil.
Variegata yang tidak stabil bisa dibuat
stabil dengan cara mengambil eksplan dari
bagian tanaman yang variegata, eksplan yang berasal dari sel atau
jaringan yang variegata dikulturkan kemudian dengan metode embrio somatik ditumbuhkan
tunas-tunasnya dan dibuat plantlet, sambil di seleksi planlet yang stabil
variegatanya dengan melihat variegata di setiap daunnya berarti sel atau
jaringan yang tumbuh dari meristem tersebut bersifat stabil.
Kultur eksplan variegata dengan
menggunakan metode embrio somatik, maka sebenarnya setiap sel dari sel embrio
somatik bersifat individual, dan tergantung pada setiap selnya kemungkinan
mempunyai tingkat variegata yang berbeda. Jadi walaupun bagian eksplan yang
diambil adalah variegate, tapi kemudian yang tumbuh saat proses embrio somatik
dan menjadi tunas adalah sel yang tidak termutasi dan tidak variegata maka
kultur yang tumbuh dari sel tersebut akan kembali normal.
Subkultur
untuk memunculkan variasi mutasi dan variegata
Bahan eksplan tanaman steril yang berupa
kalus atau embrio somatic, bila di beri perlakuan induksi mutasi dan variegate
pada media kulturnya, kemudian di tambah dengan pemberian perlakuan sinar
gamma, maka sebenarnya setiap sel atau embrio somatic berpeluang mengalami
mutasi yang eragam, oleh sebab itulah untuk membangkitkan variasi ragam mutasi
dan variegate yang ada maka subkultur yang dilakukan adalah dengan mensubkultur
sebanyak mungkin eksplan dari sel-sel yang diberi perlakuan, sampai jumlah hasl
subkultur bahan kultur yang telah diberi perlakuan menjadi sangat banyak hal
ini berpeluang untuk memunculkan variasi mutasi dan variegate, karena setiap
sel dari kultur yang diberi perlakuan akan mengalami mutasi atau vairgata, dan
jumlah sel dari kultur kalus atau embrio somatic yang diberi perlakuan
sebenarnya jumlahnya adalah ribuan, maka sebenarnya akan terdapat ribuan
variasi miutasi dan variegate, bila sel tersebut bisa muncul dan terekspresikan
setelah membentuk menbrio somatic dan menjadi tunas serta menjadi individu
baru.
Oleh sebab itulah maka sebenranya
perlakuan ini layak untuk diusahakan karena peluang untuk mendapatkan mutasi
dan variegate sangat besar,s edangkan selama ini ,mendapatkan mutasi dan
variegate secara alami sangat sulit, 1 berbanding 1 juta kalinya. Wajar bila
kita harys bersabar untuk melakukan ini sekitar 2-3 tahun untuk sampai dapat
melihat variegate yang stabil dan variegatanya spektakuler keren/cantik baru
kemudian dapat diperbanyak jumlah besar, tapi dalam pemasaranya diatur agar
tidak terjadi booming atau Over suplai.
Bogor, Senin 19 Agustus 2019, jam 20.28.